Gaudette

13

Oke, hari ini adalah hari dimana si secret admirer gue nongol. Gue sih biasa aja, gaada rasa degdegan, cuma penasaran aja. Siapa yang bisa bisanya jadi stalker gue? Aneh.

Seperti biasa gue masuk sekolah, dengan rambut dikuncir ekor kuda.

Gue masuk sekolah dan langsung disambut dengan sahabat bawel gua yang nyebelin tapi kadang ngangenin, siapa lagi kalau bukan Audrey.

"Hai Abel!" sapa Audrey dengan cengiran khasnya.
"Hai."

"Buset jutek amat lo. Berubah jadi putri es?" tanya Audrey sambil tersenyum lebar.

"Lebay lo."

"Kenapa sih? Lo lagi badmood ya? Atau jangan jangan lo khawatir sama secret admirer lo?"

Langkah gue terhenti.

Jangan-jangan bener kata Audrey? Gue takut mengetahui si secret admirer itu sebenarnya siapa?

Duh Abel, gitu doang aja masa di khawatirin. Cuma secret admirer, tenang aja.

"Atau jangan-jangan, ada seseorang yang lo inginkan di balik secret admirer itu? Siapa Bel?" tanyanya sambil cengar-cengir.

Deg.

Apa iya gue mengharapkan seseorang?

Apa jangan-jangan gue khawatir secret admirer itu bukan orang yang gue harapkan?

Apaan sih Bel, siapa juga yang ngarepin seseorang. Lagian siapa yang bisa gua harapkan jadi secret admirer gue?

Deva.

Seketika nama Deva terlintas di pikiran gue. Gue kenapa lagi? Kenapa bisa bisanya gue mikirin dia?

Ah, bodoamat. Ngapain ngurusin gituan. Ga penting.

"Bel?" tanya Audrey sambil mengayunkan tangannya di depan mata gue.

Astaga, gue baru nyadar kalo daritadi gue bengong. Gue langsung melanjutkan langkah gue yang tadi sempat terhenti.

Gue dan Audrey berjalan berdampingan, tidak ada yang berbicara. Hening, hanya suara suara biasa yang ada di sekolah.