Tiga bulan kemudian.
Tak terasa sudah, tiga bulan telah berlalu, selama itu lah Rushel bekerja menjadi pengasuh Ronald Harold. Susah, senang, sedih, dan bingung dia rasakan semuanya dalam satu waktu sekaligus.
Bagiamana tidak, dia terkadang senang melihat perkembangan Ronald, namun sedih ketika melihat Ronald merasa terkucilkan. Seperti saat acara keluarga kemarin malam, semua mata anggota keluarga besar Harold memandang tidak suka akan Ronald yang saat itu duduk di atas kursi rodanya.
Rushel juga tau, betapa sakitnya Ronald saat melihat semua orang itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarganya sendiri, memandang rendah dirinya, hanya Dianna sang ibunda yang memandang Ronald dengan bangga.
"Apa yang tuan muda pikirkan?"
"Tidak ada."
"Yakin?, Tuan bisa berbagi cerita dengan saya kalau tuan mau, Rushel siap menjaga rahasia."
"Tidak perlu Rushel."
"Baiklah tuan muda. Saya tidak memaksa, tapi jika suatu saat tuan butuh tempat cerita, panggil Rushel saja ya?, Rushel akan mendengarkan semua keluh kesah tuan."
"Sebenernya aku masih berfikir siapa dalang di balik semua ini, aku sudah mengecek bahwa mobil ku baik-baik saja, tapi tiba-tiba saja rem nya tidak berfungsi. Aku yakin Rushel, pasti ada yang memotong kabel rem mobi ku, agar aku celaka."
"Polisi bilang itu murni kecelakaan tuan, tidak di temukan barang bukti apapun disana."
"Kalau aku bertemu dengan orang yang sengaja membuatku begini, aku akan menghabisi nya Rushel. Aku janji pada diriku sendiri, orang memandang ku rendah karena aku lumpuh, tapi aku tidak lumpuh selamanya, aku yakin jika suatu saat nanti aku bisa berjalan, aku akan buktikan pada mereka, bahwa aku bisa melewatinya."
"Tuan muda hebat, saya bangga pada tuan." Ucap Rushel tersenyum hangat
Selesai lah perbincangan mereka di taman Rushel kembali membawa Ronald masuk, dia membantu Ronald untuk mandi dan berpakaian. Dan tentunya menyiapkan sarapan pagi untuk Ronald. Itu sudah dia lakukan rutin selama tiga bulan.
Disatu sisi Rushel senang, dengan pekerjaan nya, namun di sisi lain, dia sedih karena jarang bertemu dengan keluarganya, rindu?, Tentu saja iya. Namun Rushel harus profesional, dalam kontrak tertulis bahwa Rushel tidak boleh meninggalkan kediaman Harold sebelum kontrak kerja habis sepenuhnya. Dan kontrak kerja itu selama satu tahu penuh.
"Oh iya tuan, nanti jam sebelas, keluarga besar tuan akan kemari, mereka akan merayakan ulangtahun nyonya Dianna. Tuan muda mau di pilih kan baju yang mana?, Biar saya siapkan sekalian"
"Tidak perlu."
"Aku enggan bertemu dengan orang munafik seperti mereka semua."
"Aku mau tetap di kamar saja, tolong bilang pada mommy, aku tidak mau ikut."
"Tapi anda bagian dari mereka, apa yang salah tuan?"
"Kamu tidak tahu, karena tidak merasakannya. Sudahlah jangan di bahas lagi, lebih baik kamu keluar, aku ingin sendiri sekarang."
Itu sering terjadi, perubahan suasana hati Ronald yang berubah drastis, maka Rushel sebagai pengasuh nya harus sabar, dan harus bisa membaca situasi yang ada, biar tidak salah bicara nantinya.
"Bagiamana kalau kita bermain di luar tuan?"
"Tidak."
"Ajak aku ke terapis saja. Aku mau kesana, aku mau cepat sembuh, dan aku mau cepat berjalan kembali. Duduk di kursi roda sialan ini cukup membosankan!"
"Baik tuan. Saya akan menghubungi pihak terapis."
30 menit kemudian.
Rushel dan Ronald sudah berada di tempat terapis berada, disana terdapat banyak antrian, namun Ronald tidak cukup lama mengantri karena dia memilik akses VIP yang bisa langsung masuk tanpa antri terlebih dahulu.
"Selamat siang tuan muda Harold."
"Kita bertemu lagi"
"Baiklah untuk hari ini, sepertinya saya harus menerapi kaki anda untuk berdiri lebih lama lagi. Saya rasa tukang persendian anda sudah mulai membaik"
"Lakukan apapun. Aku ingin bisa jalan secepatnya!"
Mereka pun mulai terapis, setelah Ronald berganti baju, masih sama, Ronald di papah oleh dokter dan perawat, lalu tangan Ronald berpegang teguh pada besi pegangan di kanan kiri itu, perlahan sang dokter, menapakkan kaki Ronald di lantai, sedikit susah karena kaku, namun akhirnya bisa juga.
"Coba perlahan majukan tuan."
Ronald menggerakkan jari kakinya, terdapat sedikit reaksi, perlahan memajukan sedikit demi sedikit, namun saat langkah kedua, tiba-tiba saja Ronald terjatuh. Rushel sontak memegangi Ronald, begitu juga dengan pada perawat disana.
"Aku jatuh lagi Rushel." Ucap Ronald
Rushel tersenyum hangat, lalu dia mengusap pelan bahu Ronald, "Tidak apa tuan muda, tidak apa jika terjatuh. Terjatuh adalah sebuah proses untuk tuan muda bisa berjalan lagi." Ucap Rushel dengan memberikan senyuman termanisnya dan terhangat nya. Ronald memandang sebentar, manik wajah itu terlihat sangat indah, bibirnya, matanya, semua postur wajahnya Ronald suka.
"Ayo berlatih lah lagi tuan, saya yakin tuan muda pasti bisa berjalan kembali."
Memulai kembali, Ronald kali ini lebih berhati-hati, tiga bulan dia tidak jalan, dan sekarang saat jalan, rasanya susah sekali, dan kakinya serasa kaku dan mati rasa. Namun siapa sangka jika Ronald tidak menyerah. Dia terus berjuang agar kembali bisa mencapai apa yang dia mau. Kelumpuhan nya ini, adalah hal yang tidak pernah Ronald lupakan dalam hidupnya itu.
***
TO BE CONTINUE
HAI GUYS, MAAF YA
UNTUK CHAPTER KALI INI TERLALU
SINGKAT DAN PENDEK, KARENA IMAJINASI AUTHOR LAGI SEDIKIT, TAPI TENANG SAJA, BAB SELANJUTNYA PASTI GA KALAH SERU KOK!STAY TUNE YA DI SINI!
JANGAN LUPA VOTE, DAN FOLLOW NYA, BERI AUTHOR SEMANGAT DENGAN VOTE DAN FOLLOW TERSEBUT YA!!
XIE XIE
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Tuan Muda Lumpuh
RomanceApa gunanya bila memiliki segalanya namun cacat fisik? Itu lah yang di alami oleh, Ronald Harold. Anak dari pasangan terkaya di Eropa. Dia mengalami cacat fisik, yaitu lumpuh. Kelumpuhan itu membuat Ronald menjadi orang yang takut akan suara rintika...