09. Dia kekasihku

269 11 0
                                    

Keesokkan harinya.

Pagi ini Ronald bersiap untuk pergi ke kantor, tepatnya Harold Company. Rushel seperti biasa menyiapkan segala keperluan Ronald. Pagi itu Ronald memeluk sunshine nya dari belakang, Rushel sendiri, dia kaget, namun dia membalas dekapan itu.

'Sepertinya benar. Tidak lama ketidakpastian itu akan pasti.' Batin Rushel dalam hatinya itu.

"Ganti bajumu. Kita turun sarapan, nyonya besar dan tuan besar sudah menunggu kamu di bawa Ronald."

"Kamu juga ganti bajumu. Ambil paper bag itu. Dan pakai pakaian yang ada di dalamnya, nanti saat di bawah, aku akan memberitahu semua keluarga, bahwa kita berpacaran. Dan kamu adalah kekasih ku, supaya tidak ada yang berani mengusik mu sunshine."

"Tidak kah itu terlalu cepat?"

"Baru semalam kita berpacaran, kamu sudah ingin mengakuinya."

"Tidak apa. Biar mereka tau, kalau kamu adalah kekasihku."

Mencium leher sang kekasih, harum bunga lili menyeruak dari sang kekasih. Menghirup dengan dalam, menikmati aroma tersebut.

"Kenapa kamu harum sekali?"

"Ronald hentikan. Nanti kalau ada orang bagaimana?"

"Aku tidak mau terjadi salah paham disini." Ucap Rushel mencoba memberikan pengertian terhadap Ronald.

"Ya baiklah. Pakai baju mu, kita turun sebentar lagi"

Ronald pun berjalan dengan menggunakan tongkat nya itu, dia segera memakai pakaian yang sudah di siapkan oleh Rushel barusan. Hem putih dengan rompi berwarna hitam, di tangannya terpasang jam tangan berharga ratusan ribu dollar.

Sangat tampan, lebih tampan bila Ronald berjalan tanpa tongkat tersebut. Sedangkan Rushel sendiri, dia memakai mini dress dari brand ternama dunia yaitu Chanel. Dress warna putih itu sangat cocok di badan Rushel, di tambah dengan heels dari brand yang sama. Rambut di gerai, serta sedikit polesa makeup membuat nya tampil tidak seperti biasanya. Sangat anggun dan cantik, namun Rushel sendiri merasa tidak enak, dia memakai barang harga mahal itu.

"Ayo turun. Aku akan kenalkan kamu pada semuanya." Rushel membersamai Ronald jalan menuju lift.

Setelah sampai di bawah, tepat nya di meja makan, semua mata tertuju pada Rushel, pakaian mewah, perhiasan, riasan wajah, tidak seperti biasanya. Terdapat segudang tanda tanya dari mereka semua. Terutama nyonya besar Harold.

"Ada apa ini?"

"Kenapa kamu tampil berbeda Rushel?"

"Tuan muda yang menyuruh saya nyonya. Dia bilang ini perintah." Jawab Rushel tidak berani mengangkat kepalanya. Dia takut nyonya besar Harold marah, dan ternyata memang benar, nyonya besar Harold murka.

"Mommy stop." Ronald berdiri menyuruh Rushel berdiri di belakang nya. Dress Chanel yang semula berwarna putih kini menjadi sedikit hitam, akibat siraman kopi dari Dianna.

"Berani sekali kamu!, Kamu berani merayu anak ku hah?!, Merayu bos mu sendiri?!, Dasar tidak punya malu!, Mimpimu terlalu besar untuk menjadi nona muda Harold!!"

Rushel terdiam, sama sekali tidak berani membantah, di siram kopi pun dia tetap diam, walaupun kopi sangat lah panas saat terkena kulit nya.

"Mom sudah!, Ada apa dengan mommy?!"

"Kenapa kamu membela dia??"

"Apa kamu punya hubungan dengan nya Ronald?, Itu benar?"

"JAWAB RONALD, JANGAN DIAM BEGINI!!"

Pengasuh Tuan Muda Lumpuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang