Chapter 17 : Care For Each Other

3.4K 489 41
                                    

"Mari kita saling peduli satu sama lain, Kasmirah."

Untuk kesekian kalinya Mirah tersenyum lebar sambil memeluk gulingnya. Kedua pipinya memanas. Tangannya kadang bahkan tanpa sadar memukul angin seolah-olah Bri di depannya sekarang.

Nyatanya, Mirah sekarang berada di dalam kamarnya. Kejadian pelukan itu juga sudah berlalu beberapa jam yang lalu. Namun tetap saja, kata-kata itu dan pelukan Bri menetap dalam benak dan rasa hangat yang menyelubungi seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba saja pintu kamar Mirah terbuka keras. Refleks, gadis itu duduk. Matanya langsung memelotot mendapati Rani muncul. Tangan sahabatnya itu membawa sebuah cangkir di tangan.

"Lo kesurupan ya?" todong Rani. Matanya menyipit. "Niat ambil air tengah malam malah lihat kamar lo masih terang-benderang. Terus nggak lama dengan suara cekikikan."

"Sialan!"

Tahu-tahu saja Kasmirah meraih salah satu bonekanya, lalu melemprkannya pada Rani. Apesnya, sahabatnya itu belum sempat menghindar dan dengan sukses bonekanya terkena kepala Rani.

"MIRAH!" Rani berderap mendekat, lalu melemparkan cubitan. "Muka gue nih!"

"Maap, maap." Mirah tergelak. Tak lama Rani pun ikut tertawa bersama sambil ikut duduk di ranjang.

Ketika tawa telah berhenti, Rani menatap Mirah lekat-lekat. Dengan ekspresi menuntut, sahabatnya itu bertanya, "So, ada kejadian apa sampai bikin lo senyum-senyum kayak orang gila malam-malam gini? Kalau gue boleh tebak itu ada hubungannya sama Mas Bri ya?"

Pertanyaan Rani yang tepat sasaran sukses membulatkan mata Mirah. Lambat-lambat dia membalas, "Kok lo ... tau?"

"Gue bisa mengendus aroma parfum Mas Bri nempel di tubuh lo, Mirah."

Lagi-lagi Mirah memelotot. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhnya sendiri. "Lo ... lo ... tahu mas Bri tadi peluk gue?"

"Jackpot!" Rani terbahak. Dia mencubit Mirah. "Cerita cerita! Kok bisa Mas Bri peluk lo?"

Setelah mengatakan itu Rani buru-buru menaruh cangkirnya di nakas. Dia segera merangkah mendekati Mirah. "Gue punya waktu sampai pagi buat dengerin kisah lo dan Mas Bri."

"Nggak nggak, tidur-tidur," tolak Mirah.

Namun, Rani dan segala kekepoannya membuat Mirah susah menolak. Apalagi tak lama sahabatnya itu menggelitiknya, salah satu alat pamungkas agar Mirah mau bercerita.

"Udah kepo ih! Lo diapain Mas Bri hayo?"

"Iya iya, berhenti!" pinta Mirah. "Gue cerita, tapi tangan lo diem."

Rani segera menarik tangannya. Kemudian dia menduduki ranjang dengan kedua kaki bersila. Tatapannya yang fokus pada Mirah membuat gadis itu langsung menceritakan kejadian yang ada di rumah Bri. Mulai dari niat membantu Bri, berakhir dengan pelukan dan permintaan itu, lalu kecanggungan yang diselamat oleh Aksara karena anak itu tiba-tiba terbangun.

"Bentar-bentar, jadi Mas Bri ngajak lo untuk saling peduli satu sama lain? Nggak ada konteks peduli masalah apa nih? Atau peduli dalam segala aspek? Dan lo iyain itu tanpa tanya lebih lanjut?" tanya Rani, mulai menganalisis.

"Kayaknya ... segala aspek nggak sih?" Mirah malah balik bertanya. "Gue nggak tahu, tapi iya, gue mau peduli sama dia dalam segala aspek."

Rani menyipitkan mata. Kemudian, kepalanya mencondong dan rapat pada wajah Mirah.

"Tell me the truth, Mirah, lo suka ya sama Brihaspati Darmawangsa itu?"

"Gue ...."

Mirah terdiam sejenak. Pertanyaan masalah perasaannya pada Bri bukan kali pertama yang dia dengar. Waktu itu Juna menanyakan hal serupa dan Mirah tak yakin dengan jawabannya.

Swipe Right Into Your Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang