Author's Note : In this chapter, i want to try something new, to write from Charles POV. This will be a short chapter, i hope you guys like it🫶🏻
•••
Tahun ini tidak berjalan baik bagiku. Aku kemungkinan tidak akan menjadi juara dunia karena performaku yang kurang bagus. Meskipun aku sudah mendapatkan gelar juara dunia tahun lalu, tetap saja aku ingin memenangkannya lagi tahun ini, tahun depan dan begitu juga dengan tahun-tahun berikutnya. Hal itu juga yang diinginkan oleh timku. Kemarin, Ferrari membuatnya sangat jelas untukku membereskan masalahku.
Kalimat yang dilontarkan Kepala Tim-ku itu masih teringat sangat jelas dalam ingatanku, "Jika kamu ingin tetap berkarir di Ferrari, kamu baiknya jauhi semua masalah, tidak ada lagi artikel-artikel gossip murahan yang muncul dengan namamu di halaman depan! Jika itu terjadi, lupakan saja tentang perpanjangan kontrak!"
Antoine Blanc, kepala tim Ferrari dan juga mentorku itu berteriak sangat hebat kepadaku. Ia sering melakukan itu akhir-akhir ini. Tidak heran, karena aku tidak lain adalah seorang pembuat onar yang merugikan tim dengan perbuatanku ini.
Menjadi Juara Dunia di usia 24 tahun telah membuatku sangat kewalahan. Gelar itu memberi tekanan yang sangat amat besar kepadaku, karena aku ingin terus tetap menjadi yang terbaik, tetapi kita semua tahu ada beberapa hal di dunia ini yang kadang tidak bisa kita kendalikan. Performaku terus menurun, aku berada di peringkat 4 dan sekarang pertandingan sudah usai setengah jalan.
Semua stress yang terjadi kepadaku, aku lampiaskan semuanya ke pesta, pesta, dan pesta. Berbagai foto paparazzi-ku yang sedang berpesta tersebar di seluruh media. Aku dan timku tidak terlalu peduli pada awalnya, tapi kemudian semuanya menjadi semakin tak terkendali.
"Charles Leclerc throws the craziest party full of celebrities and supermodel in Las Vegas"
"A mystery woman was seen in Monte Carlo with our favourite Formula 1 driver Charles Leclerc"
"Supermodel Kat Buchanon, the Ferrari's driver current girlfriend claims that Charles Leclerc has cheated on her"
Kepala Pers Ferrari yang juga kebetulan adalah sahabatku, Andrew Desjardins sedang melemparkan berbagai sampul majalah yang berisikan fotoku itu tepat depan wajahku.
"Kau gila, ya? Belum cukup dengan hasil balapan yang mengecewakan, sekarang kamu juga pembuat onar dan penggila pesta?"
Ia mengeluarkan ekspresi marah yang mengakibatkan seluruh urat di wajahnya muncul. "Apa yang merasukimu, Charles Leclerc? Kamu tidak bisa terus seperti ini!"
Terlalu lelah untuk meladeninya, aku hanya bisa pasrah, "Well, maaf, aku tidak bisa memuaskan semua orang, kurasa."
"Charles Perceval Leclerc!" teriak Andrew.
Frustasi dengan seluruh situasi ini, aku protes, "Lalu, apa yang kamu ingin aku lakukan, Andrew?"
"Kamu harus bangkit, fokus pada kejuaraan, menangkan beberapa races! No more partying, absolutely."
"Ok, ok. Copy. Kamu tahu akhir-akhir ini sangat sulit bagiku." jawabku dengan nada yang mulai tenang setelah argumen panas kami. "I'll try my best."
Paham dengan intensiku untuk berubah menuju arah yang baik dan bersungguh-sungguh, Andrew Jesjardins membiarkanku begitu saja kali ini.
Sejak perdebatan yang kualami dengan Andrew, hal itu memberiku cukup motivasi untuk menjadi lebih baik. Posisiku dari peringkat 4 naik ke peringkat 3 berkat poin dari Belgian Grand Prix yang kumenangkan minggu ini. Semua mulai kembali seperti semula. Aku bersemangat. Memiliki tekad yang kuat untuk menang. Dan kembali dalam Championship.
Andrew mengadakan pesta untuk merayakan kemenanganku, sebab minggu ini adalah week off dimana tidak akan ada Grand Prix. Hal ini diadakan untuk membiarkan semua atlet dan kru beristirahat sejenak. Aku pun juga akan menggunakan waktu ini untuk mengisi ulang energiku selama Singapore Grand Prix minggu depan.
Setiap hari adalah rutinitas yang berulang, bangun pagi, sarapan, olahraga, makan siang, latihan, makan malam, lalu tidur yang cukup. Sampai suatu hari aku memutuskan untuk melakukan sesuatu yang agak berbeda pada olahraga pagiku. Aku tiba-tiba sangat merindukan ayahku. Maka dari itu, aku memutuskan untuk melakukan kegiatan favoritnya, yaitu menaiki bukit dan menikmati pemandangan Monte Carlo dari atas bukit.
Aku sedang berdiri terengah-engah saat tengah mencapai puncak bukit. Kulihat seorang perempuan cantik berambut hitam sedang duduk di tempat yang biasa kutempati. Ia memiliki aroma khas, seperti gabungan antara bunga lavender, vanilla, dan buah jeruk. Aku memperhatikannya dari belakang ketika ia tiba-tiba mengeluarkan suara aneh.
Yaampun, apakah ia sedang menangis? Damn, gadis itu sedang menangis.
Haruskah aku mengatakan sesuatu?
"Hey, apakah kamu tidak apa-apa?"Gadis itu mengusap tangisannya dan menutupi wajahnya, "Oh, no. Aku terlihat mengerikan. Jangan lihat!"
Tak ingin membuatnya tambah malu, aku mengusulkan suatu ide cemerlang, "Ok, kalau gitu bagaimana jika kita berdua sama-sama memejamkan mata? Kamu tidak bisa melihatku, begitu juga denganku, lalu kamu bisa menceritakan dan melampiaskan semua keluh kesahmu kepadaku. Kamu juga boleh berteriak jika mau, itu akan membuatmu merasa lebih baik untuk mengeluarkan semuanya."
"Apa? Kita bahkan tidak kenal satu sama lain." protes gadis itu.
"Exactly. Kita tidak kenal. Maka dari itu, kamu tidak perlu khawatir. Sempurna untuk situasi ini."
Gadis itu hening sejenak, lalu mengucapkan sesuatu, "Sudahkah kamu memejamkan matamu?"
Aku langsung memejamkan mataku, dan gadis itu berteriak sangat kencang melampiaskan seluruh amarah dan kesedihannya kepada dunia.
"Aaaaa...!! Aku benci hidup ini. Kenapa ini harus terjadi kepadaku?" teriakannya terdengar begitu puas dan lega.
"Percayalah, apapun itu, itu hanya akan terjadi sementara. Mungkin sekarang akan terlihat seperti badai dan hujan lebat untukmu, tapi ingatlah bahwa hujan dan badai juga akan berhenti pada akhirnya."
"Ok, siapapun kamu, Terimakasih, sungguh." jawab gadis itu.
"Sama- sama." jawabku. Penasaran dengan namanya, aku akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Hey, siapa namamu, mysterious girl?"
Setelah beberapa detik penuh keheningan, aku membuka mataku dan menengok gadis itu ternyata sudah pergi berlari menjauh dariku. Aku bertemu dengannya lagi beberapa saat di coffee shop terdekat, wajahnya terlihat sembab akibat menangis dan Damn, ia sungguh cantik natural tanpa riasannya.
Seperti takdir, beberapa hari kemudian, aku bertemu lagi dengan gadis itu, di suatu restoran di Monte Carlo dan ia tidak sengaja sedang menjatuhkan buku-nya, yang kebetulan adalah Hamlet, buku favoritku. Gadis ini tentu memiliki selera baca yang bagus.
Saat kuhendak mengambil bukunya, tangan kami bersentuhan kemudian tubuh kami berdekatan, aroma lavender, jeruk, dan vanilla khas-nya memasuki ingatanku. DAN Akhirnya, aku mengetahui namanya.
Daisy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Formula of Forever
Romance[COMPLETED] Charles Leclerc adalah seorang pembalap juara dunia formula 1 kebanggaan Monaco. Sedangkan Daisy Elizabeth Chen adalah seorang wanita karir sukses asal Singapore. Takdir membawa mereka ke beberapa pertemuan yang kebetulan di kota indah M...