Chapter Nine

102 25 19
                                    

Happy reading

Kini akhtar tengah mondar mandir di teras rumah sambil sesekali mengecek hanpone nya. "Apa gue coba telepon aja ya, tapi nanti gue ngomong apa aduh gue harus gimana? Yaudahlah telepon aja."

"Hallo assalamualaikum ini dengan siapa?"

"Hai fat ini gue akhtar."

"Kakak punya nomer saya dari mana?"

"Gue dapet nomer lo dari aisyah."

"Ada apa kak telepon saya?"

"Em gak ada apa-apa sih, gue cuma mau bilang save yah nomer gue."

"Itu aja."

"Iya."

"Padahal kalo cuma itu bisa chat aja."

"Em sorry ganggu gak?"

"Enggak sih."

"Emang lo lagi dimana?"

"Saya masih di tempat kerja terus sekarang saya mau pulang."

"Mau gue jemput gak?"

"Ngak usah saya sudah pesan taksi."

"Ouh gitu sebenernya ada yang mau gue omongin sih."

"Yaudah ngomong aja."

"Em sebenernya-"

"Iya."

"Sebenernya gue gak tau sih mau mulai dari mana tapi-" akhtar menggantungkan omongannya.

"Tapi apa?"

"Gue-"

"Gue apa?"

"Gue s-sebenernya-"

"Iya sebenernya apa?"

"S-sebenernya-"

"Kakak sebenernya mau ngomong apa sih kok kayak susah banget biasannya juga lancar-lancar aja."

"Sorry ya."

"Iya gak papa kala gitu saya tutup aja ya telepon-Nya."

" Jangan fat, gue kan mau ngomong."

"Yaudah cepetan."

"Sebenernya gue-"

Tut....tut...

"Yah hanpone gue malah mati lagi, padahal gue mau bilang kalo gue tuh suka sama lo fat tapi kenapa susah banget sih," monolognya.

Tok...tok....

"Duh siapa lagi yang ngetuk pintu gak tau apa gue lagi kesel," sambungnya.

Tok...tok...

"Mana maksa banget lagi, iya bentar." Akhtar pun lansung beranjak ke depan untuk membukanya.

secerah hidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang