Semakin lama Mirah semakin bingung melihat hubungannya dengan Bri dan juga Aksara. Dia seperti sudah nyaman mendapati dirinya di dalam mobil bertiga dengan Bapak dan anak ini. Ada Bri yang menyetir di sisi kanannya. Terkadang pria itu diam saja, tapi lebih banyak mengajak bicara apa saja dan tidak melulu tentang naskah. Sedangkan Aksara, dia selalu ribut menceritakan apa saja tentang kegiatan anak-anaknya di kursi belakang.
Bukan itu saja, ketiganya juga seperti sudah biasa melakukan kegiatan bersama. Seperti pagi ini, sebelum Mirah berangkat ke kantor di hari jumat lainnya, gadis itu masih sempat-sempatnya mampir ke apartemen Bri. Dia menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Tidak lupa juga menyiapkan Aksara untuk bergegas ke daycare.
Ketika sarapan berakhir, maka tugas Bri adalah mengantar Mirah ke kantor. Kemudian, mengantar Aksara ke daycare. Dan terakhir tujuan pria itu adalah kantornya.
Hebatnya Bri, sesibuk apa pun pria itu bekerja, tapi dia selalu menyempatkan diri untuk menjemput Aksara. Bahkan pria itu rela memutar lebih dulu ke kantor Mirah karena putranya tak suka dijemput hanya dengan Bri saja, harus sepaket dengan Mirah. Dan sikap Bri yang selalu mengusahakan jadi ayah sempurna untuk Aksara, sekalipun dia orang tua tunggal membuat Mirah semakin jatuh cinta.
"Kita sampai."
Suara Bri menarik Mirah kembali ke dunia. Benar saja, toko buku tiga lantai yang dua lantai teratasnya itu kantor penerbitan sudah di depan mata. Pukul delapan, tidak banyak orang datang kecuali rekan sesama karyawan Wang Publishing.
Sebelum turun Mirah menengok ke belakang. Aksara berusaha menggapai Mirah di kursi depan. Sayangnya, seat belt menempel erat pada badannya.
"Tante," panggil Aksara. Buru-buru Mirah menggapai tangan mungkin anak itu. "Jemput."
Mirah melirik Bri. Walau tau pria itu akan iya iya saja, tapi Mirah selalu mengusahakan untuk minta izin. Bagaimanapun hubungan mereka saat ini masih abu-abu dan gadis itu tidak mau terlalu melewati batas.
"Iya, nanti Tante jemput kamu," ucap Mirah begitu mendapat anggukan Bri. "Senang-senang di daycare ya, Aksara. Jangan lupa makan siang!"
Perhatian Mirah pun beralih pada Bri. Ketika pria itu menyunggingkan senyum dan mata mereka beradu di udara, hati Mirah berdegup tak keruan. Mati-matian gadis itu tidak terbata saat berkata, "Makasih buat tumpangannya, Mas."
"Dengan senang hati, Kasmirah. Untung kamu ke kantor cuma jumat aja, jadi Aksara hanya perlu ke daycare jumat. See you later."
Mirah mengangguk pelan.
Dengan enggan dia turun dari mobil. Sekali lagi dia melambaikan tangan, sebelum membiarkan mobil Bri berlalu begitu saja.
Untuk sesaat Mirah menatap pintu masuk kantor. Dia menghela napas dalam. Setelah seminggu lalu Bri muncul dan mengumumkan siapa pria itu, satu kantor heboh.
Semua orang mendadak mengirimkan pesan pada Mirah menanyakan sosok Tri Wangsa yang mereka lihat itu asli atau tidak. Gadis itu tidak bisa berbohong, jadi dia mengiakan. Kemudian banyaknya pertanyaan lain membuat Mirah bingung. Alhasil, dia mengabaikan seluruh pesan tidak penting dan memilih menjawab masalah seputar pekerjaan saja.
Sialnya, Mirah tetap harus ke kantor hari jumat. Mau kabur pun, dia tetap tidak bisa. Jadi, pagi ini dia harus menghadapi siapa pun yang mulai memberendong pertanyaan mengenai Tri Wangsa.
Hanya saja baru beberapa langkah memasuki kantor, tiba-tiba saja dua orang menghadang jalan Mirah. Gadis itu mendelik. Dia nyaris mengumpat. Untungnya semua tertahan ketika mendapati sosok Lusi dan Ocha yang senyum-senyum tanpa rasa bersalah di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swipe Right Into Your Arms [TAMAT]
Romance"I only swipe right for someone who makes my heart flutter for no reason." Semua gara-gara dating apps! Kalau tidak sedang buru-buru pamer pasangan, Kasmirah tidak akan swipe right profile Bri yang super tampan itu. Dia juga menyalahkan Bri, kenapa...