Babak 5 - Hot Aunty

3.2K 406 15
                                    

"Are you sure you wanna do this?" Ando melipat kedua tangan di dada selagi memperhatikan adik bungsunya bersiap-siap.

"Sure, why not?" Ella menoleh pada kakaknya dari cermin yang ditatapnya sedari tadi saat berdandan, mengedipkan sebelah mata. "Aku nggak banyak memperhatikan masa kecil mereka. Tiba-tiba, POOF, they are 8 years old."

Ando menepuk tangannya. "Sure. Be a good aunt then. Aaliyah will be happy too."

"Yeah, I know. You guys are planning for some weekend getaway." Ella berdiri, menyenggol lengan Ando. "Penny for your thoughts. Planning for third children, aren't you?"

Ando tertawa tanpa rasa humor. "Two kids are enough for me..."

"But..." Ella mengerjapkan matanya, menggoda satu-satunya kakak prianya.

"Shut up. Cucu lainnya lebih baik dari kamu," Ando mengacak rambut Ella. Bukannya sewot karena sudah berdandan, Ella malah tertawa. Aaliyah pernah bercerita padanya bahwa dia masih punya keinginan untuk punya anak lagi. Ando berkata tidak tapi sepertinya masih ada kemungkinan pendiriannya berubah.

Anak sulung dan bungsu ini berjalan bersama dari kamar Ella ke ruang keluarga. Di sana, terdapat Grace yang sedang mengobrol dengan Anya, sedangkan Jaya asyik dengan iPad.

"Jaya, put that down," kata Ando begitu melihat putranya.

Jaya baru sadar ayahnya tiba, segera melempar iPad ke sofa dan bergabung dengan saudarinya.

"Aunt Ella yang akan temani kalian di sekolah hari ini. Be nice to her, okay?" Ando berlutut di hadapan anak-anak kembarnya. Saat namanya disebut, Ella tersenyum riang.

"Ini hanya acara olimpiade antar kelas." Ando menoleh lagi pada Ella. "Kamu hanya cukup memperhatikan mereka dan mendengar jika ada tugas dari para guru. Kebutuhan mereka di sekolah dibantu para suster."

"Aman, Ndo. Jangan terlalu khawatir." Ella mengibaskan tangan. "Yuk kita berangkat!"

"Let's go!" Anya dan Jaya berseru bersama. Segera, mereka mengambil tas, mencium pipi Grace dan Ando, lalu mendahului Ella ke mobil.

Ella berpamitan pada ibu dan kakaknya, lalu menuju mobil dan supir yang sudah menunggu.

***

Keberadaan Ella menjadi pertanyaan di antara para orang tua yang hadir. Ella tahu bahwa Ando dan Aaliyah menyekolahkan si kembar di sekolah elit, tapi tetap tidak menyangka bahwa para orang tua akan se-show off ini. Merk pakaian Gucci, Hermes, Louis Vuitton, bertaburan. Merk jam tangan dari Rolex hingga Patek Phillipe. Merk sepatu dari Louboutin hingga Stuart Weitzman. Belum lagi tas-tas dan aksesori rambut. Ditambah make up dan riasan yang luar biasa.

Ella melihat pakaian, sepatu, dan tasnya sendiri. Merknya bisa bersaing, tapi karena itu pakaian yang dibelikan ibunya, bukan karena Ella ingin pamer.

"I'll sit with the parents, okay?" Kata Ella sebelum melepas keponakannya ke area pertandingan.

"Okay!" Seru si kembar bersamaan.

Belum lama mereka bertemu lagi, tapi keduanya sudah akrab dengan Ella. Ella bersyukur keponakannya tidak menolak kehadirannya atau menganggapnya orang asing.

"Good luck!" Ella memeluk Anya dan Jaya sekaligus. Anya tertawa tapi Jaya buru-buru ingin kabur.

Mereka berlari menghampiri guru dan teman-temannya, sementara Ella berjalan hati-hati menuju tempat para orang tua menunggu.

"Halo, sepertinya baru pertama kali ke sini?"

Seorang perempuan paruh baya bersahaja menghampiri Ella. Mengulurkan tangan sembari tersenyum manis. Ella tak tahu beliau siapa, tapi dari sikapnya yang bersahaja, Ella bisa memahami bahwa beliau adalah orang penting.

"Betul. Saya bibinya Tanya Peters dan Renjaya Peters. Nama saya Ariella, dipanggil Ella."

"Saya Alana Wismaya, Alana. Kepala sekolah di sini."

"Ooh. Nice to meet you, Madam," Ella membungkuk, tersenyum. "Semoga keponakan saya tidak merepotkan di sini."

Alana menggeleng. "Dua-duanya termasuk anak yang cerdas. Kalaupun ada kenakalan, masih sesuai dengan usianya. Anya tertarik di bidang seni, suaranya merdu dan gambarnya indah. Jaya berminat di olahraga, fisiknya kuat tapi belum ada olahraga tertentu yang menarik minatnya."

Ella mengangguk diiringi kekaguman. "Apakah Ibu hapal semua minat dan bakat murid di sini?"

Alana tersenyum dan tertawa pelan. "Mungkin tidak spesifik, tapi saya mengusahakan supaya mengenal mereka satu demi satu. Saya menganggap mereka anak saya begitu melewati gerbang itu. Dan bukankah orang tua harus memahami anak mereka?"

Ella semakin kagum dengan sosok ini. Pemikirannya pasti membuat anak-anak termotivasi untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, juga guru-guru pun nyaman karena didukung oleh pimpinan.

"Jujur Bu, saya lama di luar Jakarta sehingga saya jarang ketemu keponakan saya. Maka dari itu saya menawarkan diri menggantikan Ando dan Aaliyah ke sini. Gimana ya Bu supaya saya bisa jadi bibi yang mereka sukai?"

Alana malah tertawa. "You don't have to try. They already like you."

Pipi Ella memerah, tersipu.

"Saya memperhatikan kalian dan bagaimana kamu berinteraksi dengan mereka. Betul, mereka sudah menyukai kamu sebagai bibinya. Tapi kalau mau mereka membuka diri lebih lagi, saya pikir kalian hanya perlu menghabiskan waktu lebih banyak. Be present," ujar Alana, menepuk pundak Ella. "Tapi bukan hanya sekedar ada di samping mereka, tapi mendengar dan memahami suara mereka."

Lagi-lagi Ella tersenyum.

"Bu, it's very nice to talk to you. Tapi nanti aku dianggap memonopoli Ibu dan malah nggak nonton Anya dan Jaya. Mungkin kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi?"

"Sure. Saya ada di sekolah setiap hari sekolah. Datang kapan saja."

"I will," Ella menyalami tangan Alana. "Sekarang saya izin untuk ke kursi penonton."

"Silakan, dan jangan lupa berseru paling keras saat si kembar tampil."

"Pastinya!" Ella mengacungkan jempol dan masuk ke deretan kursi orang tua murid. Alana terlihat mengajak mengobrol orang tua lainnya.

Selama menonton dan berseru mendukung si kembar, ada pertanyaan di benak Ella. Wajah Bu Alana mengingatkan Ella pada seseorang yang mirip dengannya. Tapi siapa?

***

Siapakah ibu kepsek tersebut?! 

(S)He's The Boss! (END - WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang