Bab 20

4.1K 37 0
                                    

Syera pulang ke rumah dengan wajah yang masam, namun setelah memasuki kawasan rumah sang kakak para tetangga berbisik-bisik sambil menatap ke arah rumah mereka.

Sedikit merasa aneh apalagi dia tidak mendengar sedikit pun ucapan mereka. Memang benar-benar berbisik dan menatap dengan tatapan aneh juga ke arahnya.

Semakin merasa kesal karena tatapan para tetangga, akhirnya Syera masuk ke dalam rumah yang terasa sepi. Syera tidak melihat Syima di ruang tengah, pikirnya sudah pasti Syima berada di dalam kamar.

Namun, sewaktu menaiki tangga dan kini sudah berada di hadapan pintu kamarnya. Dia melihat pintunya terbuka dan Syima sedang berdiri di pintu kamar itu.

Syima berkacak pingang dan menatap tajam ke arah Syera.
"Oh kau sudah pulang?" tanya Syima sinis.

"Ya sudah pulang, masa ini masih baru mau ke sekolah? Sudahlah Kak, Syera capek ingin istirehat," jawab Syera.

Syera coba mengabaikan Syima dan ingin memaksa masuk ke kamar, namun Syima segera mendorong Syera dan melemparkan koper Syera ke arahnya.

Syera melotot setelah dia tersungkur dan koper miliknya menghentam kakinya.
"Apa ini Kak?" tanya Syera dengan tidak mengerti maksud sang Kakak.

"Entahlah, aku merasa kau hanya bawa musibah di dalam keluargaku. Oleh itu, aku mengusirmu dan kau pergi cepat dari sini!" jawab Syima diakhiri dengan bentakan.

"Kak Syima tega! Padahal, aku tinggal di sini bukan kemauanku tapi Kakak yang menyuruhku dulu dan sekarang Kakak mengusirku? Hah, sangat lucu," ucap Syera dengan beremosi.

"Itu dulu yang aku kira kau polos tetapi ternyata suhu, sudahlah pergi saja dan jangan pernah menjejakkan kakimu di rumah ini," usir Syima lagi.

Syera berusaha berdiri lalu menarik kopernya untuk membawa turun tetapi sebelum dia benar-benar melangkah ke tangga Syera sempat berkata.

"Jangan kira aku tidak tahu rahasiamu bersama pria lain!" ketus Syera.

Syima membulatkan matanya. Entah bagaimana Syera bisa tahu membuat wajah Syima semakin murka tetapi dia coba tetap tenang. Pikirnya mungkin Syera mendengarkan omongan tetangga.

Syima langsung bergerak menuju ke kamarnya dan mencari ide untuk membujuk Raihan agar Raihan tidak menceraikan dirinya. Syima mondar mandir hingga terasa lelah dan akhirnya memilih tidur.

Sementara, Syera sedang menarik koper keluar dari kawasan kompleks perumahan sang Kakak. Syera tidak membawa motor yang Raihan pinjamkan padanya karena kebetulan kunci motor di ambil oleh Raihan semalam.

Syera tidak banyak mengeluh tetapi raut wajahnya terlihat semakin kesal. Pada awalnya dia sengaja mematikan ponsel biar Raihan tidak bisa menghubunginya.

Akan tetapi, saat ini dia sangat membutuhkan Raihan. Setelah sampai di halte bus, Syera langsung menyalakan ponselnya dan membuat panggilan ke nomor Raihan.

Mujur saja hanya dua kali dering, Raihan langsung menjawab ponselnya.

["Syer, kamu di mana?"] tanya Raihan dari seberangan sana setelah menekan tombol hijau.

Syera tidak menjawab dia malah menangis dan terdengar oleh Raihan.

["Sayang, maafkan aku tadi ada hal yang harus aku urus, kamu jangan menangis ya maafkan aku. Aku janji akan menebus kesalahan hari ini,"] ucap Raihan lagi.

Raihan mengira Syera menangis disebabkan dirinya padahal kenyataannya sangat bertimbal balik.

["Ti-tidak Kak, aku-aku diusir sama Kak Syima,"] jawab Syera terbata-bata.

["Apa? Terus kamu di mana?"] Raihan kaget mendengar ucapan Syera.

Raihan segera mengambil jasnya dan keluar dari kantor. Dia pamit pulang lebih awal dengan alasan ada urusan keluarga yang mendadak.

Syera mengatakan bahwa dia berada di halte yang berhadapan dengan kompleks perumahan mereka. Oleh itu, Raihan menyuruhnya untuk menunggu dirinya di sana.

Raihan juga sempat meminjam mobil salah satu temannya agar tidak menimbulkan kecurigaan tetangga lagi.  Sepanjang perjalanan, Raihan tidak mematikan panggilan telepon mereka karena khawatir akan Syera.

Setengah jam kemudian, Raihan sampai di hadapan halte bus dan menyuruh Syera untuk memasuki mobil.

Syera duduk di bagian kursi penumpang dengan wajah sendu. Raihan tidak banyak bertanya hanya memperhatikan Syera dari kaca spion dalam mobil saja.

Raihan membawa Syera kembali ke sebuah penginapan yang jaraknya dari sekolah Syera memakan waktu setengah jam.

Setelah sampai di penginapan tersebut dan kini mereka sedang duduk berhadapan di dalam kamar penginapan itu. Raihan langsung saja menangkup pipi Syera menggunakan kedua tangannya.

"Sementara kamu di sini saja, nanti aku akan temani kamu. Soal Syima biar aku yang urus," ucap Raihan menenangkan Syera.

"Baiklah Kak." Syera mengangguk lalu memeluk Raihan.

"Oh iya, Syima tadi ditangkap warga. Dia membawa selingkuhannya masuk ke dalam rumah," jelas Raihan.

Syera langsung melepaskan pelukannya dari Raihan dan berkata, "Benarkah? Pantas saja tetangga pada menatap aneh sewaktu aku memasuki rumah."

"Makanya, tadi aku menguruskan hal itu hingga lupa dengan janji aku sama kamu," terang Raihan.

"Hmm tidak apa Kak, terus Kakak akan menceraikan Kak Syima?" tanya Syera dengan raut wajah berbinar.

"Iya tapi, bukan sekarang. Belum saatnya, aku harus mendapat sesuatu yang bisa mengukuhkan agar bisa menceraikannya," jawab Raihan lagi.

Wajah Syera yang tadi berbinar seketika meluntur menjadi cemberut. Dia menjauhkan dirinya dari Raihan dan memanyunkan bibirnya.

"Tenanglah, aku tidak akan mengingkari janji."


--Tbc--

Terjerat Cinta Sang Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang