"Zra, mama kamu kira-kira lebih suka aku pakai celana atau rok ya?"
Dari tempat duduknya, Ezra menoleh ke belakang, melihat Ella sedang memegang dua setel pakaian di tangan kanan dan kirinya. Satu blus dengan rok, satunya kemeja dengan celana.
"Apa pun boleh."
"Nggak ada preferensi apapun?"
Ezra menggeleng.
"Kalau menurut kamu, bagus yang mana?"
Bagi Ezra, Ella akan cocok mengenakan pakaian manapun. Tapi Ezra tahu, bahwa perempuan tetap akan lebih senang jika dijawab pertanyaannya.
"Yang rok bagus."
Ella melihat pilihannya, lalu mengangguk. "Okay." Dia pun melesat kembali ke kamar. Setengah jam kemudian baru keluar dengan mengenakan pakaian pilihan Ezra dan sudah berdandan. Diam-diam Ezra menghela napas lega. Mulanya dia sempat khawatir Ella akhirnya memilih pakaian lain meski sudah dipilihkan setelan rok olehnya.
"Ayo." Ella menggandeng lengan Ezra menuju mobil.
Setelah kemarin bertemu dengan kakak-kakak Ella, hari ini Ella diajak oleh Ezra untuk menemui ibu dan adiknya. Sengaja tak menunggu lama untuk memberi kabar pada seluruh keluarga inti. Alana pun sudah diberi tahu bahwa Ezra akan mengajak Ella menemuinya, tapi belum tahu tentang rencana mereka ke depannya.
"Zra, Ibu Alana lebih suka buah atau kue-kue gitu?" Di jalan, Ella bertanya.
"Kayaknya..." Ezra perlu berpikir lebih keras dulu. Dia hampir lupa apa kesukaan ibunya. Tapi jika Alana ditanya kesukaan Ezra dan Edgar, pasti tak perlu lama berpikir. "Dulu Mama suka kue, tapi semakin tua, pilihan makanannya semakin sehat."
"Oke. Kalau gitu nanti mampir dulu ke supermarket."
"Untuk?"
"Beli buah dong. Masa aku datang nggak bawa apa-apa?"
Ezra menelan ludah, memilih setuju tanpa berdebat. Dipikir-pikir, kemarin dirinya datang ke rumah Mine malah dengan tangan kosong. Sewaktu bertemu Grace juga. Ezra harus mencatat bahwa lain kali dia perlu membawa sesuatu.
Di supermarket, bukan hanya buah yang Ella beli. Melainkan juga beberapa minuman untuk mengisi kulkas, cemilan rendah lemak dan rendah gula, juga bunga. Dia terlihat puas dengan seluruh belanjaannya, sementara Ezra menggeleng-geleng.
"Aku bukan shopaholic, aku cuma mau ngasih banyak hal buat mama mertua," Ella nyengir.
"Fineee..." balas Ezra, tak berkomentar lagi.
Di depan rumah Alana, begitu suara mobil terdengar, pintu sudah dibuka. Kali ini Edgar dan Alana sudah berdiri menyambut mereka.
Ketika Ella turun dari mobil, Edgar refleks melongo dan menyerukan, "Waaaw." Yang otomatis membuahkan tepukan di pundaknya oleh sang ibu.
"Selamat pagi menjelang siang, Bu Alana." Ella menyapa riang, melambaikan tangan lalu menghampiri Alana. "Kita bertemu lagi."
"Tapi bukan sebagai bibinya Si Kembar ya," Alana menyambut Ella, memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan.
"Hehehe." Ella tersipu. "Ibu sehat?"
Sementara kedua perempuan ini bercengkrama, Ezra dan Edgar sibuk menurunkan barang belanjaan dari mobil. Dengan banyaknya barang belanjaan, Ella dan Alana malah santai mengobrol dan berjalan menuju rumah. Meninggalkan kakak beradik itu kerepotan membawa segala macam barang.
Di dalam rumah, Ella segera disuguhkan informasi tentang Ezra oleh Alana. Ditunjukkannya foto-foto masa kecil Ezra, sendiri, bersama Edgar, bersama orang tuanya. Alana juga menceritakan bagian-bagian rumah yang menjadi tempat favorit Ezra. Cerita-cerita bahwa Ezra juga pernah nakal selama masa sekolahnya. Apa saja yang dilakukan Ezra sejak tinggal sendiri dan rutin mengunjungi ibunya setiap akhir pekan. Tapi di antara semua cerita itu, Alana tidak pernah menyebutkan soal pacar. Bahkan pacar di masa sekolah yang tidak akan memberikan efek apa-apa kepada Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
(S)He's The Boss! (END - WATTPAD)
RomanceElla tak sengaja bertemu dengan Ezra dan tak sengaja juga tertarik pada pria dingin sedingin freezer kulkas itu. Jarang bicara tapi perbuatannya menunjukkan kebaikan hatinya. Permasalahannya, Ezra pernah menikah dan Ella adalah lajang yang sekaligu...