There is only one kind of shock worse than the totally unexpected : the expected for which one has refused to prepare.
~Mary Renault, The Charioteer~
Joslyn POV
Semenjak hari HUT sekolah, aku dan Jackson menjadi lebih dekat dan akrab. Kami sering jalan-jalan berdua keluar untuk makan ataupun Jackson yang menemaniku atau aku yang menemani Jackson.
Seperti hari ini, aku sedang menemani Jackson membeli peralatan futsalnya di salah satu mall di Medan.Jackson sedang memilih beragam sepatu olahraga yang terletak pada rak. "Gue rasa sepatu warna hitam yang ini lebih bagus dari sepatu warna putih itu. Menurut lo mana yang lebih bagus, Jos?" Tanya Jackson padaku.
"Gue sih lebih suka yang putih. Designya lebih bagus dan lagipula gue lebih suka putih dibandingkan hitam." Jawabku.
"Ya elah, Jos, masak lo liatnya dari designya aja. Liat juga dong dari bahannya, bagus atau ngga." Kata Jackson sambil memberikan kedua sepatu yang ada di tangannya kepadaku.
Aku mengambil sepatunya dan menimbang-menimbang antara kedua sepatu tersebut. "Gue rasa yang putih deh, soalnya lebih berat dari yang hitam."
"Salah Jos. Seharusnya lo pilihnya harus yang lebih ringan." Jackson mengambil kedua sepatu yang ada di tanganku.
Aku pun memanyunkan bibirku. "Gue beneran ngga tau kek mana tipikal sepatu sport buat futsal." Aku melipat tanganku. "Lagipula lo entah ngapain ngajakin gue beli sepatu futsal. Seharusnya yang lo ajak adalah Alfred."
"Gue kan mau buat temen baru dan ingin lebih mengenal lo." Senyumnya padaku.
Tiba-tiba jantungku berdegub kencang mendengar ucapan Jackson.
Lalu kulihat raut wajahnya berubah seakan terkejut dan menyesal. "Gue kan ingin mengenal lo lebih dekat sebagai sahabat." Lalu dia tersenyum kembali. Tetapi senyumnya berbeda kali ini.
Mendengar perkataannya tadi, hatiku sakit. Kenapa hatiku bisa sakit? Apakah aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya? Padahal aku baru mengenalnya beberapa bulan.
"Jadi lo ambil yang warna hitam nih?" Tanyaku padanya.
"Iya." Jackson merogoh kantong celananya dan mengambil dompetnya. "Yuk ke kasir." Ajaknya.
Kami pun berjalan ke kasir dan Jackson membayar sepatu pilihannya.
"Kemana nih habis ini?" Tanya Jackson.
"Kita makan aja. Gue udah lapar." Tawaku.
Mendengar perkataanku, Jackson kembali tertawa. "Ya udah, kita makannya dimana?" Tanyanya.
Aku berpikir sejenak. "Kita makannya di Paradise Dynasty aja. Mau?" Tanyaku balik pada Jackson.
"Okay."
Kami pun berjalan ke Paradise Dynasty. Setelah sampai di Paradise Dynasty, kami pun masuk ke dalamnya. Hari ini tidak begitu ramai dibandingkan malam minggu. Setelah mendapatkan tempat duduk dan menu makanannya, kami pun memesan makanan.
"Mas, pesan the original xiao long bao dan Sliced pork La Mian." Pesanku pada si pramusaji.
"Mas, gue pesan dumpling chili, pan fried pork dumpling dan Sze Chuan La Mian." Pesan Jackson.
"Okay. Minumnya apa ya?" Tanya pramusaji.
"Gue lemon tea." Kataku.
"Gue orange juice." Kata Jackson.
"Baik, mas, mba. Pesanannya the original xiao long bao, sliced pork la mian, dumpling chili, pan fried pork dumpling, sze chuan la mian, lemon tea dan orange juice. Benar?" Tanya pramusaji.
"Iya." Jawabku bersamaan dengan Jackson.
"Okay, mba, mas, mohon tunggu sebentar ya." Kata pramusajinya.
Terjadi keheningan sebentar antara kita berdua. Lalu Jackson yang memulai pembicaraan. "Kita main teka-teki aja yuk. Gue bosen nih nunggu makanannya datang."
"Ayo! Tapi yang kalah harus bayarin makanan yang menang. Gimana?" Tanyaku dengan senyum jahil.
"Okay! Siapa takut. Liat aja emang lo bisa jawab teka-teki gue." Nantangnya padaku.
Belum tahu dia kalau aku ini jago sama yang namanya teka-teki. "Okay. Kita mulai teka-tekinya."
"Bagaimana cara terbang ke matahari tapi tidak kepanasan?" Tanya Jackson padaku.
Kemudian aku berpikir sesaat. "Yah berangkatnya malam hari aja biar ngga kepanasan. Ribet amat."
"Ish kok benar sih jawabannya."
"Namanya juga orang jenius gitu. Lanjut." Kataku.
"Orang apa yang kalau berenang, rambutnya ngga basah?"
"Yah orang botak lah, Jack. Kek mana sih, kasih yang sulit-sulit dong. Masak teka-tekinya gampang terus." Ejekku padanya.
Dia tersenyum sebentar. Melihatnya tersenyum jantungku kembali berdendang dengan kerasnya. Ketika Jackson akan melanjutkan teka-tekinya, pramusajinya datang mengantarkan makanan. Setelah itu kita tidak melanjutkan permainan. Dan karena aku berhasil menjawab 2 pertanyaan dari Jackson maka dapat dipastikan kalau aku adalah pemenangnya. Dan Jackson yang akan membayar makananku.
Saat kita tengah makan dengan asiknya. Handphone Jackson berdering. Lalu dia mengambil handphone-nya dan menjawab panggilan di handphone-nya. "Halo ?"
Aku melihat dia tersenyum gembira. "Iya, Chloe, gue baik-baik aja. Gimana kabar lo disana?" Tanya Jackson.
Rupanya itu adalah Chloe. Aku merasa jealous tiba-tiba. Wajah Jackson menunjukkan bahwa dia sangat gembira sekali. Tapi tiba-tiba dia menjadi diam dan wajahnya menjadi terkejut. "Iya, bye." Kata Jackson menutup pembicaraan di handphone-nya.
Aku mengerutkan keningku. Apa yang terjadi? Barusan dia tersenyum gembira, beberapa detik kemudian dia diam seribu bahasa. "Siapa yang menelepon?" Padahal aku udah tau kalau yang menelepon adalah Chloe. Tapi tetap kutanyakan sebagai basa basi.
"Chloe, teman kecilku." Jawab Jackson dengan sesingkat-singkatnya.
"Oh." Balasku.
Setelah itu kami makan dalam keadaan diam. Begitu juga pada saat di dalam mobil saat Jackson mengantarku pulang. Aku tidak berani menanyakan apa yang dia dan Chloe bicarakan di handphone-nya tadi. Kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Seragam Putih Abu
Teen FictionJoslyn Gracen Clark adalah salah satu murid di sekolah dengan wajah yang cantik, berotak cemerlang, suara merdu dan orang tua yang kaya. Namun satu hal yang membuat dirinya tidak sempurna yaitu kepribadiannya yang sombong dan tukang pamer. Dia tidak...