Berpisah

353 35 2
                                    


Terdengar bunyi tetesan cairan merah pekat mengenai permukaan batu. Entah sudah tetes ke berapa kali ini yang jatuh. Si pemilik darah tampak pucat, namun dia tetap berusaha untuk berdiri tegak agar kedua tangannya tak terbebani oleh berat badannya. Sebelum pagi menjelang, hujan sempat turun hingga membuatnya basah kuyup dan kedinginan. Sayangnya, hal itu tidak mencegah darahnya tetap menetes. Noda darah di pakaiannya sudah hampir bersih tersapu air hujan, tapi belum sepenuhnya kering.

Tiap kali dia akan ambruk, rasa sakit di kedua pergelangan tangannya akan membuatnya terbangun. Belum pernah dia merasa ingin mati saja seperti ini. Tiap kali dia berusaha menggunakan tenaga dalamnya, satu panah akan melesat ke arahnya. Si pembuat jebakan ternyata cukup lihai membuat formasi perangkap untuk membuatnya tetap diam. Kini matahari bersinar dengan terik di atas kepalanya dan dia hampir kehilangan kesadarannya.

Dia hanya bisa berharap Dewa segera mengambil nyawanya agar dia tidak lagi berharap dalam keputuasaan seperti ini.

***

Li Lianhua masih berusaha mengatur napasnya. Dia kira jebakan yang harus dia hadapi hanya ada di tempat yang Yun Lin deskripsikan, nyatanya baru sepuluh meter dia memasuki gerbang Lembah Bu Gui, beberapa formasi jebakan langsung aktif. Sepertinya, Zhang Rui cukup cermat menyusun rencananya. Sekarang kaki kuda Li Lianhua terluka dan tak mampu berjalan, tampaknya dia harus memasuki lembah dengan berjalan kaki.

Baru beberapa meter berjalan, dia mendapati jebakan lain. Kali ini dia menendang sebuah batu hingga mengenai titik picu, kemudian sebuah jaring membentang dan menangkap kehampaan. Li Lianhua mengambil sapu tangan dari lengan bajunya untuk menyentuh jaring itu. "Air keras. Hmm, orang ini cukup sadis juga."

Perjalanannya tak semulus yang dia perkirakan. Saat dia berusaha menghindari satu perangkap, dia justru terjerat tali tambang lain yang segera menyeretnya masuk ke dalam semak berduri. Untungnya dia bisa dengan cepat melepaskan diri, meskipun wajah dan bagian tubuhnya yang terbuka dipenuhi luka gores. Memang lukanya tidak begitu besar, tapi akan terasa sangat perih saat tersentuh oleh keringat. Satu jam kemudian Li Lianhua berhasil sampai di ujung lembah, namun dia tidak menemukan adanya tempat yang kemungkinan besar terkena sinar matahari. Dia sempat menusuri bagian dalam lembah itu dan tidak menemukan adanya pintu rahasia atau semacamnya.

Li Lianhua mendongak, matahari perlahan condong ke barat. Kemudian dia menyadari sesuatu, gua biasa tidak akan terkena sinar matahari karena bentuknya berupa ceruk. Tapi jika bentuk guanya seperti cangkir tanpa tutup, ada kemungkinan sinar matahari menyinari hampir seluruh sudut tempat itu dan udaranya tidak pengap seperti di tempat dia berdiri sekarang.

Li Lianhua menghentakkan kaki dan seketika melesat ke atas sambil bertumpu pada tebing yang mengelilingi lembah. Begitu sampai di sana, dia menemukan danau kering yang penuh dengan bebatuan. Matanya melebar ketika melihat gadis dengan dua tangan penuh darah yang dirantai di kedua sisi. Dia dapat melihat dengan jelas melalui bagian pakaian Lanhua yang sobek, seseorang bermaksud memusnahkan kemampuan bela diri Lanhua dengan menyayat titik-titik tertentu di tubuhnya. "LANHUA!" panggil Li Lianhua dengan lantang.

Lanhua mendongak dengan susah payah. Kini dia dapat melihat Li Lianhua dengan baju penuh bercak darah dan robek di beberapa sisi. "Ayah, kau datang," ujarnya hampir ambruk. Dia kembali menjerit saat gerigi besi di pergelangan tangannya kembali melukainya saat dia tak mampu menahan berat badannya. Li Lianhua buru-buru terbang turun.

Ssrt!

Tiba-tiba saja beberapa kotak kayu terlempar dari empat arah dan ular beracun beterbangan ke arah Li Lianhua. Pria itu dengan sigap mencincang binatang melata itu menggunakan pedangnya. Sayangnya, tidak semua ular berhasil dia bunuh. Da di antaranya berhasil menggigit leher dan kakinya. Ini ular dewata yang pernah Di Feisheng gunakan untuk menyembuhkan racun bichanya. Rasanya sungguh berbeda ketika dia digigit dalam keadaan sehat seperti sekarang. Dia buru-buru menyalurkan Yhangzhouman ke seluruh aliran darahnya untuk meredakan rasa terbakar di sekujur tubuhnya.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang