Wu Xia

82 11 0
                                    


Lanhua yang pagi itu tengah mengantar Shi Wu ke akademi, berhenti di di belakang kerumunan.

"Bibi Ma. bukankah ini rumah Tuan Wu?" tanyanya pada bibi penjual bakpao.

"Iya, kau tidak tahu ya. Putra Tuan Wu yang masih bocah itu, pagi ini ditemukan tak bernyawa di hutan terlarang. Katanya digigit serigala. Kau harus menjaga Shi Wu dengan baik. Eh, kau sudah sarapan belum? Ini untuk kalian," kata Bibi Ma memberi 2 buah bakpao berisi kacang merah pada mereka.

"Shifu. Apa benar ada serigala di hutan terlarang?" tanya Shi Wu sambil menggigit bakpaonya.

"Tentu ada, tapi setauku mereka tidak akan mengusik manusia. Nanti, aku akan menyuruh Paman Wei Qi menjemputmu ya. Belajarlah dengan baik," kata Lanhua mengelus kepala si kecil sebelum melepaskan gandengannya.

***

Dia mengernyitkan dahi saat mendapati kerumunan di tengah Aula Bunga. Di sana, Wu Ji terlihat tengah memaki Xiao San yang tak banyak bicara. Lanhua menoleh pada Nai Xin yang sudah berdiri di sampingnya.

"Bukankah sebagai Ketua Gadis Aula Bunga kau harus turun untuk menghentikan keributan?" tanya Lanhua kemudian.

"Apa kau tidak mau tahu permasalahannya lebih dulu?" balas Nai Xin.

"Katakan," ujar Lanhua.

"Xiao San adalah orang pertama yang menemukan mayat Wu Xia di sungai dekat hutan terlarang dan sekarang Wu Ji menuduhnya sebagai tersangka utama," jelas Nai Xin.

"Di mana jenazah bocah itu?" tanya Lanhua.

"Masih di kediaman Wu. Wu ji tidak mengizinkan siapa pun untuk melihatnya, tapi dia juga belum mengadakan pemakaman," jawab Nai Xin.

"Apa ada koroner di kota ini?" Lanhua memegangi pedang cambuk yang melingkar di pinggangnya.

"Tidak ada. Kebetulan pengawal gerbang kota mencatat koroner tua yang bekerja di pengadilan mendadak pulang kampung beberapa hari yang lalu dan posisi itu sekarang sedang kosong. Kenapa? Kau merasa kebetulan?" kata Nai Xin lagi.

"Usulkan autopsi, bilang saja kalau sudah ada koroner pengganti yang baru masuk hari ini. Aku akan meracuni jaksa hingga dia tidak bisa bekerja selama seminggu penuh, agar dia tidak menggangguku," kata Lanhua sebelum akhirnya berbalik dan melompat keluar melalui jendela.

Nai Xin tersenyum, kemudian melangkah turun.

***

"Kau mirip sekali dengan Paman Fang, " kata Lanhua begitu melihat Xiaoyi selesai mempersiapkan penyamarannya sebagai pejabat.

"Aku putranya!" balas Xiaoyi sambil mengelus kumis palsunya.

Mereka mendatangi pengadilan tinggi sambil membawa surat penugasan palsu menggunakan stempel kerajaan yang Xiaoyi miliki. Sementara Wei Qi sudah lebih dulu menyelinap ke ruangan jaksa agung, untuk memberinya racun gatal. Saat mereka diantarkan ke aula utama, racunnya sudah mulai bereaksi dan jaksa agung sudah mulai menggaruk seluruh badannya seperti monyet. Xiaoyi berdeham saat melihat Lanhua tak sanggup menahan tawanya. Dia memberi hormat dan segera menyerahkan surat penugasannya.

Jaksa itu sempat terkejut dan berkata bahwa Feng Long memberi tahunya jika untuk sementara waktu ini tidak akan ada yang mengisi jabatan koroner.

"Apa kau meragukan stempel kerajaan di surat itu?" tanya Xiaoyi dengan galak.

"Tuan, ini stempel asli," bisik sang ajudan pada jaksa setelah memeriksa keasliannya.

Jaksa itu terbatuk dan buru-buru berdiri untuk menyambut mereka dengan lebih hormat. "Maafkan kelalaianku. Kalau begitu, Nona ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang