Festival Lampion

374 49 2
                                    


Malamnya ....

Lanhua merasa lega setelah Di Feisheng berhasil menahan diri untuk tidak marah-marah saat Xiao Xuying meminta maaf tadi siang. Xiao Zijin dan Qiao Wanmian juga tidak banyak bicara, karena menurut mereka, Xuying sendiri yang harus bicara bukan orang tuanya. Setelah memberi hadiah gelang giok sebagai tanda permintaan maaf, mereka pun pamit.

Sedari tadi dia hanya duduk di salah satu kedai sambil melihat orang yang berlalu lalang di sekitaran sungai naga. Saat dia tengah bertopang dagu, tiba-tiba saja muncul tanghulu tepat di depan wajahnya.

"Kenapa diam saja? Bukannya ini makanan kesukaanmu? Ambillah," kata Xiaoyi menarik tangan Lanhua dan menggenggamkan tanghulu itu ke tangannya. Kemudian dia segera menarik kursi di hadapan Lanhua dan ikut menikmati semarak festival lampion bersamanya.

Xiaoyi mendadak merasa grogi, ketika dia menoleh, dia melihat Lanhua tengah menatapnya dengan kedua matanya yang indah. "Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyanya galak.

"Apa kau tidak sadar? Baju kita sama," balas Lanhua menatap Xiaoyi lalu dirinya sendiri.

Xiaoyi pun melakukan hal yang sama, gaun ungu pastel Lanhua dan baju ungu miliknya ini dibuat dari kain yang sama. Tampaknya ibunya terlalu terobsesi mempunyai anak kembar. Mereka berdua mau tak mau tertawa.

Lanhua yang tengah mengunyah tanghulunya terlihat agak terkejut saat Xiaoyi tiba-tiba berdiri. Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya pada Lanhua. "Ayo."

"Kemana?" tanya Lanhua.

"Menerbangkan lampion," balas Xiaoyi.

"Baiklah."

Sayangnya, Lanhua mengabaikan tangan Xiaoyi dan berjalan keluar lebih dulu. Xiaoyi mendecakkan lidah dan menarik tangan gadis itu, kemudian segera menggenggamnya. "Nanti kau bisa hilang, di sini ramai."

Setelah berjalan beberapa saat, Lanhua berhenti di depan stan kecil yang menjual aksesoris. "Silahkan dilihat-lihat nona. Ah, sepertinya gelang benang merah ini cocok untuk Anda. "

Pedagang itu mengambil sepasang gelang jalinan berwarna merah dan menunjukkan pada Lanhua. "Gelang ini terbuat dari benang jodoh yang sudah diberkati oleh Dewa Yue Lao di kuil Xiangyun. Konon katanya, kalau sepasang kekasih memakai gelang ini, jodoh mereka tidak akan putus sampai ke kehidupan berikutnya."

Lanhua melirik pada Xiaoyi, kemudian berdehem. "Nanti aku akan kembali lagi, pak."

***

Beberapa saat kemudian mereka berhenti di stan lampion. Xiaoyi memilih lampion sederhana dengan lukisan bunga di beberapa sisinya, sementara Lanhua memilih lampion berbentuk bulan sabit dan bintang kecil. Mereka pun duduk dan mulai menulis harapan mereka di sebuah kertas kecil yang akan mereka gantungkan di lampion terbang nanti.

"Cocok sekali dengan namamu," ujar Xiaoyi.

"Apanya?" kata Lanhua yang masih sibuk menulis.

"Lampion pilihanmu denganmu," balas Xiaoyi.

Lanhua mengerutkan alis, kemudian membolak-balikkan lampionnya dengan bingung. Apanya yang cocok?

"Apa kau tidak tahu? Nama Yue Mi itu diambil dari nama Dewi Bulan dan Bintang yang memimpin pasukan galaksi di Alam Dewa."

"Ah, maksudmu nama asliku. Tapi kan Dewi Yue Mi cintanya bertepuk sebelah tangan pada Dewa Tian Qi. Ada baiknya aku tidak memiliki jodoh yang serupa," kata Lanhua masih menggerakkan kuasnya.

"Siapa bilang cintamu bertepuk sebelah tangan?" balas Xiaoyi dengan jantung yang berdebar-debar.

"Hmm?"  Lanhua masih tidak begitu memperhatikan.

"Wo shi huan ni *aku menyukaimu."

Perkataan Xiaoyi itu berhasil membuat Lanhua berhenti menulis. "Tentu saja aku tahu. Aku juga menyukaimu, kita kan sudah bersama sejak kecil."

Xiaoyi memegangi kepalanya yang berdenyut hebat sehabis mendengar perkataan Lanhua. "Maksudku, aku meyukaimu lebih dari semua itu dan aku, aku sudah meminta ayah dan ibu untuk melamarmu."

Rasanya Xiaoyi ingin menghilang sekarang juga. Dia bahkan tak sanggup menatap gadis di hadapannya. Namun, kenapa dia malah mendengar suara sesenggukan? Pemuda itu semakin panik saat Lanhua mulai menangis dan menarik perhatian orang-orang sekitar.

"Eh, eh, eh. Kenapa kau malah menangis? Apa aku salah bicara?" Xiaoyi buru-buru berpindah ke samping Lanhua untuk menenangkannya.

"Aku kira kau tidak menyukaiku. Kau bahkan tidak pernah memanggilku istriku, kau selalu terlihat kesal saat aku memanggilmu suamimu. Kau juga tidak pernah mengajakku berkencan ataupun keluar untuk jalan-jalan berdua. Kau hanya memanggilku kalau kau bosan saja. Bahkan aku harus menunggu ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu agar aku bisa melihatmu. FANG XIAOYI KAU MEMANG BRENGSEK!" Bahkan saat menangis, Lanhua masih bisa mengomel tanpa jeda dan hal itu membuat Xiaoyi tertawa.

Gadis itu seketika diam saat Xiaoyi memasangkan gelang merah di tangan kanannya dan dia juga melihat gelang yang sama melingkar di tangan Xiaoyi.

"Mari kita bertemu di kehidupan selanjutnya. Lagi dan lagi. Karena rasanya di kehidupan ini aku tidak punya cukup waktu untuk dihabiskan denganmu," ujar Xiaoyi sambil menghapus air mata Lanhua.

Sementara itu....

"Kau kenapa?" tanya Di Feisheng saat melihat Li Lianhua mengusap matanya menggunakan lengan baju.

"Aku kelilipan," balas Li Lianhua masih menyembunyikan wajahnya.

Di Feisheng tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Li Lianhua kemudian merengkuhnya dari samping.

"Apa kau yang mengajarkan kata-kata itu padanya?" tanya Qing Er.

"Aku? Aku bahkan tidak bisa melamarmu tanpa bantuan orang tuaku. Bagaimana mungkin aku bisa mempersiapkan kata-kata indah seperti itu untuk Xiaoyi," balas Fang Xiaobao membuat istrinya tertawa.

Sedari tadi, mereka berempat sudah duduk di salah satu rumah makan untuk mengawasi jalannya rencana Xiaoyi.

***

Xiaoyi dan Lanhua menatap ke arah lampion yang baru saja mereka terbangkan. Namun, mereka merasa ada yang aneh. Ada beberapa orang yang sedari tadi terus mengikuti mereka. Xiaoyi mengangguk dan membawa Lanhua pergi ke tempat lain yang tidak menarik banyak perhatian. Benar saja, empat, tidak, lima orang itu terlihat sedang mencari mereka.

Xiaoyi terlebih dulu keluar sambil memamerkan pedang di tangan kanannya.

"Di mana Nona Yue Mi?" tanya salah satu pria bertampang garang itu pada Xiaoyi.

"Yue Mi? Siapa itu Yue Mi?"  balas Xiaoyi menyerang lebih dulu.

Begitu melihat Xiaoyi kalah jumlah, Lanhua keluar dari tempat persembunyiannya dan melontarkan pedang cambuknya secara memutar. Teknik lilitan pedang Lanhua berhasil melukai tiga di antaranya dengan beberapa sayatan yang cukup dalam. Lima belas menit kemudian, mereka berhasil menumbangkan kelima bandit itu. Seperti biasa, mereka menyisakan satu orang untuk bisa mereka tanyai mengenai masalah ini.

"Anak-anak, kita harus segera pulang." Di Feisheng mendarat dengan mulus tak jauh dari mereka.

"Tapi, bagaimana dengan pria ini ayah? Kami belum sempat menanyainya," protes Lanhua.

"Kita bisa menggunakan kuda itu. Ayo cepat, Li Lianhua tengah menyelamatkan Wei Qi di rumah," ujar Di Feisheng memukul pria itu hingga pingsan, mengikat tubuhnya dengan tambang dan melemparnya ke kuda.

***
Sesampainya di kediaman Di Lanhua, mereka melihat beberapa bagian tubuh Wei Qi dibalut dengan perban. Li Lianhua baru saja membuang air yang bercampur dengan darah ke saluran pembuangan dan segera mengeringkan tangannya dengan kain kering. "Apa dia baik-baik saja?" tanya Lanhua tampak khawatir.

"Hanya beberapa tusukan asal saja, dia tidak akan mati. Bagaimana dengan orang yang kalian tangkap?" tanya Li Lianhua.

"Kami belum sempat menanyainya," ujar Xiaoyi.

"Kalau begitu, ayo kita bersenang-senang," kata Li Lianhua dengan senyum sumringah.

Xiaoyi dan Lanhua sama-sama tak mengerti apa maksud Li Lianhua, kemudian mengekor di belakangnya seperti anak anjing.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang