Bab 3

15.1K 69 0
                                    

Syima dan Raihan masih dalam keadaan bertengkar walaupun tidak ada lagi perkelahian, keduanya masih keras kepala untuk mengalah. Malam ini, Raihan mencoba untuk berbaikan dengan sang Istri tapi sang Istri masih berkeras mendiami dan mencueki Raihan.

Raihan masih sangat mencintai istrinya tetapi kesalahan yang istrinya lakukan membuat dia menjadi pemarah seperti ini. Walaupun telah coba mengalah tetapi emosi di dadanya masih ada kala mengingat Syima berselingkuh.

"Syima, mas masih suami kamu! Apa kami tidak rasa berdosa karena mendiami mas seperti ini?" tanya Raihan yang coba mengingati Syima.

"Ck, gara-gara Mas, aku seharusnya mendapatkan proyek besar hari ini tapi gagal!" decak Syima dengan raut wajah marah.

"Itu cuma pekerjaan Syima, apa yang paling penting dalam hidupmu sekarang hah? Pekerjaan? Lalu keluarga yang butuh perhatianmu bagaimana?" tanya Raihan nada kesal.

"Semua ini impian aku Mas!" jawab Syera meninggikan suaranya.

Raihan semakin kesal karena Syima tidak sedikit pun ingin mengerti perasaannya dan urusan keluarga kecil mereka. Ingin sekali dia memberitahu tentang apa yang dia lihat tetapi dia masih ingin memberi Syima kesempatan karena dia yakin suatu hari nanti Syima pasti menceritakannya sendiri dan sadar akan kelakuannya.

Raihan akhirnya keluar dari kamar mereka, dia malas harus berdebat terus menerus. Raihan memilih keluar untuk mendinginkan kepalanya.

Sewaktu Raihan berjalan menuju dapur, dia bertemu dengan Syera yang juga sedang menuju ke arah dapur.

Raihan menatap punggung Syera yang berjalan di hadapannya.
'Andaikan Syima seperti Syera, yang terlihat perhatian kepada ku, pasti keluarga kecilku sangat bahagia,' ucap Raihan dalam hati.

Tanpa sadar Raihan membandingkan Syima dan Syera, apalagi mengingat kejadian kemarin Syera membantu mengobati lukanya.

"Eh Kak, Kakak mau minum juga?" sapa Syera hingga lamunan Raihan membuyar.

"I-iya Syer," jawab Raihan.

"Oh, Kakak mau minum apa? Kebetulan Syera mau buat coklat hangat, mau sekalian Syera buatkan minuman?" tawar Syera ramah.

"Terima kasih Syer, tapi Kakak hanya ingin meminum air dingin," jawab Raihan lalu membuka kulkas di dalam dapur itu.

"Loh, inikan sudah hampir jam 10 Kak. Kakak tidak takut masuk angin? Lagian tidak baik minum minuman dingin di malam hari," tutur Syera memperingatkan Raihan.

Raihan kembali menutup Kulkas lalu menatap Syera dengan tersenyum. Raihan baru sadar, Syera menggunakan piyama tidur yang berbahan tipis hingga bentuk tubuhnya terlihat di bawah lampu yang sedikit maram.

'Syera tidak menggunakan pakaian dalam!' batin Raihan yang jelas melihat warna kecoklatan pada dada Syera dan bagian bawah yang berbentuk huruf V.

Raihan meneguk air liurnya dengan bersusah payah karena pemandangan ini. Tiba-tiba saja dia merasa panas dingin, apalagi sudah hampir sebulan dia tidak pernah berhubungan badan dengan Syima.

"Kak?" Syera melambaikan tangannya di depan wajah Raihan karena Raihan terlihat melamun lagi dan lagi.

"I-iya," jawab Raihan setelah lamunannya membuyar.

"Kakak ada masalah? Dari tadi Kakak melamun terus. Apa masih marahan dengan Kak Syima?" ucap Syera menebak masalah yang Raihan hadapi.

Raihan hanya mengangguk, entah kenapa berat untuk menjawab karena sebenarnya dia melamun bukan memikirkan masalahnya dengan Syima tetapi dia tiba-tiba tertarik dengan penampilan Syera yang membuat napsu manusiawinya bangkit.

Terjerat Cinta Sang Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang