Anybody can become angry — that is easy, but to be angry with the right person and to the right degree and at the right time and for the right purpose, and in the right way — that is not within everybody's power and is not easy.
~ Aristotle~
Jackson POV
Pada pagi ini di sekolah. Aku sedang berjalan ke kelas. Ketika sampai di kelas, Alfred sudah duduk sambil memainkan handphone-nya. Aku masih sedikit kesal dengan sohibku ini. Sengaja kudiamkan dia terlebih dahulu.
Alfred pun menyapaku dengan senyum sumingrah. "Pagi bro! Gimana dah sehat?"
Dia menanyakan hal yang benar-benar tidak berguna. Kalau aku masih sakit, gimana aku bisa datang ke sekolah. Rasanya ingin kubogem kepalanya. Tapi urung kulakukan. Aku masih ingin mengerjainya. Jadi aku tidak membalas sapanya.
Alfred heran karena aku tidak membalas sapanya. "Hello! Anybody there?"
Aku kesal dan kujitak kepalanya dengan keras. Dia pun mengaduh-aduh sambil memegangi kepalanya.
"What was that for?" Tanyanya padaku.
"What do you think asshole?" Kubalas tanya balik.
"Yah kan seharusnya lo udah ngga kesal sama gue. Sensian amet macem cewek lagi datang bulan." Ejeknya padaku.
Aku pun menjitak Alfred lagi. "Lo ya, bukannya minta maaf ke gue. Malah senyum-senyum kayak ngga terjadi apa-apa." Ucapku dengan emosi padanya.
"Lah semalam gue kan dah bilang sorry. Gimana sih lo? Apa ngga dengar? Apa mesti gue ulangi lagi?"
Aku mengerutkan dahiku. "Lo memang ngga tau salah. Udah buat gue marah and now you are pissing me off."
Amarahku menjadi bertambah padanya. Aku meninggalkan Alfred dan berjalan ke kantin. Alfred mengejarku sambil berlari kecil. Dia menahan bahuku dan memutar tubuhku agar menghadap dirinya.
"I'm sorry for being a jerk. Gue hanya bercanda tadi. Lagipula kok lo sensian amat hari ini?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Okay. Gue juga tadi hanya ingin menjahili lo. Tapi lo nya yang nyebelin."
"So are we cool now?" Alfred mengeluarkan tangannya.
"Fine." Jawabku sambil menjabat tangannya. "Gue mau beli jajanan. Lo mau ikut ngga?" Tanyaku.
"Okay deh." Jawabnya.
Pada saat lonceng istirahat, aku berjalan ke meja Joslyn. "Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Di taman dekat komplek rumah kita pas jam tiga sore. Lo bisa?"
Dia terlihat terkejut saat kutanyai. Lalu dia membalas, "Gue bisa."
"Okay."
Saat aku hendak berjalan pergi dari tempatnya, Joslyn memanggil namaku. "Jack!"
Aku pun memutar tubuhku dan menghadapnya. "Kenapa?"
Dia tampak ragu sebentar kemudian berbicara, "Mau temenin gue ke kantin ngga?" Tanyanya dengan sedikit malu-malu.
Aku sebenarnya malas tapi entah kenapa dalam hatiku, aku tidak bisa menolak permintaan Joslyn. "Okay." Jawabku kemudian.
Joslyn POV
Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Aku mengajak Jackson ke kantin. Aku bisa saja mengajak siapapun. Tapi ini kali pertamanya aku mengajak cowok. Tapi memang aku mengajak cowok yang aku sukai.
Dan saat ini kami sedang berjalan ke kantin. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari mulut kita berdua. Lalu aku pun memulai pembicaraan. "Kenapa lo semalam ngga datang ke sekolah?" Tanyaku pada Jackson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Seragam Putih Abu
Teen FictionJoslyn Gracen Clark adalah salah satu murid di sekolah dengan wajah yang cantik, berotak cemerlang, suara merdu dan orang tua yang kaya. Namun satu hal yang membuat dirinya tidak sempurna yaitu kepribadiannya yang sombong dan tukang pamer. Dia tidak...