Reuni

113 9 1
                                    


Li Lianhua berbalik saat mendengar beberapa erangan dan teriakan dari hutan bambu. Bahkan beberapa pohon bambu di sana ikut roboh seiring dengan suara-suara gaduh itu. Dia segera menuju tempat kejadian sambil bersiap menghunus pedangnya. "Aiyoo," gumamnya saat salah satu pohon hampir mengenainya. Dia memicingkan mata, berusaha melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ah Fei?" panggilnya.

Pria berbaju zirah itu masih tampak kesal. Napasnya memburu dan agak tersengal-sengal. "Minggir!"

Li Lianhua menurut, dia pergi ke pucuk pohon persik sambil melihat pria besar itu memorak morandakan hutan bambu. Setengah jam kemudian dia ambruk ke tanah dan berbaring telentang di atas tumpukan daun kering. Baru saat itulah, Li Lianhua terbang turun, menatapnya dari atas. Mata bulatnya berkedip-kedip, sementara dia mengitari Di Feisheng. Tatapan Di Feisheng sudah tak segarang tadi. Kemudian dia duduk di samping pria itu sambil menaburkan beberapa daun kering ke badan Di Feisheng.

"Kau kenapa?" tanyanya dengan lembut.

"Aku lelah terus berpura-pura, kenapa aku tidak bisa langsung menghabisi orang itu saja? Menjilat itu menjijikkan ... "

Li Lianhua terus mendengarkan Di Feisheng mengumpat, lalu memberinya sebotol arak yang baru saja dia gali dari bawah pohon persik. Setelah itu hanya ada keheningan. Li Lianhua sibuk menyibakkan dedaunan kering di hadapannya menggunakan ranting kecil yang dia petik. Tak lama kemudian, Di Feisheng bangkit dan terduduk di samping Li Lianhua. Pria kecil itu hanya menatapnya tanpa bersuara.

"Sudah marah-marahnya? Kau sudah menghancurkan seperempat area hutan bambu kita,'" ujar Li Lianhua.

Di Feisheng terkekeh, kemudian dia mulai membereskan pohon-pohon bambu yang tumbang dan menyusunnya agar terkena sinar matahari. Dia mengulurkan tangan dan menarik tangan Li Lianhua hingga berdiri. "Aku akan berangkat nanti malam ke Kota Xi. Kau jaga dirimu baik-baik, ya. Aku akan kembali sesegera mungkin."

"Jangan khawatir, Li Xiangyi ada bersamaku. Fang Xiaobao sudah mengirimkan kuda tercepatnya ke mari dan beberapa bekal untukmu juga Xiaoyi. Tidak usah terburu-buru, pelajari kota itu dan berikanlah informasi palsu yang bagus. Aku juga sudah menyiapkan beberapa obat dan pil berguna untukmu. JA NGAN MA TI," kata Li Lianhua sambil menunjuk-nunjuk dada Di Feisheng. Pria besar itu menangkap tangannya dan tersenyum.

"Hanya Li Xiangyi yang bisa membunuhku," bisiknya di telinga Li Lianhua.

"Bagus," balas Li Lianhua, membiarkan Di Feisheng menggandengnya pulang ke Vila Bambu.

***

Lanhua terkejut mendapati Li Fei duduk dengan lesu di ayunan yang ada di halaman tengah kediamannya. "Kau sudah pulang?"

"Kau ... kau ... apa ... ibuku menyakitimu?" tanyanya dengan mata yang memerah. Dia tak berani memandang Lanhua.

"Kau ini bicara apa, sih? Ibumu yang merawatku selama ini. Bagaimana mungkin dia menyakitiku," jawab Lanhua.

"Dia berbohong padamu. Kau ... bukan Haitang. Kau ... Di Lanhua ..." ujarnya terbata-bata.

Lanhua tersenyum. Sekarang dia mengerti masalahnya. Dia segera berjongkok di hadapan Li Fei dan menyentuh dagunya. "Jadi, kau sudah tahu siapa aku?"

Li Fei mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Tadinya aku juga berpikir ibumu jahat, lalu aku menyuruh Wei Qi untuk mencari tahu pil apa yang ibumu beri padaku hingga wajahku berubah seperti ini, tapi Wei Qi bilang itu obat langka yang harganya mahal dan berguna untuk memulihkan organ dalamku yang hancur dengan risiko kehilangan indra, serangan balik, dan berubah wajah.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang