Restu

122 10 0
                                    


Di Feisheng menghela napas dalam-dalam. Dia berkacak pinggang, melatih sapaan, dan mencoba tersenyum. Namun, tetap saja dia tidak berani melangkahkan kakinya keluar.

"Shifu, mau sampai kapan Shifu bergumam seperti orang gila?" tanya Xiaoyi yang sedari tadi sudah duduk di kusen jendela kamar Di Feisheng.

"Aku sudah menghajarnya tadi, kau kira aku bisa semudah itu menemuinya tanpa rasa bersalah?" omel Di Feisheng.

"Mau aku antar?" tawar Xiaoyi.

Di Feisheng menggeleng.

"Kalau dilihat dari sifatnya yang mirip Shifu, sebentar lagi dia akan menghancurkan pintu kamar ini, memakimu sambil melemparkan barang-barang yang ada di sini, dan menangis sejadi-jadinya hingga Nyonya Yingsu harus menutup Aula Bunga lebih awal. Satu ... dua ..."

Brak!!!

Xiaoyi terkekeh saat melihat Di Feisheng keluar dari kamar.

***

Di Feisheng melihat Lanhua tengah mengajari seorang bocah laki-laki mengenai tanaman obat. Kalau dilihat-lihat, dia mirip dengan Li Lianhua.

"Shifu, itu ..." Shi Wu menunjuk ke arah Di Feisheng.

Lanhua menoleh dan membisikkan sesuatu pada Shi Wu sebelum akhirnya kembali menatap sang ayah.

Shi Wu kemudian menghampiri Di Feisheng dan memberi hormat dengan kepalan tangannya yang gembul. "Kakek Guru," panggilnya.

"Siapa yang kakek gurumu? Aku bahkan tidak tahu kapan putriku punya murid, tapi kalau kau bisa mengambil pedang ini, aku akan mempertimbangkannya lagi," ujar Di Feisheng dengan angkuh sambil melemparkan pedangnya hingga menancap ke sebuah batang pohon yang tak jauh dari sana.

Shi Wu terperangah melihat betapa besarnya pedang Di Feisheng. Dia bahkan baru belajar tenaga dalam kurang dari sebulan. Bagaimana dia bisa mengangkat pedang itu? Tapi dia harus mendapatkan pengakuan dari kakek gurunya. Jadi, dia membusungkan dada dan berjalan ke arah pohon itu.

"Dari mana kau menemukannya?" tanya Di Feisheng duduk di samping Lanhua.

"Dia yang menemukanku pertama kali dan meminta Nyonya Yingsu menyelamatkanku. Dia terus saja mengikutiku kalau aku keluar dari Aula Bunga. Akhirnya aku memutuskan memberinya nama dan menjadikannya muridku. Dia akan belajar di balai pengajaran di pagi hari, siangnya dia akan membantu Paman Zhang di apotek, dan sorenya dia akan menemaniku di rumah sambil belajar akupunktur dan obat-obatan. Sekarang dia sedang belajar tenaga dalam," jelas Lanhua.

"Lebih terdengar seperti anakmu," balas Di Feisheng.

"Bukankah kau juga akan berkata seperti itu saat menceritakanku pada orang lain?" ujar Lanhua memberanikan diri menatap Di Feisheng.

Mereka saling menatap lama sekali.

"Ayah, apa kalian baik-baik saja tanpa aku?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Tidak, kami ... tidak pernah baik-baik saja tanpamu." suara Di Feisheng juga akan tersendat saat dia memegangi puncak kepala Lanhua.

Dia langsung memeluk Di Feisheng dan menangis tersedu-sedu di bahu sang ayah. Di Feisheng juga tak mampu lagi membendung air mata ketika putrinya  masuk ke dalam dekapannya.

Gadis ini yang selalu dia rindukan.
Gadis ini yang selalu dia nantikan ke dalam mimpinya.
Gadis ini yang membuatnya hidupnya merasa lengkap.
Dan dia ada di sini, dalam peluknya.
Dia masih hidup dan selamat.

***

Xiaoyi menutup kedua matanya yang terasa panas menggunakan lengan kanannya. Dia berbalik dan mulai menangis.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang