Syera pulang ke kosannya dengan wajah yang sumringah, dia sendiri tidak menyangka bahwa dia sedang hamil padahal baru saja dia berencana untuk hamil.
"Ternyata aku telat karena aku hamil anak Kak Raihan," ucap Syera girang.
Syera langsung mengambil ponselnya dan menelepon Raihan namun beberapa kali dia menelepo tetap saja Raihan tidak menjawab panggilannya.
Syera mulai kesal dan pikirannya menerawang ke arah lain, "Jangan-jangan Kak Raihan dan Kak Syima sedang menikmati waktu berdua."
Syera langsung melemparkan ponselnya ke atas kasur miliknya, entah kenapa hatinya merasa panas ketika memikirkan Raihan sedang bermesraan dengan Syima.
Syera menutup matanya dan mengusap dadanya agar dia tenang karena dia teringat pesan dokter tadi bahwa dia tidak boleh terlalu stress dan tertekan.
Dia hanya bisa menyemangati dirinya dengan kata-kata positif dan benar-benar berharap impiannya untuk menjadi satu-satunya wanita Raihan akan tercapai.
Setelah merasa tenang tiba-tiba ponselnya berbunyi, dengan celat Syera mengambil lagi ponselnya tadi. Syera melihat nama Raihan merupakan nama pemanggil dengan senyuman yang merekah dia menjawab panggilan tersebut.
["Helo Syer, maaf tadi aku mandi. Ada apa?"] tanya Raihan dari seberang sana.
["Tidak, hmm aku ingin memberi Kak Raihan kejutan besok. Jadi, bisakah Kakak datang besok?"] jawab Syera.
["Aku penasaran Syer ... tapi, kalau besok aku tidak bisa karena bunda telepon suruh ke kampung,"] terang Raihan.
["Oh, kalau begitu aku ikut Kak Raihan ke kampung saja ya. Lagi pula sudah lama aku tidak ketemu bunda, ehm kan tidak lama lagi bunda juga akan menjadi mertuaku,"] sahut Syera dengan kalimat terakhir terdengar malu-malu.
Raihan yang berada di seberang sana terdiam dengan ucapan Syera, mana mungkin itu terjadi menurutnya, yang ada bundanya bakal mengusirnya terang-terangan.
["Kak, Kakak masih di sana?"] tanya Syera karena tidak mendengar suara Raihan.
["Iya ... Syer, besok Syima ikut karena bunda ingin bertemu dengannya. Kamu jangan dulu ikut ya, aku takut Syima nekad mempermalukan kamu,"] jelas Raihan yang mencoba mencari alasan.
Syera mengatupkan rapat bibirnya, sudah pasti Syima akan melakukan hal itu pikir Syera karena pesan yang pernah Syera kirim waktu itu.
["Baiklah,Kak cepat pulang ya. Aku tetap simpan kejutannya sampai kakak pulang,"] ucap Syera mengalah.
["Iya, sekarang tidurlah. Besok liburkan, jangan main ke tempat yang jauh dan pulang sebelum malam ok,"] peringat Raihan.
Syera hanya mengiyakan saja karena belum tentu dia akan keluar besok apalagi tubuhnya berapa hari ini terasa lemas.
Raihan telah mematikan panggilan secara sepihak karena kedatangan Syima, kini tinggallah Syera duduk sendiri menatap ponselnya.
"Cuma berapa hari saja, ayo jangan pikir macam-macam," ucap Syera.
Keesokan harinya, Syera bangun seperti biasa untuk keluar membeli makanan untuk dirinya. Biasanya Raihan akan membawakannya makanan atau membawanya keluar makan di luar tetapi beberapa hari ini Syera harus benar-benar sendiri.
Raihan tidak mengabarinya sedikit pun membuat Syera merasa begitu bosan. Dia coba menelepon temannya Nora untuk mengajak mereka main di kosannya agar dia tidak bosan sendiri.
Mujur saja Nora setuju dan akan datang untuk menemani Syera. Satu jam kemudian, pintu kamar kos Syera diketuk dan dengan cepat Syera membuka pintu dengan wajah sumringah.
"Nora! Akhirnya aku tidak sendiri," ucap Syera girang.
"Ck, kita akan bersenang-senang hari ini," jawab Nora, "Cepat sedikit Ziz panas ni," lanjut Nora.
Syera menaikkan alisnya menatap Nora lalu menoleh ke arah luar, ternyata Aziz juga ikut sama. Namun, Syera tidak menolak kedatangannya karena dia masih ingat Aziz pernah membantu dirinya.
Aziz yang berada di antara dua gadis membuatnya sering di ejek sedangkan, dalam diam Aziz terus memperhatikan Syera.
"Syer, pinjam wc ya," ucap Aziz.
"Di belakang Ziz," jawab Syera.
Aziz langsung ke belakang dan masuk ke kamar kecil itu, dia menuntaskan hasratnya dengan nyaman karena kamar kecil itu sangat bersih. Sewaktu menyuci tangan, anak mata Aziz menangkap sesuatu yang membuatnya kaget.
"I-inikan ... testpack untuk tes kehamilan." Tangan Aziz gementar memegang testpack itu.
Apalagi dia melihat ada dua garis merah, membuatnya semakin berkeringat dingin. Aziz menelan air liurnya dan mulai berpikir tentang Syera.
Aziz menebak bahwa pemilik testpack tersebut hamil, dia mengetahuinya karena mengingat dulu kakaknya pernah memperlihatkannya sebelum ponakannya lahir.
"Ini tidak mungkin Syera punya, ahh aku harus pastikan," ucap Aziz lirih.
Sebenarnya tadi pagi Syera sengaja melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, dia ingin memberi Raihan kejutan dengan testpack itu tetapi dia lupa menyimpannya di tempat aman dan kini testpack tersebut sudah berada di tangan Aziz.
Aziz kembali ke ruang depan di mana kedua gadis itu berada namun netra matanya menuju ke arah Syera yang tertawa.
Aziz duduk berhadapan dengan Syera, dia memperhatikan gerak gerik Syera tetapi tidak ada yang aneh karena dulu sewaktu kakaknya hamil mengalami mual-mual dan pusing tetapi jika diperhatikan Syera tidak mengalami hal tersebut begitulah pikiran Aziz.
'Tapi kalau bukan Syera punya siapa lagi yang berada di sini kalau bukan Syera, kalau Nora sangat tidak mungkin, dia belum ke kamar wc sedari tadi,' batin Aziz berspekulasi.
"Ah, Syer tadi ada temen cewek kau ke sini?" Aziz memberanikan diri bertanya.
"Siapa? Cuma Nora dan kau saja yang ke sini," jawab Syera.
Deg!
Aziz langsung tercengang, berarti benar testpack tadi milik Syera pikirnya.
'Nanti aku tanya lagi untuk memastikan,' batin Aziz.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Kakak Nora telah meneleponnya untuk menjemputnya sedangkan, Syera merasa sedikit sedih karena akan tinggal sendiri lagi.
Nora lebih dulu pulang dan Aziz masih berdiri di depan pintu Syera tanpa bergerak sedikit pun hingga Syera menegurnya karena merasa aneh.
"Ziz, kau kenapa?" tanya Syera.
"Ehem, aku ada ingin bertanya sesuatu dengan kau," jawab Aziz.
Syera pun mengangguk dan mengajak Aziz duduk di kursi depan kamar kosnya, lalu mengizinkan Aziz untuk bertanya saja.
Aziz mengeluarkan testpack tadi lalu menyerahkannya pada Syera dan bertanya, "Ini milikmu?"
Mata Syera melotot lalu merampas testpack tersebut dan menyimpannya di dalam saku celananya. Syera juga tidak berani bersitatap dengan Aziz dan tidak menjawab pertanyaan Aziz.
"Berarti benar ya?" Aziz merasa hatinya sakit bagai tertusuk-tusuk jarum.
Memandangkan Syera tidak mau menjawab, Aziz memilih berdiri dari kursi yang didudukinya tadi. Rasa kecewa dan sakit hati membuat amarah mulai berdatangan.
Syera menarik baju Aziz ketika Aziz ingin melewatinya dan berkata dengan lirih, "Jangan bilang ke siapa-siapa, aku mohon."
Mendengar permohonan Syera, Aziz langsung saja meninggalkan Syera yang masih duduk di situ.
"Sial! Dengan siapa?"
Next-->
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Sang Kakak Ipar
Roman d'amour"Apa yang Kakak lakukan?" tanya Syera pada Raihan yang merupakan suami dari Kakaknya. "Izinkan aku mencicipimu," sahut Raihan dengan penuh berghairah. .... Syera terjebak oleh Kakak iparnya sendiri, Syera tinggal bersama Syima yang merupakan Kakak k...