Dingin menyapa, terasa hampa
Hati ini berbisik kaulah pemiliknya
Sementara langkah kita, tak lagi sama
Bukan karena cinta memilih hati yang berbeda
Hanya saja, tangan Tuhan pemilik yang sesungguhnya.
***
Sarah menutup sebuah buku Novel yang dia jadikan hiburan ketika malam menyapa, tubuhnya yang memakai piyama berlengan panjang itu terlihat semakin kurus saja. Jam yang sudah menunjukkan pukul empat subuh tidak membuat niatnya untuk membaca. "Sayang belum tidur?" tanya Rangga dari ambang pintu kamar Sarah yang memang tidak dia kunci.
"Kamu sedang apa disini? tidak kembali ke rumah Mama dan Papa saja?"
"Tidak, aku sudah minta izin dengan kak Fara dan Ibu. Lagi pula besok kita akan ke Rumah Sakit untuk memeriksa keadaan kamu." Sarah diam, dia tahu kalau semua orang menganggapnya tidak waras sekarang.
"Rangga apa kau juga menganggap aku tidak waras?" tanya Sarah hingga Rangga terkejut. Netra yang Rangga sukai dari Sarah terlihat sayu. Rangga mengusap pipi Sarah, dia tentu tidak menganggap Sarah seperti itu. Apalagi Rangga adalah seorang Dokter, dia tahu persis apa yang sedang terjadi kepada istrinya.
"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Rangga kemudian tatapan cemas jelas terlihat dari wajahnya.
"Ya, karena semua orang berpikir seperti itu tentang ku saat ini."
"Jangan perdulikan mereka, fokuslah dengan anak-anak dan juga dengan kita." Sarah menautkan kedua alisnya tidak mengerti, mendapat tatapan se[erti itu dari Sarah Rangga tersenyum simpul.
"Aku sudah berbicara dengan Ibu dan juga kak Fara. Aku ingin menikahimu lagi," ujar Rangga membuat Sarah terkejut. Disaat dia terkejut, Sarah melihat Rangga mengangkat telpon dan berjalan keluar dari kamarnya. Sarah mengikuti Rangga, dari tempatnya dia bisa mendengar Rangga sedang berbincang dengan orang lain dan suara Rangga sangat lembut. Tubuh Sarah bergetar, dia menyadari pasti ini hanya halusinasinya saja. Rangga pasti tidak datang kekamarnya tadi, pasti dia hanya kembali terjerat dalam khayalannya lagi.
Langkah Sarah dengan tubuh bergetar membuat dia kesulitan untuk menuruni anak tangga di rumah kakaknya. Sarah ingin keluar dari rumah sebentar, dia merasa butuh seorang diri ditempat yang sangat sunyi dan tidak ada seorangpun disana. Kembali ke kamar tidak ingin dia lakukan, entah karena apa yang pasti Sarah tak ingin kesana.
Hujan pada waktu menjelang subuh tidak membuat dia merasakan kedinginan, padahal saat dia berjalan tidak tentu arah selama dua jam ini tubuhnya sudah basah akibat tetesan air hujan yang turun. Dirumah Fara, mereka semua panik mencari Sarah. Rangga memang datang ke kamar Sarah, semua yang Sarah dengar malam itu nyata hanya saja Rangga keluar untuk ke kamar mandi. Saat dia kembali melihat ke kamar, Sarah sudah tidak ada.
Tidak ada ketakutan didalam diri Sarah, ataupun kedinginan. Dia terus berjalan hingga sampai disebuah halte yang tidak terlalu jauh dari rumah Fara. Dia duduk disana, diam tidak memikirkan apapun, setelah duduk dia kemudian berbaring menutup matanya karena pada saat ini dia merasa dia sudah mati. Tertabrak oleh mobil yang dikendarai wanita bernama Lisa, yang tidak lain adalah kekasih gelap suaminya.
Ya, Delusi Sarah wanita bernama Lisa adalah orang yang menjadi alasan rumah tangganya hancur. Wanita yang sudah merebut suaminya setelah dia terus menyalahkan diri karena keguguran. Sarah masih menutup mata, sampai namanya dipanggil oleh mantan suaminya. Sarah tidak ingin membuka mata, pikirannya mengatakan dia sudah mati. Hingga saat Rangga memintanya membuka mata dia tidak melakukannya, dia masih tetap tenang dan mendengarkan panggilan Rangga, Fara dan juga suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Suamiku
Storie d'amore'Saat masa depan ku tetap berpusat padamu' Kisah di mana menyerah menjadi alasan untuk berpisah,tetapi kehidupan baru yang kau jalani kembali berpusat padanya. Pada Dia kisah yang sudah lama kau kubur dalam balut kain emas, dan tak ingin kau buka l...