"Gimana review-nya setelah hampir sebulan jadi CEO?" Grace menyapa putri bungsunya di meja saat sarapan pagi ini. Wajah Grace begitu berseri, berbeda dengan Ella yang biasa saja.
"Mama mau aku jawab apa? Bintang lima kayak di aplikasi?" Ella menjawab acuh tak acuh, lalu duduk dan mulai sarapan.
Grace malah tergelak. "Nanti lama-lama kamu bakal enjoy kok."
Ella berhenti menggigit rotinya. Enjoy? Gimana ceritanya?
"Mama punya cara supaya kamu lebih ceria," Grace belum juga memulai menyarap, malah menatap Ella lebih berbinar lagi. Seperti merencanakan sesuatu.
"Yaitu..."
"Ikut Mama makan malam besok. Kamu pasti senang," Grace bahkan menutup kalimatnya dengan kedipan sebelah mata. Sebaliknya, Ella malah merasa perasaannya tak enak.
***
Beberapa hari tak bertemu Ezra. Pagi ini ketika sampai di kantor, Ezra berada beberapa meter di hadapan Ella. Ingin rasanya menghampiri orang itu dan menyapa seakan tak ada apa-apa. Tapi Ella ragu. Maka dia pun bergeming, membiarkan jarak tetap memisahkan mereka.
***
Ezra sedang menunggu lift terbuka. Tatapannya terus lurus ke depan, atau ke bawah. Tapi dia merasa ada yang memperhatikan sehingga Ezra pun menoleh ke kanan. Di antara orang-orang yang berseliweran tiba di kantor pagi ini, Ezra bisa menangkap satu sosok yang sedang berdiri diam sambil memandanginya.
Ezra tak mengalihkan pandangan, menatap Ella yang sedang menatapnya. Ariella, Ella, CEO-nya, yang masih muda tapi berhasil memberikan kesan positif bahkan bagi atasan Ezra yang punya standar berbeda.
Ella, sosok yang Ezra ingat pertama kali sebagai orang yang lupa membawa alat pembayaran saat membeli kopi. Dengan masker dan jaket tebal.
Pintu lift terbuka, Ezra memalingkan pandangan, tanpa sadar menghela napas yang sedari tadi ditahannya.
***
Sengaja Ella berganti pakaian sebelum berangkat menemui ibunya. Tentu karena Grace sendiri yang mengirimkan pakaian untuk Ella kenakan malam ini. Jika tidak, Ella akan santai saja mengenakan pakaian kerjanya.
Tidak tahu apa sebabnya, tapi Ella merasa situasinya lucu ketika dia memasuki restoran Jepang, diarahkan ke sebuah tempat duduk, di mana Grace dan seorang perempuan sebayangnya sedang duduk dan mengobrol.
Sepertinya Ella sudah bisa menebak ke arah mana pertemuan ini menuju.
Grace melambai ketika melihat Ella tiba. Rekannya pun melihat ke arah Ella dan tersenyum. Mau tak mau, Ella refleks tersenyum pula, menganggukkan kepala sopan.
"Vi, ini anak bungsuku, Ariella, biasa dipanggil Ella," Grace memperkenalkan dengan bangga.
"Hai, La, aku Violet, teman mamamu."
"Halo, Tante," Ella pun menjabat tangan dan menciumnya, sebagaimana sopan santun yang diajarkan orang tuanya sejak dia kecil dulu.
"Mungkin kamu baru ketemu Tante ya. Kami baru kenal waktu kamu masih merantau. Tapi Grace sering sekali cerita tentang kamu," Tante Violet menjelaskan.
"Semoga cerita yang baik ya Tante," Ella tersenyum manis.
"All good. Tentang kamu, Jasmine, Fernando. I couldn't find any other parents whose pride in their children is as huge as your mom." Tante Violet mengedip, membuat kedua ibu itu tertawa.
Mereka bertiga kembali mengobrol lagi. Ella sempat bertanya-tanya dalam hati apakah mereka memang hanya akan mengobrol bertiga seperti ini saja semalaman? Apakah ibunya punya agenda lain?
Ketika Ella sedang menyuap salmon sashimi, Tante Violet yang melambai ke arah pintu masuk tadi.
"Akhirnya datang juga. Maaf ya kebetulan hari ini dia memang ada rapat sampai malam."
Ella pun mengikuti arah pandangnya. Datang dengan setelan jas yang masih lengkap, rambut agak berantakan, tubuh yang tinggi semampai, dan senyum yang perlahan terkembang.
"Perkenalkan, ini anak laki-lakiku satu-satunya. Omar. Sama seperti Ella, juga baru ditunjuk sebagai CEO Gandira Finance." Tante Violet memperkenalkan dengan bangga.
Pria itu, Omar, menatap Ella, memberikan senyuman yang membuatnya seperti tertiup angin diiringi bunga-bunga yang beterbangan.
"Omar," dia mengulurkan tangan pada Ella.
"Ella..." sahut Ella pelan.
"Finally meet you in person," Omar menjabat tangan Ella dengan tegas, lalu melepasnya. Durasi yang cukup. "Saya sering dengar cerita dari Tante Grace."
Menatap ibunya, Ella sadar Grace begitu berbinar.
"Mama senang akhirnya kalian ketemu. Sama-sama masih muda, sama-sama lajang, sama-sama CEO. Cocok kan ya Vi?"
Ibu-ibu itu tertawa mengikik bersama. Seperti senang akan rencana yang mereka susun tanpa sepengetahuan Ella. Ella pun berpaling lagi pada Omar.
Pria ini memang tampan, sepertinya beberapa tahun lebih tua dari Ella. Entah bagaimana sifatnya, yang jelas kesan pertamanya baik-baik saja.
Ella memang cukup terpukau. Tapi Omar bukan Ezra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
(S)He's The Boss! (END - WATTPAD)
RomanceElla tak sengaja bertemu dengan Ezra dan tak sengaja juga tertarik pada pria dingin sedingin freezer kulkas itu. Jarang bicara tapi perbuatannya menunjukkan kebaikan hatinya. Permasalahannya, Ezra pernah menikah dan Ella adalah lajang yang sekaligu...