15. Di atas kapal

24 1 0
                                    

Keesokan harinya, Ronald sedang menyiapkan suatu kejutan untuk Rushel. Kejutan yang mungkin akan di ingat oleh Rushel nantinya.

"Siapkan semua nya, bunga jangan lupa, sebentar lagi aku akan menjemput nya dan membawa nya kemari, sambut dia nanti dengan baik." Perintah Ronald

Ronald pun bergegas pulang menjemput kekasih hatinya itu, mengendarai mobil kesayangan nya itu.

Tak lama kemudian sampailah Ronald di mansion Harold, masuk ke kamar nya melihat sang kekasih sudah duduk dengan cantiknya di depan meja rias, berjalan ke arah Rushel, Ronald memeluk Rushel dari belakang.

"Harum sekali. Selalu sama dan selalu membuat ku candu."

Sang empunya yang di puji reflek menoleh ke belakang, dan melihat sosok gagah nan tampan sedang memeluk dirinya.

"Kita mau kemana sebenarnya?"

"Suatu tempat sayang, nanti kamu juga akan tau."

Ronald dan Rushel pun pergi, sedang kan di paviliun sedikit kegaduhan terjadi, drama rumah tangga antara dua manusia yang terlihat seperti suami istri namun tidak akur, siapa lagi jika bukan Asha dan juga Maxim.

Sebenarnya ini karena ulah Maxim yang jail menyembunyikan suatu barang milik Asha, dan membuat Asha kebingungan mencarinya.

"Kamu sembunyikan dimana jepit rambut ku Maxim!"

Satu terus mengomel bak anak kecil, dan satu lagi melihat sembari tersenyum puas. Mereka berdua bagai kucing dan tikus, terkadang akur terkadang tidak. Begitu terus memang konsep mereka, karena dua orang asing di pertemukan dan tinggal di atap yang sama, dan tentunya dengan pola pikir mereka yang berbeda. Satu dengan pola pikir polos remaja, dan satu lagi, pola pikir orang dewasa yang sudah merambat kemanapun.

"Ayolah katakan dimana, Maxim please jangan tertawa, itu benda penting bagiku." Rengek Asha sembari kebingungan kesana kemari mencari jepitan rambut nya itu.

Maxim berdiri dari tempat ia duduk, lalu dia berjalan ke arah lemari, "Makanya jangan jadi orang pendek, jepit mu ada disini, ambillah jika kamu mau." Ucap Maxim, Asha memandang nya dengan penuh kekesalan, dia berusaha mengambil kursi lalu naik ke kursi, namu tetap tidak sampai, sempat berfikir meminta tolong pada Maxim untuk mengambil kan nya, tapi tidak. Rasa gengsi Asha terlalu tinggi untuk itu.

Namun Maxim yang kasihan dengan Asha itu akhirnya mengambil kan jepit rambut milik gadis yang tinggal dengan dirinya itu.

"Ambil ini."

Setelah mendapatkan jepit rambut nya kembali, Asha masuk ke kamar nya, dia membanting pintu kamar Maxim dengan keras. Maxim hanya tertawa tidak menanggapi nya.

"Dasar kucing nakal."

Kembali ke pada sepasang kekasih yang tengah berbunga-bunga. Ronald memarkirkan mobil nya di tepi dermaga, lalu dia menuntun Rushel menuju kapal milik nya, dia sengaja menutup mata Rushel agar ini menjadi sebuah kejutan baginya.

Sampai di kapal Ronald membuka penutup mata itu, dan begitu terkejutnya saat beberapa orang menyambut Rushel dengan senyuman. Dan lebih terkejut lagi saat kapal itu penuh dengan hiasan bunga dan beberapa balon.

"Selamat datang nona muda. Kami akan membawa anda berlayar ke lautan." Ucap sang kapten kapal itu, Rushel membalasnya dengan senyuman itu.

Tidak tau harus berkata apa, memandang kagum sekaligus terharu akan kejutan tak terduga ini. Tidak sampai situ, kapal pun mulai berjalan, angin sepoi-sepoi menghiasi perjalanan mereka ke tengah lautan. Di tengah lautan kapal itu berhenti, dan di dek atas kapal, Ronald duduk bersama Rushel, menikmati hawa dingin beserta momen menjelang sunset.

Saat sunset itu tiba, Ronald dengan cepat berlutut di hadapan Rushel, dengan membawa satu kotak kecil berisikan sebuah cincin berlian.

"Rushel, i will you be my wife?"

Itulah yang di katakan Ronald, Rushel sendiri sedikit kebingungan melihat itu, sedikit terharu juga sebenarnya. Ucapan Ronald untuk menjadikan nya nona muda Harold dia wujudkan sekarang.

Antara senang dan sedih, antara rasa bahagia dan rasa bimbang, tidak menyangka takdir akan membawa nya pada sekarang.

Dengan segenap rasa pertimbangan dan resiko yang ada, Rushel mengangguk menerima lamaran dari Ronald.

Sore itu riuh tepukan tangan meriah menghiasi kapal Yach di kala itu. Buket bunga di genggaman Rushel, serta cincin berlian tersemat dengan indah di jari manis nya, di sampingnya terdapat orang yang tadi menyematkan cincin pada jari manisnya. Orang itu memeluk Rushel dengan sangat tulus, begitu pula Rushel.

Namun ada sedikit kesedihan yang Rushel rasakan. Harusnya dia bisa memberikan kabar bahagia ini kepada ibunya, namun sayang nya tidak bisa. Tapi tidak apa, bagi Rushel ibunya sudah melihat nya dari atas surga dia bisa melihat kebahagiaan Rushel sekarang.

Menikmati sunset dengan indah di atas dek kapal, Ronald rengkuh pinggang kekasih nya itu, ralat calon istrinya itu, dan membiarkan Rushel bersandar pada bahu nya yang lebar itu.

"Kalau seandainya kita menikah dan punya anak, berapa anak yang kamu kamu??" Tanya Rushel pada Ronald

Sosok yang di tanya tersebut menghadap ke arah Rushel, dia tatap mata Rushel tersebut. "Entahlah, terserah dirimu saja, aku mungkin tidak merasakan sakitnya melahirkan tapi aku tau itu sangat sakit, dan bahkan bisa merenggut nyawa. Aku tidak mau kehilangan mu karena buah hati. Jika kamu tiada anak kita bagaimana??, Kamu yang mengandung kamu yang melahirkan, jadi terserah berapapun, aku yakin Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita. Karena aku tidak mau kamu merasakan sakit itu." Ucap Ronald, Rushel tersenyum mendengar jawaban Ronald itu.

"Bagaimana jika dua anak??, Satu lelaki dan satu perempuan, bagus bukan??"

"As you wish babe."

Menikmati senja hingga berganti malam, kapal mereka pun mulai kembali ke dermaga disaat langit sudah gelap, dan pada akhirnya sampailah mereka di dermaga. Tidak langsung pulang, namun Ronald dan Rushel duduk di atas bamper mobil mewah Ronald, menikmati angin di tepi dermaga yang sejuk. Saat tengah menikmati angin semilir itu, serta berbicara tentang satu sama lain, Ronald tiba-tiba melepaskan jaket milik nya, dia menutupi tubuh molek nan cantik yang terbalut oleh dress yang sedikit terbuka itu.

"Kalau aku tidak kecelakaan, mungkin aku tidak akan bertemu dengan mu."

"Maybe."

"Kenapa kamu memilih ku??, Aku hanya seorang pelayan dan pengasuh mu. Banyak foto model hingga aktris serta jajaran anak pengusaha yang ingin bersanding dengan mu, tapi kenapa kamu memilih ku??"

Satu ciuman dia deret kan pada bibir berwarna pink itu, lalu Ronald berucap, "Aku tidak peduli, aku maunya kamu. Jika aku mau nya dirimu mereka bisa apa??, Cinta tidak bisa di paksa bukan??"

"Tapi kamu benar mencintai ku?"

"Yes of course babe. Ada sesuatu yang mengganjal hatimu sehingga membuat mu tidak yakin?"

"Tidak ada. Ayo kita pulang aku mengantuk, ingin tidur bersama mu hanya berdua."

"Kenapa hanya tidur??, Tidak mau bercinta sekalian??"

"Tidak mau!, Dasar mesum!, Kita belum menikah mana bisa begitu."

"Bisa jika kita saling menginginkan. Jujur aku sangat ingin dirimu Rushel."

"Tidak sekarang Ronald. Sudah ayo pulang aku lelah."

Mereka pun hendak masuk ke dalam mobil, namun seseorang wanita dengan gaun berwarna putih berlari ke arah Ronald dan Rushel. Dia datang sembari menangis dan langsung memeluk Ronald tanpa permisi.

"Ronald selamat kan aku, aku tidak mau menikah dengan nya, maaf kan aku, aku ingin kamu Ronald."

DEG!

'Kenapa dia datang lagi?, Tuhan apa lagi ini.'

TO BE CONTINUE

Pengasuh Tuan Muda Lumpuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang