12. I Hate That I Love You (Charles - Part Three)

581 55 0
                                    

Aku tidak begitu suka dengan kata pergi.
Begitu banyak orang yang kusayangi meninggalkanku, beberapa pergi bersama Tuhan, beberapa berkhianat dariku, membuatku berpikir, apakah aku setidak layak itu untuk seseorang?

Pertama, ayahku yang sangat kucintai pergi meninggalkanku.
Sahabatku, Antoine tewas dalam ajang Formula 2 juga pergi meninggalkanku.
Lalu mantan pacarku, Kat yang sangat kucintai kala itu meninggalkanku demi pria lain.
Dan sekarang, pacar "pura-pura" ku juga berniat meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.

Daisy Elizabeth telah mengubah hidupku dalam banyak hal.
Aku pertama kali melihatnya di bukit tinggi Monte Carlo. Dia terlihat sedang mengutuk dunia, menanggung seluruh beban dalam dirinya. Perilakunya tidak terlihat asing, aku seperti sedang bercermin. Dunia memang tidak berlaku adil kepada beberapa orang, dan beberapa orang dari seluruh umat di dunia ini kebetulan adalah aku dan Daisy. Daisy memiliki dunianya sendiri, begitu juga aku. Tidak banyak orang tahu, aku menyimpan begitu banyak trauma tersendiri bagi diriku. Aku telah kehilangan begitu banyak orang yang kucintai dalam hidupku. Beberapa diantaranya adalah bagian dari diriku. Jadi bisa dibilang aku telah kehilangan separuh jati diriku ketika ayahku dan Antoine pergi meninggalkanku. Bayangkan jika ayahmu dan sahabatmu meninggal dalam waktu berdekatan, satu dalam kecelakaan tabrak lari dan satu dalam formulacar berkecepatan tinggi dengan 300 km/mph. Lalu, kamu dituntut untuk melanjutkan perlombaanmu mengejar kemenangan keesokan harinya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Itu yang harus kuhadapi kala itu.

Saat aku pertama kali bertemu Daisy, aku sedang berada di titik terendah dalam hidupku, tidak bisa menerima kehilangan lagi dari orang yang kucintai. Aku berpikir mungkin aku memang harus menutup erat pintu hatiku. Karena dengan begitu, tidak akan ada yang pergi meninggalkanku. Tidak akan ada hati yang tersakiti. Sejak itu, aku menjadi Charles Leclerc seorang penggila pesta yang tidak ingin berkomitmen dalam suatu hubungan serius. Namun, akhir-akhir ini aku mulai mempertanyakan keputusanku itu. Apakah ini layak untuk dilakukan? Apakah melindungi hatiku dengan segala cara sepadan dengan kemungkinan untuk kehilangan dia selamanya?

Aku tahu bahwa aku harus mengambil kesempatan ini untuk memberi kesempatan sekali lagi pada cinta. Aku tidak ingin menjadi jika/andai-nya. Untuk pertama kalinya, aku ingin menjadi selamanya bagi seseorang, bagi Daisy. Aku berniat pergi mengunjungi Daisy untuk mengungkapkan perasaanku dan mengajaknya untuk melupakan tentang semua kontrak ini, mulai berkencan sungguhan, tanpa adanya sandiwara. Kali ini nyata. Lalu sebelum aku pergi, Kat Buchanon pergi mengetuk pintu kamarku dan mulai menangis histeris.

"Charles, aku minta maaf, aku salah." gadis berambut pirang itu mulai menangis kencang.
Takut mengganggu tamu yang lain, aku mengundangnya masuk. Aku menenangkannya lalu memberitahunya untuk bicara pelan-pelan.
"Aku tahu aku salah. Aku merindukanmu, baby. Aku menginginkanmu kembali." pintanya.
Aku kehilangan kata-kataku.
"Kamu memaafkanku, kan?"
"Tentu, Kat. Meskipun kamu sudah menyakitiku, membuatku kehilangan harapan untuk mencintai seseorang, tetapi aku memaafkanmu."
Matanya berbinar-binar.
"Tapi itu bukan berarti aku akan kembali bersamamu. Aku tidak bisa. Aku sudah menyukai orang lain. Aku sudah memiliki pacar." jelasku tegas.
"Oh, gadis itu? Aku melihatnya di televisi tempo hari saat kau menciumnya." ekspresinya sinis.
"Charles, sayang, ia jelas-jelas bukan tipemu. Kamu tidak benar-benar menyukainya. Kamu akan cepat bosan lalu pergi meninggalkannya setelah ini." ia lalu memegang tanganku.
Aku langsung melepaskan tangannya dariku, "Jangan menjelekkan dia, Kat. Kamu tidak mengenalnya."
Wajah Kat lalu langsung terlihat kesal.
"Oke, Leclerc. Aku tidak bisa mengubah pikiranmu lagi kalau begitu. Sekali lagi aku minta maaf. Dan terimakasih untuk segalanya."
"Sama-sama, Kat. Aku juga."
"Semoga berhasil untuk hubungan barumu."
Kami lalu berpamitan. Aku memberi Kat ucapan selamat tinggal dan memberinya pelukan perpisahan.
Di saat waktu yang tepat, bel pintu kamarku berbunyi.
"Aku saja yang membukanya. Lagian, aku sudah mau pergi." kata Kat.
Setelah itu Kat, membuka pintunya, aku menanyakan siapa kiranya yang mengetuk pintu kamarku pagi-pagi, sebelum Kat bilang itu hanya orang yang salah mengetuk kamar.

Formula of ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang