Chapter ten

75 10 13
                                    

Happy reading

"Gue mau melamar lo fat lo mau kan jadi istri gue."

Deg

"Kakak bercanda ya."

"Gue serius."

Deg

"Gue serius fat. Gue tau kita memang gak seiman tapi gue cinta sama lo dan gue mau kita bersama."

"Maaf kak tapi saya gak bisa."

"Kenapa?"

"Cinta beda agama itu sangat sulit dan rumit. Karna saingannya bukan lagi manusia tapi tuhannya. Benteng diantara kita terlalu tinggi nan kokoh untuk kita terjang. Pilihannya cuma dua antara dapat hidayah atau mengikhlaskan."

"Apa lo juga cinta sama gue?"

Fatimah hanya diam, "Jawab fat."

"Mau saya cinta atau nggak semua itu gak ngerubah apapun. Karna sampai kapan pun kita gak akan mungkin bisa bersama kak."

"Kalo gue masuk islam."

"Saya tetap tidak mau kak."

"Kenapa? Apa karna gue gak kayak gus arham yang paham agama yang hafal 30 juz bahkan hafalan ribuan hadist dan nyaris sempurna. Sedangkan gue hanya laki-laki non muslim yang gak tau apa-apa dan gak bisa apa-apa gitu."

"Bukan karna itu kak buat saya laki-laki yang paham agama itu tidak harus ustadz, gus, kyai atau mungkin dia yang hafal 30 juz atau ribuan hadist seperti yang kakak bilang. Tapi laki-laki yang paham agama itu minimal dia yang tau tanggung jawabnya terhadap allah dan istrinya. Menjalankan shalat lima waktu dan dia yang bisa dan rajin mencari nafkah dan dia yang bisa menghargai saya sebagai istrinya. Tutur katanya yang baik bukan hanya pada saya tapi juga pada orang-orang disekitarnya. Dan dia yang sama-sama mau memperbaiki diri dan dia yang sama-sama mau meraih cintanya allah hingga menuju janahnya. Tentunya untuk mendapatkan semua itu harus dia yang se-iman dan se-agama," fatimah berhenti sejenak.

"Jadi menurut saya percuma kalo kak akhtar masuk islam karna terpaksa. Karna kalo kakak ingin masuk islam itu semua harus murni atas ke inginan kakak sendiri. Bukan semata-mata karna saya atau siapapun. Karna kalo seperti itu sama aja dengan terpaksa. Karna dalam islam tidak boleh memaksa suatu kaum untuk masuk suatu agama karna keterpaksaan. Semua itu harus murni ke inginan sendiri. Apalagi tujuan menikah itu untuk ibadah bukan semata-mata hanya untuk memuaskan hawa nafsu dan menikah itu ibadah yang paling lama. Jadi kita harus memilih pasangan yang bisa menemani dan membimbing ibadah kita hingga menuju janahnya. Karna pada dasarnya mau setinggi apapun ilmu perempuan dia tetap ingin di bimbing bukan membimbing," sambungnya.

"Tapi fat-"

"Udahlah kak sampai kapan pun kita gak akan mungkin bisa bersama saya masuk dulu kakak pulang aja lagi pula kakak harus pulang ke pesantrenkan. Perjalanan kakak jauh sebentar lagi magrib."

*****

"Bukan karna itu kak buat saya laki-laki yang paham agama itu tidak harus ustadz, gus, kyai atau mungkin dia yang hafal 30 juz atau ribuan hadist seperti yang kakak bilang. Tapi laki-laki yang paham agama itu minimal dia yang tau tanggung jawabnya terhadap allah dan istrinya. Menjalankan shalat lima waktu dan dia yang bisa dan rajin mencari nafkah dan dia yang bisa menghargai saya sebagai istrinya. Tutur katanya yang baik bukan hanya pada saya tapi juga pada orang-orang disekitarnya. Dan dia yang sama-sama mau memperbaiki diri dan meraih cintanya allah hingga menuju janahnya. Tentunya untuk mendapatkan semua itu harus dia yang se-iman dan se-agama," fatimah berhenti sejenak.

"Jadi menurut saya percuma kalo kak akhtar masuk islam karna terpaksa. Karna kalo kakak ingin masuk islam itu semua harus murni atas ke inginan kakak sendiri. Bukan semata-mata karna saya atau siapapun. Karna kalo seperti itu sama aja dengan terpaksa. Karna dalam islam tidak boleh memaksa suatu kaum untuk masuk suatu agama karna keterpaksaan. Semua itu harus murni ke inginan sendiri. Apalagi tujuan menikah itu untuk ibadah bukan semata-mata hanya untuk memuaskan hawa nafsu dan menikah itu ibadah yang paling lama. Jadi kita harus memilih pasangan yang bisa menemani dan membimbing ibadah kita hingga menuju janahnya. Karna pada dasarnya mau setinggi apapun ilmu perempuan dia tetap ingin di bimbing bukan membimbing," sambungnya.

Semua kata-kata itu tergiang-giang terus di kepala akhtar. Sampai pada akhirnya seorang menghampirinya dan hal itu sontak membuyarkan lamunannya, "Mas kenapa ai liat dari tadi mas ngelamun terus. Mas ada masalah kalo iya cerita dong sama ai jangan di pendem sendiri."

"Sebenarnya mas lagi binggung ai."

"Bingung kenapa?"

"Tadi mas ungkapin perasaan mas sama fatimah dan melamarnya. Tapi mas malah di tolak."

"Beneran mas tapi yang ai liat fatimah juga kayaknya cinta sama mas."

"Itu juga yang buat mas yakin untuk melamar dia. Tapi semua ini mungkin karna mas non muslim."

"Ouh iya yah ai lupa kalo mas non muslim."

"Tadi dia juga bilang mau se-cinta apapun dia sama mas itu ngak akan merubah apapun. Padahal mas bisa aja masuk islam tapi dia tetep gak mau. Karna dia bilang percuma kalo mas masuk islam karna terpaksa."

"Tapi yang di bilang fatimah bener, mas gak bisa masuk islam karna terpaksa. Karna hal itu juga gak di benarkan dalam islam. Kalo emang mas ingin masuk islam itu harus murni atas ke inginan mas sendiri."

"Terus mas harus gimana?"

"Ai juga gak tau mas terlalu rumit dan sulit untuk kalian bersama."

"Kenapa ya ai kisah cinta mas harus kayak gini."

"Ini udah takdir mas."


"Sekarang mas harus apa?"

"Kalo menurut ai mungkin mas harus merelakan fatimah."

"Ngak mudah ai apalagi mas udah benar-benar sangat mencintainya."

"Ai tau semua itu memang gak mudah tapi ai yakin mas pasti bisa menghadapi semua ini. Tapi mas harus percaya kalo memang kalian berjodoh. Mau setinggi apapun benteng diantara kalian semua itu gak akan bisa menghalangi. Namun begitupun juga sebaliknya."

"Tapi ai mas nggak yakin bisa melupakan dia."

"Ai boleh tau gak apa yang membuat mas jatuh cinta sama fatimah."

"Fatimah itu beda dari yang lain sebenernya dia itu ngeselin terus jutek. Tapi mas ngak tau kenapa mas selalu ngerasa tenang dan nyaman kalo di deket dia. Apalagi akhlaknya yang baik membuat cantiknya bukan hanya fisik tapi juga hatinya."

"Iya sih yang mas bilang emang bener."

"Makannya ai mas akan berjuang untuk mendapatkan dia."

"Iya ai akan selalu dukung apapun keputusan mas."

"Makasih ya ai."

"Iya sama-sama mas."

__________

Oke segitu dulu ya untuk chapter yang ini....

Semoga kalian suka yah....

Jangan lupa tinggalin jejak kalian berupa vote dan komen.....

Oke see you next chapter selanjutnya.....

Salam hangat dari author....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

secerah hidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang