Chapter 1 : It's (not) Nice To Meet You

6.4K 687 24
                                    

Baru kali ini Mirah tahu embusan angin di langit tidak seheboh di daratan apalagi tepian pantai. Rambutnya masih tetap terjaga rapi. Senyum di wajahnya pun terus terpasang lebar hingga gigi-giginya terpamerkan.

Namun, dari itu semua, pemandangan di langit begitu menakjubkan. Bukan karena di bawah sana ada lautan yang sama birunya dengan langit, tapi seorang pria yang sedang menggandengnya. Dia juga tersenyum lebar. Begitu tampan padahal hanya mengenakan polo shirt putih yang pas badan.

"Tri Wangsa," panggil Mirah dengan mata berbinar.

Hanya saja ketika Tri Wangsa menggerakan bibirnya, bukanlah suara pria yang Mirah dengan melainkan teriakan seorang wanita. Tak lama keseimbangan tubuh Mirah terbang di langit menghilang. Tahu-tahu saja dia terjun bebas.

"AHHH," teriak Mirah. Sontak dia membuka mata. Napasnya tersengal.

Untung cuma mimpi, batin Mirah seraya mengusap-usap dadanya.

"Bangun bangun. Mimpiin apa sih lo sampai panggil-panggil nama Tri Wangsa?"

Sebuah suara memaksa Mirah menoleh. Rani, sahabat sekaligus roommate apartemennya sudah berdiri di samping tempat tidur. Tangannya berkacak pinggang. Keningnya berkerut.

"Abis diajak terbang sama penulis favorit gue yang cakep itu dan gara-gara lo, Ran, gue jatuh dari langit. Sialan!" jawab Mirah seraya memukulkan pelan gulingnya. "Ngapain sih bangunin gue? Padahal belum seharusnya gue bangun."

"Really? Ini pukul sembilan ya, Mir. Katanya mau ke kantor baru hari ini."

Mirah hanya menjawab dengan anggukan pelan. "Nanti jam satuan. Jadi, gue seharusnya masih bisa tidur sampai pukul sebelas. Ngapain sih lo gangguin orang? Kerja sana! Mentang-mentang kerjaan lo online, gangguin orang seenaknya."

Bukannya kesal atau merasa bersalah Rani malah tergelak sendiri. Sahabatnya itu dengan seenaknya duduk di tepi ranjang.

"Well, sebenarnya gue nyamperin lo karena niat mau tanya, besok lo ada persiapan apa buat ketemu sama si mas Brihaspati itu?"

Pertanyaan Rani membuat Mirah terdiam. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Sebagai orang yang sebenarnya tak pernah bertemu dengan orang baru melalui aplikasi kencan, besok adalah pertama kalinya. Dan karena pekerjaan, Mirah lupa kalau pertemuannya besok.

"Mir ...."

"Nggak ada," aku Mirah. "Dan kenapa harus dipersiapin? Maksud gue tujuan gue ketemu sama Brihaspati juga bukan karena pengen punya hubungan khusus sama dia."

"Bener sih, tapi setidaknya lo harus pakai baju layak lah, Mir." Rani mengusap puncak kepala Mirah sambil membenarkan rambut gadis itu yang acak-acakan. "Setidaknya kalau lo besok lebih effort dandan pas sama si Bri-Bri itu, jebakan lo ke cowok itu nggak buruk-buruk amat."

Lagi-lagi Mirah terdiam. Kali ini dia mencerna ucapan Rani yang ada benarnya itu. Pertemuan besok adalah jebakan untuk Bri dan ya, setidaknya dia harus terlihat sebagai wanita sedap dipandang.

"Kalau gitu gue serahin semua persiapan besok ke lo aja, Ran." Mirah bangkit dari tempat tidur. Ditariknya Rani hingga berdiri. Kemudian, berbicara sambil lambat-lambat menggiring sahabatnya itu keluar dari kamar tidurnya. "Pakaian, pilih aja apa yang ada di lemari gue. Riasan, I know you're the best make-up artist, especially for me. Persiapan lain gue ngikut. Sekarang gue mau lanjut tidur sampai alarm gue bunyi sendiri. Bye!"

Sebelum sempat Rani berdebat, Mirah sudah menutup rapat-rapat pintu kamarnya dan dia kunci erat. Dia segera kembali merebahkan diri di kasur. Matanya memejam dan dia siap bertemu kembali dengan Tri Wangsa yang kalau dipikir-pikir di mimpinya mirip dengan si Brihaspati itu.

Swipe Right Into Your Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang