9

238 15 2
                                    

"Oke, hari ini kita main basket. Yang putra duluan, durasinya 30 menit. Nanti gantian sama yang putri."

"Baik bu.."

Sekarang, kita udah ada di lapangan OR.


Karena yang cowo duluan, kita para cewe bebas mau ngapain terserah, asal masih di lapangan. Gue sih mendingan nganggur, mager soalnya. Biasanya gue main badminton sama Audrey, tapi hari ini gue ngantuk dan malas. Jadi mendingan gue nontonin anak cowo main sambil ngobrol.

Gue mencari posisi yang pas buat duduk, kebetulan disitu juga ada segerombol anak cewe yang lagi fangirling, yaitu Amel, Neta, Bella, Jojo, dan Erica. Mereka lagi ngeliatin anak-anak cowo yang ganteng main basket.

"Hoi, gue gabung ya." ujar gue sambil duduk di samping mereka.

"Oh iya gabung aja Bel." Kata Amel.

"Gue ga diajak nih?" kata Audrey.

"Hahaha diajak kok, sini duduk." jawab Erica. Audrey pun langsung duduk.

"Weh kalian ngapain sih tiap kali OR fangirling mulu dah." ucap gue memulai pembicaraan.

"Duh lo gatau ya Bel, anak-anak kelas kita tuh ganteng, apalagi Deva." jawab Amel.

"Ih gantengan Sean dong. Deva mah jelek." balas Bella.

"Ew, mereka tuh ga ganteng. Yang ganteng cuma Andrew." bales Neta.

Oh ya, gue belom cerita tentang Andrew kan? Dia itu blaster Prancis, jadi bule-bule gitu deh. Lumayan ganteng sih.

"Sudah sudah. Kalian jangan bertengkar masalah laki-laki." kata Audrey. Sok bijak banget tuh anak.

"Sok bijak lo hahaha" sindir gue ke Audrey.

"Oh gue mah emang bijak dari dulu."

"Bel, gue mau ngomong sesuatu ke lo." bisik Neta.

"Iya kenapa? Ngomong aja."

"Lo suka sama Sean ya?"

"Lo suka sama Sean ya?"

Gue? Suka sama Sean?"

"Hoi. Malah bengong." kata Neta memecah lamunan gue.

"Eh, eng, engga kok. Yakali gue suka sama Sean. Gue udah memutuskan untuk ga mencintai dulu sementara. Gue harus megang pendirian gue. Emangnya kenapa?"

"Oh, bagus deh, wkwk. Soalnya gue liat lo deket sama Sean."

Bagus? Hm. Kok jadi aneh dah. Udah lah bodo amat gausah dipikirin.

Gue sekarang fokus ngeliatin permainan basket yang sedang berlangsung. Mungkin permainannya sudah dimulai 10 menit yang lalu. Berarti 20 menit lagi.

"Omaigatomaigatomaigat Deva ganteng banget Belll!" kata Amel tiba-tiba sambil narik-narik baju gue. Buset alay banget ni anak.

"Lebay lo. Biasa aja kali."

"Jujur aja deh, Deva itu ganteng kan? Itu fakta, Bel. Fakta."

"Serah lo dah mel."

Gue ngelanjutin nonton pertandingan basket anak cowo. Dua tim, tim pertama kaptennya Deva, dan tim kedua kaptennya Sean.

Saat ini bola digiring oleh Sean. Matanya tegas, hidungnya mancung memperlihatkan sisi Jermannya. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan. Eh malah merhatiin Sean. Pas udah mau sampe ring basket, bolanya direbut sama Deva. Matanya tegas dan fokur menatap ring, alisnya tegas, wajahnya berkeringat.

Deva dan bola basketnya semakin dekat ke gerombolan gue, karena posisi gue dan temen-temen itu di pojok deket ring milik tim kedua.

Suara bola yang memantul semakin dekat, dan Deva melempar bola ke dalam ring, tetapi sayang tidak masuk. Bola malah terpental ke arah lain yaitu ke arah..

gue.

Gue sontak langsung berteriak. Tak sempat menghindar, kepala gue terbentur bola nasket yang terpantul dengan keras.

Setelah itu, gue ga inget apa-apa lagi

                       =Gaudette=

Gue terbangun, melihat sekeliling. Ternyata gue lagi ada di UKS. Tadi kenapa ya? Oh ya kepala gue terbentur bola basket gara gara Deva. Gue baru sadar, ada tangan hangat yang menggenggam tangan gue. Rasanya hangat, dan nyaman. Gue menengok ke tangan kanan gue, dan benar, ada tangan berukuran lebih besar daripada gue, tepatnya ukuran tangan laki-laki, dan itu tangan

Sean.

Ia sedang tertidur, mungkin cape setelah olah raga. Tubuhnya masih berkeringat.

"Eh, lo udah bangun Bel?" tanya Sean yang tiba-tiba bangun.

"I..iya gue udah bangun."

"Eh sorry." katanya yang baru tersadar sambil melepas genggaman tangannya.

"Gapapa." jujur, sebenernya gue ga mau melepaskan genggaman itu. Tapi, gue siapanya dia? Minta-minta pegangan tangan? Lebay lo Bel. Lagian ngapain juga? Masa gue pengen tangannya digenggam. Mungkin gue mulai gila.

"Ah!" ucap gue sambil memegang kepala gue yang tiba-tiba sakit.

"Eh lo kenapa? Masih sakit?" tanya Sean dengan raut wajah cemas.

"Engga kok, sakit dikit doang. Yuk balik ke kelas."

"Udah lo tiduran disini dulu aja. Kayanya kepala lo masih sakit. Gue balik dulu ya."

"Hmm, iya deh."

"Bye."

Sean berjalan keluar, sampai di ambang pintu, entah kenapa gue refleks manggil dia.

"Sean!"

"Apa?" balasnya sambil membalikkan badan.

"makasih ya."

"it's my pleasure."

GaudetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang