Bab 29

1.1K 32 4
                                    

Selama 2 minggu 3 hari Syera tidak bertemu dengan Raihan bahkan Raihan juga tidak memberikan kabar padanya. Namun, Syera coba menahan diri untuk tidak gegabah lagi, dia pendamkan rasa rindunya pada Raihan.

Kini usia kandungan Syera telah menginjak 4 minggu atau sebulan. Syera hanya mengandalkan vitamin ibu hamil saja walaupun dokter menyarankannya untuk minum susu yang khusus untuk ibu hamil karena baik untuk ibu dan anak yang di dalam rahimnya.

Namun, karena uang simpanan Syera terbatas dia hanya bisa menunggu Raihan saja yang membeli susu untuknya. Berapa hari ini juga Syera merasa lemas dan mual-mual mujur saja Aziz masih mau membantunya.

"Syer, kita pergi periksa ya? Kalau kau muntah terus bagaimana dengan anak itu," ucap Aziz cemas.

"Kata mereka ini bawaan dari bayi ini, lagi pula aku tidak ada energi lagi mau berdiri," jawab Syera yang terduduk lemas di depan kamar kecil.

Sekesal apa pun Aziz terhadap Syera tetapi tidak dipungkiri perasaannya masih sama walaupun kini status Syera telah berbeda.

"Mari, aku gendong saja. Aku takut sesuatu terjadi padamu, sekurang-kurangnya kita bisa tanya dokter bagaimana menghentikan muntah mu ini." Aziz berbicara sambil menarik tubuh Syera perlahan untuk naik ke punggungnya.

"Terima kasih Ziz," ucap Syera lirih.

Aziz tidak menjawab, dia hanya diam dan langsung membawa Syera masuk ke dalam mobilnya lalu menuju ke klinik kandungan terdekat.

Perlakuan Aziz sama persis seperti seorang suami yang mencemaskan istrinya, hingga dokter juga berkata demikian.

"Bapak tidak perlu khawatir ini bawaan saja, minum saja vitaminnya dan kalau bisa berikan ibu susu ibu hamil ya biar anak dan ibu nanti tidak kekurangan gizi. Oh ya, jangan biarkan ibu stress atau tertekan ya Pak," pesan Dokter itu.

"Baik dok," jawab Aziz singkat.

Setelah pulang dari klinik barulah Aziz merasa lega karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebelum pulang, Aziz sempat menyiapkan beberapa makanan untuk Syera.

"Syer, aku harus pulang. Kalau ada apa-apa tinggal telepon saja, aku pasti datang dan jangan lupa makan biar sedikit harus makan karena kau perlu isi perut, jangan lupa juga minum vitamin nanti," pesan Aziz seperti sang kekasih.

Syera hanya mengangguk dan berterima kasih karena Aziz sudah membantunya banyak selama beberapa hari ini.

Setelah kepergian Aziz, Syera coba melelapkan matanya. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi ketukan pintu lagi.

Syera membuka matanya lalu mengernyitkan dahinya. "Apa Aziz kembali lagi? Atau ada yang tinggal?" ucap Syera sebelum membuka pintu.

"Ada ya- ...," ucapan Syera terhenti.

Kali ini bukan Aziz yang datang melainkan pria yang telah dia tunggu 2 minggu lebih ini. Pria itu adalah Raihan, dia tersenyum pada Syera.

"Syer ... aku sangat merindukanmu," ucap Raihan sambil berjalan masuk ke dalam kosan Syera.

Syera yang berjalan mundur dan tatapan matanya masih menatap Raihan dengan lekat. Seperti tidak percaya bahwa Raihan telah datang hari ini.

"Syer, kenapa bengong? Kamu sakit?" Raihan bertanya sambil meletakkan tangannya pada dahi Syera.

Terasa sedikit hangat pada dahi Syera membuat Raihan sedikit khawatir dengan Syera, apalagi Syera tidak berkata sepatah kata pun. Raihan coba menggoyang pundak Syera.

"Eh, ma-af Kak," ucap Syera akhirnya sadar dari lamunannya.

"Kamu sakit? Sakit apa? Sudah minum obat?" pertanyaan beruntun keluar dari mulut Raihan.

Terjerat Cinta Sang Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang