Disini cuma ada gue, dan Sean. Yaelah Audrey sama Deva jahat banget ninggalin gue berdua sama Sean. Kan jadi awkward gitu. Oh iya, gue hampir lupa kalo Sean lagi mimisan.
"Ayo ke UKS. Lo ga mau terus-terusan berdiri disitu kan?" tanya gue memecah keheningan.
"Iya."
Abis dia ngomong gitu, kita langsung jalan berdua menuju UKS. Lokasi UKS itu di sebelahnya TU, dan TU itu ada di pojok. Jadi agak sepi gitu. Palingan cuma ada satu-dua anak bayar SPP, uang eskul, gitu-gitu lah. Gue dan Sean menyusuri koridor menuju UKS, karena UKS itu di ujung koridor alias pojok seperti yang tadi gue bilang.
Suasana sudah mulai sepi, karena semakin dekat dengan UKS. Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangan gue, yaitu tangannya Sean. Darah gue berdesir, serasa ada arus yang aneh, yang ngebuat gue nyaman gatau kenapa. Kayanya muka gue udah merah kaya kepiting rebus deh, jadi ya gue nundukin kepala gue aja.
"Lo kenapa?" tanya Sean.
"Eh, engga. Gapapa kok." duh malu banget gue ketauan malu. Bodo amat lah.
Gue dan Sean memasuki UKS. Sepi, gaada siapa-siapa.
"Permisi, ada orang?" tanya gue, siapa tau ada orang.
Hening, gaada yang ngejawab pertanyaan gue. Apa boleh buat, gue harus ngurusin Sean sendiri. Bikin ribet banget.
"Udah lo duduk aja situ." gue nyuruh Sean duduk di ranjang UKS sambil menunjuk ke arah ranjangnya. Sean cuma ngangguk, terus duduk disitu.
Gue mengambil beberapa tissue, lalu menghampiri Sean.
"Nih." ujar gue sambil ngasih tissuenya.
"Makasih ya."
"Udah berenti kan?" tanya gue setelah lima menit.
"Udah kok. Makasih ya Bel."
"Sama-sama. Bentar lagi bel nih, balik yuk ke kelas." jawab gue sambil melihat jam tangan berwarna tosca gue.
"Ayo."
=Gaudette=
"Drey. Lo jahat banget dah ninggalin gue sama Sean berdua."
"Kok jahat? Jahat kenapa?" tanya Audrey sambil membuka lokernya. Loker nomor 11.
"Ya gitu lah. Masa lo--" jawaban gue terhenti ketika gue ngeliat sesuatu di loker gue, loker nomor 12.
"Kenapa? Kok berenti?"
"Ini! Sini deh!" jawab gue sambil menarik tangan Audrey supaya dia ngeliat ke loker gue.
"Kitkat strawberry? Cemilan kesukaan lo kan?"
"Iya, tapi siapa yang naruh ini disini?" tanya gue bingung. Gue bener-bener bingung.
"Ah yang ngasih mah gausah dipikirin. Yang penting enak. Sini kalo gamau buat gue aja."
"Dih, gue juga mau kali."
Tapi siapa? Perasaan yang tau gue suka kitkat cuma ortu, sama Audrey. Soalnya gue jarang bawa kitkat ke sekolah. Ga pernah malah, eh kecuali hari itu. Iya, hari itu. Tepatnya hari Rabu. Hari waktu gue ke perpus dan gaada orang, dan ada buku Chairil Anwar jatuh. Itu juga gabakal ada yang liat. Orang gue sendirian. Lagian masa ibu penjaga perpus beliin gue kitkat strawberry. Yakali. Ah udahlah bodo amat yang penting enak. Mending langsung gue makan aja daripada ngurusin siapa yang ngasih gue kitkat.
"Heh. Bengong aja lo. Sini buat gue kalo ga dimakan."
"Ehh enak aja. Nih gue makan." gue membuka bungkus kitkat berwarna pink, yaiyalah. Namanya juga rasa strawberry. Gue menggigit kitkat yang renyah.
"Drey, kira kira siapa yang ngasih gue ini ya?"
"Stalker lo kali." jawab Audrey santai.
"Yakali gue punya stalker. Populer juga kaga."
"Lo populer kali Bel, lo nya aja yang ga nyadar."
"Terserah lo deh Drey. Ga membantu masalah lo." kata gue sambil melanjutkan kembali makan.
Pertanyaan gue cuma satu. Siapa?
Author's note
Haii semuanya, sorry banget ini updatenya lama dan dikit banget. Kehabisan inspirasi soalnya, oh ya jangan lupa vomments ya.
Hmm, gue pengen tau. Lo coba jodoh2in casts Gaudette deh.
Contoh : Abel-Sean & Audrey-Deva
Ini bukan jadi penentu cerita loh ya, cuma pengen tau aja. Soalnya gue udah nentuin akhirnya.Thanks for reading!
-Jessica
![](https://img.wattpad.com/cover/30193699-288-k623160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaudette
Teen Fictiongue ga percaya sama yang namanya cinta. cinta ga bisa bikin gue bahagia gue bakalan percaya sama cinta, asalkan ada yang bikin gue bahagia