Babak 7 - Company Business

2.6K 408 22
                                    

Ella duduk diam di hadapan cermin yang sekelilingnya berhiaskan sejumlah lampu. Di atas meja di hadapannya, terbuka sebuah kotak berisi peralatan make up. Kuas berbagai jenis, palet lipstik berbagai warna, segala jenis foundation, cushion, bedak. Semua peralatan untuk membuatnya cantik dan pangling.

Tidak, Ella bukan akan menikah. Menikah masih belum ada pada prioritas hidupnya saat ini. Hari ini adalah hari di mana Ella akan menerima tampuk 'kekuasaan' Peters Food dari ibunya. Acara formal yang akan dihadiri oleh jajaran manajemen Peters Food dan para stakeholder, sebagai saksi bahwa mulai hari ini, Ariella Peters lah pemegang tanggung jawab terbesar perusahaan yang menaungi 3000 karyawan ini.

Perasaan Ella tak karuan pagi ini. Mine bahkan berseloroh bahwa Ella seperti dirinya saat menikah dulu. Ella tak akan komplain. Saat ini pun dia akan berkomitmen pada suatu hal yang besar. Setiap keputusannya menyangkut nasib banyak orang. Entah berapa lama pula Ella akan menanggung tugas ini. Apakah dalam 30 tahun hingga berhenti di usia 60 tahun seperti ibunya? Ataukah hanya dalam 25 tahun jika dia punya anak dan anaknya sudah siap lebih dulu?

Entah. Pertanyaan itu bukan hal yang bisa Ella jawab kali ini. Sekarang yang perlu Ella khawatirkan adalah bagaimana pandangan orang terhadapnya. Namun yang lebih mendesak lagi adalah apakah kata-kata pertamanya sebagai pimpinan sudah cukup berwibawa dan meyakinkan?

"Sudah selesai, Bu," ujar si MUA.

Ella mengangkat wajah dari tablet yang dibacanya selama didandani. Dia mengerjapkan mata karena tak percaya bahwa sosok yang balas menatapnya di sana adalah dirinya. Perempuan di dalam cermin terlihat memiliki kepribadian yang tegas, berwibawa, sekaligus tenang namun berbahaya. Ella yang selama ini mengklaim dirinya jarang serius, benar-benar terpukau karenanya. Atau mungkin, memang selama ini Ella sebenarnya memiliki sifat tersebut, namun belum tergugah?

"Perfect," Ella berdecak kagum. "Saya hampir tak yakin itu saya."

Pujian Ella membuahkan senyum bangga dari sang perias. Ella kembali mengucapkan terima kasih sebelum dirinya diarahkan oleh stylist yang sengaja disewa Grace. Disajikan berbagai potongan pakaian yang semuanya elegan dan bermerk. Ella bisa memilih sendiri pakaiannya, disesuaikan dengan riasan yang dia kenakan sekarang.

Lima menit berpikir dan melihat-lihat, Ella menjatuhkan pakaian pada satu set blazer berwarna coklat dengan potongan celana lurus dan blazer yang lengannya bisa digulung hingga ke siku. Ella ingin menunjukkan kesan bahwa dia tetap seorang wanita namun tetap bisa bekerja keras dan tangguh dalam menghadapi segala situasi.

Terakhir, Ella memilih sepatu hitam dengan tinggi hak lima senti. Pilihan yang cocok dengan pakaiannya dan tetap memberikan kesan yang sama. Ella akan tetap lincah meski dalam outfit khas seorang perempuan.

Pihak panitia belum hadir untuk memberikan aba-aba bagi Ella. Artinya, acara masih belum akan dimulai meski menurut perhitungan Ella, para undangan sudah mulai hadir. Waktu yang tersisa dimanfaatkan Ella untuk membaca kembali naskah sambutan yang sudah dipersiapkan untuknya. Kurang lebih Ella memahami poin-poin apa saja yang akan disampaikan olehnya kepada publik.

"Bu Ella, kami persilakan."

Ella menegakkan kepalanya. Tablet diserahkan kepada Gina lalu Ella pun berjalan tegak keluar dari ruang tunggu. Seiring langkahnya melaju, semakin banyak orang yang juga ikut bergabung dalam barisannya. Grace bergabung dengan Ella dari ruang sebelah. Mine dan Ando mengikuti tak lama kemudian. Para direktur juga menyambut kedatangan Ella dan ikut berdiri di belakang keluarga Peters. Para kepala divisi dan kepala wilayah ikut bergabung dalam barisan, yang ditutup oleh para asisten masing-masing.

Di pintu jati yang terlihat berat, Ella bersiap. Semua orang juga ikut berdebar menunggu. Pelan-pelan pintu itu terbuka. Telinga Ella menangkap suara sang pembawa acara.

"Kami persilakan masuk kepada Direktur Utama yang baru, Ibu Ariella Peters."

Kilau cahaya kamera menghujani Ella begitu pintu sepenuhnya terbuka. Ella tak gentar, memasang senyum tipis, dan melangkah maju.

Dari semua orang yang hadir di ruangan ini, entah bagaimana caranya, wajah Ezra yang ternganga adalah yang pertama kali Ella lihat.

***

Akhirnya ketahuan juga! Gimana reaksi Ezra?

-Amy

(S)He's The Boss! (END - WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang