"Dasar gila lo!" bentak gue ke Deva.
"Emang kenapa?" kata Deva dengan santainya sambil ngunyah permen karet.
"Sebenernya lo suka kan sama gue?" tanya Deva sebelum gue jawab pertanyaan dia sebelumnya.
"Engga! Siapa juga yang suka sama lo?"
"Oh." kata Deva. Ebuset ini anak nyolot bener.
Audrey menggenggam tangan gue dan narik gue ke kelasnya.
"Apa maksud lo? Lo jadian sama Deva? Sejak kapan? Kok lo ga cerita sama gue Bel? Jangan-jangan yang kemaren lo mau curhat itu tentang dia?"
"Eh drey. Nanya tuh satu-satu. Nyerocos aja terus."
"Hehe maap. Oke, pertanyaan pertama. Apakah anda sudah resmi berpacaran dengan saudara Deva Kristanto?" Dasar Audrey gaya ngomong lo kaya hakim yang lagi ngeinterogasi.
"Ga."
"Apakah anda yakin? Sejak kapan anda jadian dengan Deva?"
"Gue bilang engga pacaran. Sejak kapan gimana, pacaran aja kaga."
"Pertanyaan ketiga. Mengapa anda tidak bercerita kepada saya?"
"Kan gaada apa-apa. Ngapain gue cerita ke lo?"
"Pertanyaan terakhir. Apakah kemarin anda akan curhat tentang saudara Deva Kristanto?" Audrey ngeselin banget sumpah.
"Bukan. Gue mau curhat tentang anon, dan kegalauan gue." jawab gue datar.
"Anon? Anon siapa?" tanya Audrey lagi. Duh gue capek ngeladenin anak satu ini.
"Ah cape lah gue sama lo. Anon itu anonymous, temen curhat gue di instagram. Puas?"
"Belom, belom. Gue belom puas. Emang lo kenal sama dia?"
"Engga."
"Lah kok bisa-bisanya lo curhat sama orang ga dikenal?"
"Gatau, gue ngerasa nyaman aja sama dia."
"Jadi lo suka sama dia?" tanya Audrey lagi dan lagi.
"Gatau deh. Masalahnya dia itu tau keadaan sekitar gue. Kayanya dia juga deket sama gue deh."
"Siapa? Deva kalii"
"Gue males sama lo drey. Deva lagi Deva lagi. Gue muak sama yang namanya Deva!" gue langsung keluar kelas Audrey tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tanpa menghiraukan panggilan Audrey, gue tetep jalan ke kelas.
=Gaudette=
Tetesan air hujan jatuh secara cepat. Hujan yang deras turun, menimbulkan aroma petrichor yang tajam.
Ah, males banget dah pake hujan segala. Mana gue ga bawa payung, udah sepi lagi.
Satu demi satu, para siswa pulang. Kayaknya tinggal gue sendiri deh. Hujannya ga berhenti-berhenti, yang ada tambah deres. Jadi gue mutusin untuk hujan-hujanan. Bodo amat lah. Gue bersiap untuk berjalan menyusuri jalan di tengah derasnya hujan. Baru mau melangkah, tiba-tiba ada suara barang jatuh yang mengagetkan gue. Refleks, gue melihat ke belakang. Ada payung berwarna biru muda. Lah ini punya siapa? Siapa yang jatohin? Setelah gue nengok ke kanan dan ke kiri, gue ga ngeliat ada orang. Siapa sih orangnya, gue pengen kembaliin. Setelah nyari-nyari dan gaada, gue akhirnya mutusin untuk ngambil payung itu dan memakainya untuk pulang. Lumayan ga kehujanan. Siapapun itu, gue berterimakasih banget. Lo baik banget, udah kayak malaikat deh #eaa.
=Gaudette=
"Mbak, pesen strawberry milkshake satu, sama roti bakar ya. Lo mau apa Drey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaudette
Teen Fictiongue ga percaya sama yang namanya cinta. cinta ga bisa bikin gue bahagia gue bakalan percaya sama cinta, asalkan ada yang bikin gue bahagia