Gaudette

14

Gue dan Audrey memasuki kelas.
Satu kata yang terbesit di pikiran gue. Lengang.

Gue berjalan menuju tempat duduk gue. Belum sampai di situ, langkah gue terhenti.
Mata gue menangkap sesuatu.

"Wah Bel! Ada surat lagi!" kata Audrey semangat.

Gue tidak membalas Audrey, hanya diam lalu mengambil surat itu.

"Hai Abel! Hari ini kan gue udah janji mau kasitau siapa gue sebenarnya, nah, kosongin semua jadwal lo hari ini.

Cafe Juniper, jam 7."

Itulah isi surat dari si anonymous aneh itu. Gila, gue semakin penasaran jadinya.

"Apa isinya Bel?" tanya Audrey. Dia emang kepo abis.

"Nih, baca sendiri." ucap gue sembaru memberikan surat itu ke Audrey.

Audrey membaca surat itu sekilas, lalu tersenyum.

"Wah! Akhirnya nanti ketauan juga. Eh Bel, btw gue boleh ikut ga? Gue penasaran banget nihh plisss" kata Audrey.

"Ngapain dah."

"Ya gapapa Bel, gue kepo aja. Lagian nanti pasti kalian jadi awkward kan kalo misalnya cuma berdua. Gue jamin deh, kalo gue ada disana, gue bakal jadi pencair suasana." Janji Audrey.

Hm, bener juga. Yaudahlah.

"Yaudah."

"Yes!" kata Audrey sambil tersenyum sebentar, lalu menuju ke tempat duduknya.

Waktu berlalu, pelajaran dimulai.
Ya, sampai saat ini, tampaknya hari ini baik baik saja.

=Gaudette=

Bel pulang sekolah berbunyi. Gue seneng banget. Akhirnya pulang. Yah, walaupun hari ini baik baik saja, tapi lama lama enek juga belajar mulu.

Oh ya, tadi ada yang aneh. Biasanya, Gue, Deva, sama Sean itu akrab akrab aja. Tapi pas gue lagi nanya cara ngerjain soal fisika, Sean kaya ngeliatin kita, hanya diam.

Gatau kenapa hari ini diem banget. Tau ah, bodoamat, yang penting, sekarang gue pulang!

"Abel!" suara itu familiar. Pasti Deva, pikir gue.

Lalu gue otomatis menengok ke belakang. Deva sudah muncul dengan senyum sumringahnya.

"Kenapa sih?" Gue memasang tampang jutek. Sengaja, soalnya enak juga ngerjain Deva.

"Jutek amat mbak. Jam 7 ke cafe avenue ya. Penting. Hari ini lo ga kemana mana kan?" Tanya Deva, masih dengan senyum sumringahnya.

Berarti secret admirer gue bukan Deva, batin gue.

Gatau kenapa, rasanya nyesek. Campuran lega, kecewa, sama seneng.
Duh Bel, lo kenapa sih.

Lagian kenapa coba, bisa samaan gitu ngajak ketemuannya.

"Bel?" tanya Deva sekali.

"Eh i iya" duh, kok gue bego sih. Malah jawab iya.

"Yey, oke gue duluan ya. Jangan lupa. Cafe Avenue jam 7. Lo harus mesti kudu dateng. Ga boleh telat."

Deva pergi meninggalkan gue yang mematung di koridor sekolah.

=Gaudette=

4.25

Gue lagi berada dalam pw (alias posisi wuenak) di kasur, lengkap dengan ac yang menyala. Beh nikmat banget.

Bing!

HP gue mengeluarkan suara, tanda ada notifikasi baru.

Gue mengecek HP gue (tanpa merubah posisi pw ini), ternyata ada line dari Audrey.

"Bel, bukain pintu buruan! Gue ada di depan rumah lo nih!"

Lah elah ini anak satu ribet amat. Kenapa ga bilang daritadi coba. Kan gue jadi harus meninggalkan pw dan kasur gue yang sangat empuk (iya gue lebay.)

Dengan berat hati (apaan sih Bel) gue turun dan membukakan pintu supaya Audrey bisa masuk.

Setelah pintu dibuka, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia nyelonong masuk ke rumah gue, menaiki tangga menuju kamar gue.

Gue yang masih diam di depan pintu bingung melihat tingkah Audrey.

Songong amat ni anak, batin gue.
Sahabat gue yang satu ini (dan emang satu-satunya) emang banyak tingkah.

Tanpa berlama-lama, gue menutup pintu, setengah berlari menaiki tangga menyusul Audrey.

=Gaudette=

Setelah mendapatkan posisi yang nyaman untuk duduk, gue lantas memulai percakapan.

"Duh Drey, lo ngapain sih pake dateng kesini segala. Tadi gue lagi pw tau."

Audrey nyengir.

"Gapapa, iseng aja. Lagian kan gue mau bantuin lo."

"Bantuin apaan?"

"Kan nanti lo mau ketemu secret admirer lo, gimana sih. Gitu aja lupa. Lo itu orangnya kan cuek. Jadi gue mau bantuin lo dandan, milih baju, supaya cantik gitu." jelasnya panjang lebar.

Gue memutar bola mata gue.
Oh iya, gue baru inget kalo tadi Deva juga ngajak gue ketemuan di waktu yang sama.

"Oh iya Drey. Gimana nih, tadi Deva ngajak gue ke cafe avenue."

"Ya dateng aja. Susah amat"

"Duh bukan itu. Masalahnya dia ngajakinnya hari ini. Jam 7. Persis kaya yang diajakin secret admirer itu."

"HAH!" Audrey berteriak.

Gausah lebay kaya gitu juga kali Drey, ini di rumah gue. Kalo di tempat umum ga kebayang betapa malunya gue.

"Lebay ah." Jawab gue menanggapi teriakan Audrey.

"Ih abisnya gimana dong. Eh tapi lo belom janji sama dia buat dateng kan? Kan biasanya lo nolak mentah mentah."

"Ih, masalahnya tadi gue bengong, lagi mikirin secret admirer gue. Nah pas gue lagi bengong tiba-tiba dia nanya gue hari ini kosong ato engga. Gue jawab kosong."

"Yah gimana sih Bel. Lo kerjaannya bengong mulu sih. Tapi kan lo cuma bilang gitu, belom janji kan?"

"Iya sih, tapi.." Belum selesai gue ngomong, Audrey sudah memotong pembicaraan gue.

"Udahlah gapapa, kan lo bisa ketemu Deva kapan aja. Kalo si secret admirer? Kapan lagi?" rayu Audrey.

"Tapi Drey, kata Deva ini penting. Lagian kalo secret admirernya ga sesuai dengan ekspektasi gue gimana?"

"Udah gini aja. Lo lebih pilih Deva, atau secret admirer lo?" []