Ada masa, dimana kau tak bisa berkata-kata dan hanya mampu mengeluarkan air mata.
"Darimana saja kamu?" tanya Sarah ketika mendapati suaminya pulang larut malam.
"Sayang kamu belum tidur?" Rangga bukannya menjawab malah dia balik bertanya kepada Sarah. Ada kerinduan yang sangat besar di hati Rangga kepada istrinya itu. Dia berjalan mendekati Sarah dan ingin memeluknya, sudah lama Sarah tidak menunggunya pulang seperti ini. Mungkin kali ini dia dan Sarah bisa berbicara baik-baik, tidak selalu bertengkar seperti sebelumnya.
"Aku tanya kamu darimana? jam segini baru pulang, betah banget ya kamu diluar sana. Boleh dong kenalin sama aku, biar aku bisa lihat seperti apa rupanya sampai kamu gak ingat pulang ke rumah ini." Rangga gagal merengkuh tubuh istrinya tersebut, selalu saja Sarah seperti ini. Dia sampai bosan mendengar semua tuduhan dari sang istri.
"Aku dari kantor Papa, maaf membuat kamu menunggu ku terlalu lama." Rangga masih mencoba sabar dan dia ingin langsung naik ke kamar mereka saja pikirnya. Di lantai bawah ada anak dan ibu mertuanya yang bisa saja mendengar pertengkaran mereka.
"Maaf," gumam Sarah melihat Rangga sambil berdecak "Kamu yakin mau minta maaf? bukan mau minta cerai saja," katanya lagi dan kali ini kilatan amarah Rangga terlihat jelas.
"Jaga ucapan kamu Sarah, aku capek kamu selalu seperti ini!"
"Kamu pikir aku gak capek hah?! aku kehilangan anak kita, dan itu gak mudah buat aku. Kamu malah masih bisa keluyuran diluar sana, senang-senang sama wanita lain bilang aja Rangga. Gak usah sembunyi-sembunyi aku punya bukti kalau kamu memang punya wanita lain diluar sana makanya kamu bisa tidak perduli dengan apa yang aku rasakan. Iya kan?!" Sarah mengeluarkan semua kecewanya terhadap Rangga. Hari ini dia mendapat pesan dari orang yang tidak dikenal, pesan itu memperlihatkan Rangga sedang makan bersama seorang wanita. Wanita yang sama saat dia melihatnya di Mall. Ada dua perempuan yang Sarah tahu sangat dekat dengan Rangga, satunya di Rumah Sakit tempat Rangga bekerja dan satu lagi wanita asing ini.
"Berhenti bicara omong kosong Sarah! aku diluar sana kerja, tapi benar kalau aku memang pusing dirumah ini. Kamu tahu kenapa?" tanya Rangga melihat mata Sarah penuh amarah dan juga kekecewaan terhadap Sarah. "Aku selalu ingin bersama kamu, tapi kamu menjauh. Kamu yang membuat aku menjauh Sarah, kamu selalu memperlihatkan aku salah dan enggan berbagi dengan ku. Kamu pikir aku tidak kehilangan anak kita? sekarang saat aku memilih menghabiskan waktu diluar rumah agar bisa mengobati luka dan penyesalan ku ini, kamu menuduhku berselingkuh? atau memang kamu ingin kita berpisah hah?! jika kamu ingin berpisah katakan saja, aku tidak ingin menahan mu di sini, jika kamu memang bahagia setelah kita bercerai lakukan Sarah. Aku tidak akan menahanmu, aku juga bosan melihat kamu terus seperti ini." Rangga mengambil tas dan pergi dari rumah.
Sarah masih diam mematung, airmatanya jatuh bercucuran mendengar deru mesin mobil Rangga meninggalkan rumah mereka. Fatma yang mendengar semua pertengkaran itu keluar dari dalam kamarnya, dia memeluk Sarah dengan perasaan iba. "Sarah ini cobaan rumah tangga kamu, jika kamu tidak punya bukti kamu jangan menuduh dan mudah mengambil keputusan. Ingat masih ada Raga dan Salsa anak kalian, kasihan mereka jika kamu dan Rangga terus bertengkar. Sesekali mengalah lah, sudah berapa lama kamu dan Rangga seperti ini. Seorang istri harus lebih sabar Nak, semua bukan karena kita ini lemah tanpa seorang suami. Namun, karena kita diberikan Tuhan perasaan yang lebih untuk peka pada orang yang kita cintai. Bertahanlah demi anak-anak kalian, sudahi pertengkaran ini. Mulailah awal yang baru untuk kamu dan Rangga."
"Aku tahu dia selingkuh Bu," kata Sarah menangis.
"Jika belum ada bukti kuat jangan menuduhnya begitu, ibu tahu Rangga. Dia selalu mengutamakan kamu dan anak-anak kalian. Meski belakangan dia selalu jarang dirumah, bukan berarti dia selingkuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Suamiku
Romantik'Saat masa depan ku tetap berpusat padamu' Kisah di mana menyerah menjadi alasan untuk berpisah,tetapi kehidupan baru yang kau jalani kembali berpusat padanya. Pada Dia kisah yang sudah lama kau kubur dalam balut kain emas, dan tak ingin kau buka l...