Bab 15

6.4K 45 3
                                    

Flashback on...

Syima masih berbaring di atas kasur dan mulai memainkan ponselnya sementara menunggu Ahmad. Setelah merasa Ahmad sedikit lama berada di luar, Syima pun menyusul. Dia turun dari atas ranjang dan mengambil handuk kimono di atas sofa kecil di dalam kamar penginapan itu.

Namun, Syima di buat sedikit kaget ketika mendengar suara wanita sedang berbicara dengan Ahmad. Awalnya ingin sekali dia keluar dan melihat siapa wanita itu tetapi dia hentikan langkahnya.

Syima mendengar Ahmad menyebut tentang anak dan otomatis pikiran Syima menuju ke istri sang atasan.

"Apa kami ketahuan, habislah aku tidak boleh berada di dalam sini. Bagaimana ini?" ucap Syima lirih pada diri sendiri.

Syima sedikit gementar, dia dengan cepat mengenakan pakaiannya kembali dan mengambil tas baju dan tas selempangnya. Syima coba berpikir-pikir bagaimana bisa keluar dari kamar ini.

"Sial, aku harus cepat." Syima memeriksa jendela tetapi tidak ada balkon.

Syima menghela nafas panjang, kemudian sebuah ide terlintas dipikirannya. Dia sementara waktu akan bersembunyi di belakang pintu dan keluar saat istri sang atasan masuk memeriksa.

Syima berharap rencananya ini berhasil. Dia tidak siap kalau harus hilang pekerjaan dan putus hubungan bersama sang atasan. Apalagi Syima dan Ahmad sudah menanam benih cinta mereka di dalam rahim Syima dan Syima juga sudah terlanjur mencintai sang atasan.

Walaupun Syima tau kemungkinan untuk hamil sangat tipis karena dia sering mengkonsumsi pil kontrasepsi untuk mencegah kehamilan tetapi Syima tidak mau Ahmad meninggalkannya.

Berapa menit kemudian, benar tebakan Syima pasti istri sang atasan memasuki kamar itu dan Syima mengambil kesempatan setelah istri atasan menuju ke arah kamar mandi.

Sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu, Syima sempat mencium Ahmad sekilas dan berbisik lalu keluar dari kamar itu.

"Aku tetap menunggumu menuntaskan yang tadi, jangan main curang." Syima berbisik lalu keluar dengan langkah yang cepat.

Flashback end...

"Ck, terpaksa tidur sendiri malam ini," gerutu Syima kesal karena kedatangan istri sang atasan.

Syima menuju ke meja resepsionis dan meminta satu kamar lagi untuk dirinya. Syima meminta kamar di lantai 3 sedangkan Ahmad berada di lantai 2.

Syima telah menyusun rencana agar dia tidak tidue sendiri malam ini. Setelah memasuki kamarnya dia segera memesan makanan lewat online.

"Kau tidakkan bisa jauh dari Ahmad," ucap Syima tersenyum miring.

Sementara di sebuah vila pinggir kota. Raihan masih asyik memeluk Syera yang sedang tertidur pulas. Raihan sengaja tidak memberi Syera ruang yang banyak untuk bergerak agar Syera tetap berada dalam pelukannya.

"Aku pastikan nanti setelah bercerai dengan Syima, kau akan menjadi istriku Syera. Tidak peduli apa pun yang bakal berlaku nanti," ucap Raihan lirih.

Sepanjang malam Raihan menghabiskan sisa tenaganya dengan mengukur kecantikan wajah dan tubuh Syera. Malam kian larut, akhirnya Raihan tertidur dengan posisi masih memeluk Syera.

Syera yang merasa dirinya tidak bisa bergerak bebas akhirnya terbangun. Saat dia membuka matanya, hal yang pertama di lihatnya adalah wajah Raihan yang tertidur pulas.

Syera menatap lekat wajah Raihan hingga tercetak senyuman tipis pada bibir Syera.

'Mungkin ini mimpi, padahal aku ingin melupakanmu Kak. Tapi, kenapa Kakak terus mengangguku dan sekarang ingin menguasai diriku? Aku tidak tahu harus bahagia atau sedih karena aku tahu Kak Raihan cuma menjadikan aku sebagai pelarian rasa sakit hati terhadap Kak Syima kan?' ucap Syera dalam hati.

Bulir-bulir hangat keluar dari pelupuk mata Syera. Entah kenapa hatinya merasa seperti terluka. Syera coba kembali memejam matanya dengan wajah yang terlihat sendu. Tidak ada lagi senyuman seperti tadi.


--Tbc--

Terjerat Cinta Sang Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang