Chapter Seven

116 34 14
                                        

Satu tahun kemudian...

Kini fatimah tenggah berada salah satu butik yang berada di jakarta. Namun fatimah kesana bukan untuk belanja tapi untuk melamar pekerjaan.


Tok...tok....

"Assalammualaikum," salamnya.

"Waalaukunsalam, silahkan masuk."

"Iya."

"Silahkan duduk."

"Terimakasih bu."

"Kamu ingin melamar sebagai designer di sini."

"Iya bu."

"Setelah saya lihat semua desein kamu. Kamu memang berbakat saya suka sama desain kamu."

"Alhamdulillah terimakasih bu."

"Dan saya putuskan untuk menerima kamu untuk menjadi desainer di butik saya."

"Beneran bu."

"Iya."

"Alhamdulillah, terimakasih banyak bu karna ibu sudah mau menerima dan memberi saya kesempatan untuk menjadi desainer di butik ibu."

"Iya sama-sama saya percaya kamu mampu. Ouh iya berati mulai besok kamu sudah bisa mulai kerja."

"Siap bu, kalo begitu saya permisi dan sekali lagi terimakasih assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kini fatimah tengah berjalan di pinggir jalan sambil menunggu taksi yang lewat.

"Allhamdulilah ya allah akhirnya aku bisa mewujudkan cita-citaku," monolognya

Tiba-tiba seseorang dari sebrang sana memanggilnya, "Fatimah." Panggil orang itu sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Fatimah yang melihat itu pun menghampirinya. "Kakak ngapain disini?"

"Gue lagi cari makan," jawabnya.

"Oh."

"Lo mau ikut gak?"

"Apa aku ikut aja ya makan sama kak akhtar. Biar nanti bisa sekalian aku sampaikan pesan dari kyai," batin fatimah.

"Fat."

"Eh iya."

"Kok lo malah ngelamun sih, mau ikut gak."

"Yaudah boleh, saya ikut."

"Yaudah yuk kebetulan di sebalah sana ada tukang bubur yang enak banget."

Mereka pun berjalan ke arah gerobak sang penjual bubur tersebut. "Fat lo mau gimana buburnya?"

"Em yang saya ngak pake kacang sama kecap."

"Kenapa?"

"Saya ngak terlalu suka."

"Ouh, oke kalo gitu gue pesen dulu."

secerah hidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang