another short chapter from Charles POV!
•••"Kamu dulu adalah seorang bocah yang manis dan tulus. Selalu dengan senyum terlebarmu."
"Tetapi setelah ayahmu meninggal, ada dinding tinggi yang tumbuh di dalam dirimu, seolah- olah cinta telah menjadi suatu kelemahan, dan senyuman itu hilang sepenuhnya dari dirimu."
Aku sedang duduk di dalam ruanganku tepat sebelum pertandingan ketika aku tiba-tiba teringat kembali ucapan ibuku.
Iya, itu benar. Duniaku berubah sepenuhnya ketika ayahku pergi meninggalkanku. Aku sudah menyerah kepada cinta. Tetapi, seorang perempuan bernama Daisy Elizabeth Chen datang tiba- tiba ke dalam hidupku, memberikanku suatu alasan lagi untuk percaya kepada cinta. Dan sekarang, saat ia tidak ada di sisiku, aku telah kehilangan harapanku lagi untuk kesekian kalinya. Senyuman itu hilang sepenuhnya dari diriku.
Hari ini, 2 September 2025 adalah Singapore Grand Prix. Aku berencana untuk menang. lagi. Tahun ini telah menjadi titik terang dalam karirku. Aku sepenuhnya fokus pada pertandinganku, menjadikanku Juara Dunia untuk ketiga kalinya. Aku menarget untuk menjadi yang keempat kalinya tahun ini.
Ketika Lando Norris tersingkirkan oleh partner timnya sendiri, Oscar Piastri telah membuatnya bahkan lebih mudah untukku. Tanpa perlu dipertanyakan lagi, aku menjadi Juara Singapore Grand Prix dengan begitu mudahnya. Semua mengucapkan selamat kepadaku, mulai dari seluruh staff tim-ku, kepala tim-ku tercinta, Antoine, tidak lupa juga Andrew Jesjardins, bahkan Camille dan Daisy juga. Daisy adalah satu-satunya yang kulihat saat ini. Ia begitu bahagia, terlihat tulus untuk kemenanganku. Tapi terlihat juga ada ekspresi kesedihan di matanya karena sahabatnya, Lando tersingkirkan di awal perlombaan.
"Aku senang untukmu, Charles." kata perempuan itu.
"Terimakasih, Daisy. Kamu akan datang malam ini, kan, afterparty di Amber Lounge?"
"Aku rasa tidak. Besok pagi ada meeting penting. Tapi beneran, aku sangat bahagia untukmu. Selamat sekali lagi. Sampai ketemu tahun depan di Singapore Grand Prix lainnya kurasa."
Tahun depan? Daisy menjelaskannya dengan cukup jelas bahwa hubungan kita berakhir disini. Hanya sebatas teman. Seorang kenalan jauh. Aku hampir menyerah. Kupikir jika keadaannya memang harus begini, biarlah saja, aku juga harus melanjutkan hidupku, dengan atau tanpa Daisy di dalamnya.
Aku tinggal sedikit lagi dalam menyerah, ingin mengikhlaskan semuanya, sebelum Lando Norris pergi menghampiriku di afterparty-ku sendiri.
"Hey, man, aku ingin mengatakan sesuatu."
Lando Norris adalah sahabatku, daridulu dan selalu akan begitu. Ia adalah seorang teman, saudara, dan keluarga. Aku menginginkan yang terbaik untuknya, yang dimana aku yakin ia juga menginginkan hal yang sama untukku.
"Aku ingin meminta ijinmu. Aku akan mengajak Daisy berkencan."
Perkataannya membuatku terhenti sejenak, meletakkan gelasku, "Kamu tidak butuh ijinku, Lando. She's all yours." Untuk pembelaanku, aku tidak bersungguh-sungguh saat mengatakannya. Setidaknya, tidak dari dalam lubuk hatiku.
"Aku sangat menyukainya, Charles. Tapi di lain sisi, aku tidak ingin mengecewakanmu juga. Kamu sudah seperti kakak laki-lakiku sendiri. Aku lelah membohongimu. Dan membohongi diriku sendiri. Aku menginginkannya untuk diriku."
"Maka kamu tidak perlu khawatir, Lando. Aku sudah mengikhlaskannya. Daisy tidak memiliki perasaan apapun untukku. Aku juga harus melanjutkan hidupku," Dan aku berbohong. Lagi.
"Thanks, bro," Lando lalu memberiku pelukan singkat, pergi meninggalkan afterparty, aku berasumsi ia akan pergi menuju rumah Daisy.
Aku mengambil gelasku lagi, mengisinya penuh dengan vodka. Andrew menghentikanku tepat sebelum aku meminumnya, "Hey, hey, Champ, jangan begitu terburu-buru."
"Aku butuh vodka itu, Andrew. Kembalikan! Atau aku akan sepenuhnya kehilangan akal sehatku."
"Charles, ada apa? Kamu bisa ceritakan kepadaku." Andrew menepuk pundakku, sambil membuang jauh-jauh gelas dan botol vodka yang ada di dekatku.
"Aku rasa aku baru saja merelakan orang yang kucintai untuk sahabatku sendiri," aku berhenti sejenak, "Lando menyukainya, Andrew. Dan kurasa Daisy juga menyukainya."
Aku dapat melihat rasa kasihan terpancar dari wajah Andrew. Dia kasihan padaku. Begitu juga aku. Aku pun kasihan kepada diriku sendiri karena tidak dapat berbuat apa-apa mengenai hal itu.
Camille tiba-tiba datang, menunjukkan ekspresi iba-nya, aku rasa sudah mendengarkan seluruh percakapannya, membuatku merasa seperti pecundang yang menyedihkan, "Cukup Andrew saja, Cam. Kamu tidak perlu merasa kasihan juga kepadaku."
Ia terlihat cemas dan panik, seperti sedang melakukan suatu kejahatan, "Aku bersumpah kepada Tuhan aku akan menutup rapat mulutku, tetapi..."
"Tetapi.. karena aku sudah keceplosan kepada Andrew, kupikir kenapa tidak sekalian saja kepada Charles?" Ia tertawa dalam kesedihan menunjukkan kefrustasiannya.
"Baby, kamu tidak ingin melakukannya, percayalah. Daisy akan membunuhmu." Andrew memperingatkan pacarnya.
"Guys, tolong, bisakah kalian tolong bantu pria dewasa ini untuk menjaga pikirannya tetap waras, dan katakan saja semuanya, apapun itu yang kalian sembunyikan dariku?"protesku.
"Ok, Cam, baby. Aku saja. Jika Daisy tahu, biarlah dia membunuhku saja." Andrew lalu memerintahkan Camille untuk pergi.
Ia mengembalikan fokusnya kepadaku, "Aku akan memberitahumu semuanya, Charles."
•••
Aku segera menuju parkiran, melihat Lando sedang membuka pintu mobilnya. Aku langsung masuk lewat pintu samping.
"Hey, bro, apa yang kamu lakukan?" protes Lando.
"Kamu mau pergi ke rumah Daisy, kan? Aku ikut."
"Kau gila!" balas Lando.
"Dengarkan aku, Lando. Aku akan memberimu kesempatan, jika ia menerimamu, maka aku akan turut senang untukmu, tetapi jika ia mengatakan tidak, maka kamu harus memberiku kesempatan juga. Aku ingin meluruskan semuanya dengan Daisy, untuk terakhir kalinya."
•••
"Aku tidak bisa menjadi pacarmu, Lando." Daisy sedang menahan air matanya, benci untuk mematahkan hati Lando.
Aku bisa melihat kesedihan dalam mata Lando karena ia terlihat sama persis denganku, 2 tahun yang lalu.
Aku lalu meminta kebenaran.
Aku menuntut kebenaran.
Sesuatu yang seharusnya kudapatkan.
Aku tidak pantas untuk dibohongi.
Tidak ada seorang pun yang pantas untuk dibohongi.
Daisy Elizabeth, teganya kamu membohongiku selama ini?
Andai saja kamu memberitahuku semuanya hari itu, hidup kita sekarang akan menjadi jauh berbeda.
Andai saja kamu memberitahuku bahwa kamu juga mencintaiku.
Mungkin, kita akan bersama,
Mungkin, kita akan merencakan pernikahan dan juga keluarga kecil kita. Mungkin.
Andai saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Formula of Forever
Romance[COMPLETED] Charles Leclerc adalah seorang pembalap juara dunia formula 1 kebanggaan Monaco. Sedangkan Daisy Elizabeth Chen adalah seorang wanita karir sukses asal Singapore. Takdir membawa mereka ke beberapa pertemuan yang kebetulan di kota indah M...