Chapter 12 : The Heart Gets Warmer

3.8K 532 24
                                    

Hati Bri menghangat. Ini bukan karena cuaca akhir-akhir ini yang mulai masuk kemarau atau sedang duduk di taman menikmati daun gugur seperti kebiasaannya saat di Amerika, melainkan karena sebuah pemandangan yang berjarak beberapa meter darinya.

Sebenarnya ini pemandangan biasa saja bagi kebanyakan orang. Namun, tidak untuk Bri apalagi setelah kegaduhan rumah tangganya di masa lalu. Di sana hanya ada Aksara yang sedang asyik menggambar dan Kasmirah yang menemaninya. Mereka mengobrol dan tertawa kecil selayaknya dunia hanya milik keduanya.

"Mas."

Panggilan Kasmirah yang lembut sontak mengentak Bri. Pria itu yang belum sempat memalingkan muka mau tak mau membiarkan matanya dan mata Kasmirah beradu di udara.

"Ya?" jawab Bri. Suaranya lirih. Kepalanya entah mengapa agak kosong sampai-sampai dia tidak tahu apakah ini respons terbaik atau tidak untuk Kasmirah.

"Udah mau pukul delapan," ucap Kasmirah. "Bukannya ini waktunya Aksara tidur?"

Pertanyaan itu memaksa Bri untuk memalingkan wajah. Dia melirik sekilas jam digital yang berada di bawah layar komputernya. Sebelum kembali menatap Kasmirah.

"Bener juga," jawab Bri. Dia berusaha mati-matian tidak menatap Kasmirah apalagi ke bibir gadis itu.

Sesaat Bri berdehem pelan. Kemudian, nada suaranya agak naik untuk berbicara dengan Aksara. "Aksara, waktunya tidur."

Aksara yang sedang fokus menggambar langsung mendongakan kepala. Dia menatap Bri dengan bibir cemberut. Sebelum kemudian berteriak, "Nggak mau, Papi!"

"Aksara, kan Papi udah bilang tidur pukul delapan. Kalau udah umur lebih tua lagi, mundur lagi jadi pukul sembilan."

"Aku bukan anak kecil lagi, Papi! Nggak mau diatur-atur," tolak Aksara dan masih teriak-teriak.

Bri menarik napas dalam-dalam. Dia akan menggunakan cara andalannya. "Okay kalau Aksara udah besar dan bukan anak kecil lagi. Gimana kalau besok Aksara gantiin Papi kerja? Nggak bisa beli mainan, nggak bisa beli gundam, nggak bisa tidur siang? Nggak bisa–"

"AHHH, IYA, IYA!" Aksara masih berteriak dengan wajah cemberutnya. Sebelum kemudian, dia menarik ujung lengan baju Kasmirah. "Tante, Aksara tidur. Temenin."

"Eh?" Kasmirah melirik Bri sekilas. Pria itu tentu saja mengangguk.

"Bacain cerita juga, Tante. Papi kemarin absen," adu Aksara.

"Hey, Papi kan kemarin lembur. Jangan–"

"Boleh nggak, Mas, saya temenin Aksara tidur dan gantiin kamu bacain cerita?"

Suara Kasmirah yang lembut membuat kepala Bri mengangguk begitu saja. Dia tidak tahu kenapa otaknya tidak berpikir lebih dulu. Apalagi ini untuk anaknya.

"Oke deh." Kasmirah terkekeh, lalu kembali fokus kepada Aksara. "Aksara, pinter deh. Sini tante temenin tidur dan bacain cerita."

"Asyik!"

Setelahnya keduanya pun berlalu dari ruang kerja Bri. Ruang kerjanya yang tadinya agak sedikit berisik, menjadi terlalu hening.

Untuk sesaat Bri merenung. Ditatapnya layar komputer yang sedang menampilkan lembar putih yang sudah terisi nyaris penuh.

Tidak, Bri tidak melamunkan jalan ceritanya. Pria itu sedang melamunkan kejadian beberapa hari lalu. Malam yang mungkin sulit dia lupakan.

Harus Bri akui, berciuman adalah hal biasa baginya. Tapi, Bri tidak pernah melakukan hal itu kepada wanita atau gadis manapun yang bukan pasangannya. Sementara Kasmirah, hubungan mereka harusnya profesional, tapi tiba-tiba kecelakaan ciuman itu tidak bisa terhindarkan.

Swipe Right Into Your Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang