Sudah beberapa hari sejak malam ketika Beam mabuk dan melemparkan dirinya ke arah Forth dan dia mati-matian berusaha menghindari Forth dengan segala cara sejak saat itu. Rasa malu karena semua itu membakar hatinya setiap kali dia memikirkannya. Dia tidak ingat hal-hal yang dia katakan kepada Forth di klub ketika dia dibawah kendali alkohol, tapi dia ingat semua yang terjadi di kamarnya dengan jelas.
Dia mulai bangun pagi-pagi untuk naik shuttle bus ke kelasnya alih-alih berjalan kaki; dia berhenti pergi ke kantin tempat dia selalu melihat Forth dan teman-temannya (ini membutuhkan banyak bujukan untuk membuat Kit dan Phana mulai pergi ke kantin yang lebih jauh); dan begitu dia berada di kamar asramanya, dia menolak keluar karena takut bertemu dengan Forth.
Tadi pagi saat makan di kantin lain, Phana akhirnya angkat bicara.
"Aku tahu apa yang kau lakukan, Beam. Kau tidak bisa menghindarinya selamanya." Dia berkata dengan nada prihatin.
"Sebenarnya apa yang terjadi malam itu?" Kit bertanya.
"Tidak ada. Hanya saja memalukan kalau dialah yang harus mengantarku pulang padahal aku sedang mabuk. Lagian kalian kemana?? Seharusnya kalian yang menemaniku." Tidak mungkin Beam akan memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dia benar-benar bingung bagaimana akhirnya Forth yang membawanya pulang dan bukan Phana atau Kit.
"Aku meninggalkanmu dalam pengawasan Kit sebelum kau mabuk. Itu jelas sebuah kesalahan." Phana mengalihkan pandangannya ke Kit yang tampak malu.
"Maafkan aku! Aku pergi memeriksa seseorang dan itu memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Saat aku kembali, Beam sudah pergi."
"Seseorang? Kau meninggalkanku demi Ming. Aku sangat mengingatnya." ucap Beam datar. Dia menyingkirkan piring makanannya, meletakkan kepalanya di atas meja.
"Dan kau akhirnya membawanya pulang juga." Phana menambahkan. Kedua anak laki-laki itu memandang Kit. Dia melihat kembali ke teman-temannya dan dapat dengan jelas melihat ketidaksetujuan mereka. Sejak mereka masih di bangku sekolah menengah pertama, mereka memiliki kode tak terucapkan satu sama lain. Itu adalah salah satu alasan kenapa mereka begitu dekat. Mereka saling menjaga seperti saudara dan tidak boleh ada yang menghalangi hal itu.
"Begini, aku minta maaf, oke? Beam akan baik-baik saja jika aku mengawasinya sendiri." Dia berkata pada Phana.
"Aku putus asa! Kau benar-benar tidak percaya padaku?"
Kit mengangkat tangannya dengan jengkel. "Memangnya aku seorang pembaca pikiran, Ai'Beam! Dan tidak mungkin aku bisa menangani dua orang yang sedang mabuk."
Beam membuka mulutnya untuk berteriak balik tapi Phana mengangkat tangannya, membungkamnya. "Sekarang sudah berakhir. Tidak ada gunanya berdebat tentang hal itu."
Kit menyilangkan tangannya dan berbalik, marah. Beam juga melakukan hal yang sama. Beam benar-benar merasa kesal pada Kit. Meskipun itu bukan salahnya, seandainya Kit yang membawanya pulang, semua masalah dengan Forth tidak akan pernah terjadi dan dia tidak akan berusaha menghindarinya saat ini.
"Aku sedang bertemu dengan salah satu seniorku ketika salah satu teman Forth menemukanku dan memberitahuku bahwa kau mabuk dan Forth berusaha mengantarmu pulang. Saat aku berjalan keluar, kalian sudah pergi."
Phana menoleh ke arah Beam yang tidak berkata apa-apa.
"Dan aku meneleponmu tiga kali. Berapa kali aku harus memberitahumu agar ponselmu tetap terisi dayanya sebelum keluar?" Phana mengomel.
Beam menjulurkan bibirnya dengan cemberut. "Baiklah, baiklah... sial. Kau benar-benar seorang ibu."
Mereka bertiga terdiam beberapa saat hingga Kit berbicara lagi. "Menurutku kau tidak perlu merasa malu, Beam. Forth pernah mengurus orang mabuk sebelumnya, dan pernahkah kau melihat teman-temannya saat mereka pergi keluar?? Terutama yang kurus berkacamata itu. Aku yakin mereka lebih buruk darimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/353671413-288-k619215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BY CHANCE (TAMAT)
RomanceBeam jatuh cinta pada Forth sejak tahun pertama mereka di universitas. Semua berawal ketika bertemu selama kontes Bulan dan Bintang. Namun Forth yang dingin, tidak pernah menyadarinya. Sekarang, mereka telah berada di tahun kedua, tapi segalanya m...