2. I Know What You Did Last Night

962 75 1
                                    

Berat.
Kepalaku terasa sakit saat kucoba untuk membuka mata di pagi hari ini. Aku terbangun dari tempat tidurku sambil memegang kepalaku.

"Apa yang terjadi kemarin malam? Aku tidak ingat apapun setelah aku meminum ... gelas kelimaku." tanyaku pada Camie yang sedang bersiap untuk pergi ke bandara.

"Kamu beneran tidak ingat apa-apa?" tanya perempuan berambut pirang itu.

Mencoba untuk mengingat semuanya, tetapi tak satupun kejadian yang kuingat, "Ya, Camie, sayangnya aku tidak ingat apa-apa."

Kemarin malam, setelah Charles membantu kami masuk ke dalam, Camille dan aku pergi ke bar, memesan koktail, lalu berdansa di tengah keramaian. Tak lama setelah itu, Andrew datang, mengambil Camille dariku dan tiba-tiba aku minum bersama dua pria asing di bar, melahap kelima gelas vodka dan setelah itu yang aku ingat hanyalah kegelapan.

"Well, aku anjurkan kau untuk mulai mengingat sekarang. Aku beritahu padamu, apa yang kau lakukan kemarin malam adalah G-I-L-A."

Bingung dengan pernyataannya, aku mulai menggali memori dalam kepalaku, berharap bahwa aku akan mengingat semuanya. Nol. Nihil. Aku tidak ingat apapun.

Dengan putus asa, aku memohon pada sahabatku itu, "Aku mohon, beritahu aku apa tepatnya hal GILA yang aku lakukan kemarin malam, sebelum kau meninggalkan kamar ini."

"Maaf, tapi aku tidak punya waktu untuk itu, Daisy. Aku sudah sangat sangat sangat telat. Aku adalah wanita karir yang sangat sibuk, kau tau. Good luck, oke?" teriak Camille sambil meninggalkan kamar hotel.

Kenapa good luck? pikirku.

Dan dengan begitu saja, Camille telah meninggalkanku sendirian, menyedihkan, dan penasaran terhadap apa yang sebenarnya terjadi kemarin malam. Aku harap aku tidak melakukan sesuatu yang bodoh.

Aku sedang menyantap avocado toast-ku ketika bunyi notif pesan masuk dari ponselku.

Charles Leclerc has sent you a message.

Apa? Aku membacanya lagi untuk kedua kali.
Ah. biaya perbaikan. Mungkin dia sedang mengirimiku tentang hal itu. Atau bagaimana jika tidak? Tuhan, aku tidak melakukan suatu hal yang bodoh, kan kemarin malam. Aku mohon.

Harus kuakui kebiasaan mabukku bukanlah yang terbaik. Aku pernah tertidur di dalam kamar mandi semalaman sampai Camie akhirnya mengetuk pintu dan membangunkanku. Atau saat itu ketika aku baru saja putus dari mantan pacarku dan kuputuskan untuk mencoret-coret mobil Range Rover-nya untuk balas dendam. Terakhir, yang terparah dari semua itu adalah ketika aku menjual jam Rolex-ku seharga 20 USD. Ya, 20 Dollar. Dengan harga segitu, pada dasarnya aku memberikannya secara cuma-cuma. Dan hanya dalam waktu hitungan detik, aku kehilangan investasi sebesar 100.000 USD.

Kuberanikan diriku untuk membuka pesan itu.

Charles Leclerc
Hey, bagaimana keadaanmu?
Aku harap kamu baik-baik saja.
Aku rasa kita perlu bertemu hari ini untuk membicarakan tentang kejadian kemarin.

Kemarin? pikirku.
Ah, maksudnya adalah tentang mobil Ferarri-nya yang kutabrak. Puji Tuhan, ini berarti aku tidak melakukan suatu hal konyol dan bodoh di pesta kemarin malam.

Aku lalu membalas pesannya dan ia mengajakku untuk bertemu siang ini di suatu restoran.

•••

Betapa gugupnya aku. Tidak kusangka memilih baju akan sesusah ini. Aku sudah berdiri di depan koper mencari baju yang akan kupakai tepat 47 menit lamanya.

Blazer? Terlalu berlebihan.
Kaos? Terlalu biasa.
Gaun pendek bermotif bunga? Ok. Ini pas untuk cuaca Monaco yang cerah hari ini.

Kupakaikan make up terbaikku, dengan eyeliner, maskara, blush on, dan lipstick merah dari Dior. Aku berdiri di depan kaca untuk terakhir kalinya, melihat penampilan akhirku dari atas sampai bawah, sebelum aku keluar dari kamar hotelku.

Formula of ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang