"Lian...Lian...LIAN... "
"Hei Max, apa-apaan kau berteriak. Apakah kau pikir ini hutan?"
"Aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kau tidak mendengarkan ku. Apakah belum ada kabar dari Kirin?"
Lian menghela napas, menyandarkan tubuhnya.
"Sudah 5 hari dan Kirin bahkan tidak membalas pesan-pesan ku. Aku bingung..dan takut Max. Bagaimana kalau Kirin memutuskan untuk pergi dariku?"
"Sabar Lian...semua ini pasti sangat berat baginya. Kirin mungkin perlu lebih banyak waktu."
Bip..bip.. bunyi suara pesan masuk mengalihkan perhatian Lian.
"Kak, malam ini makan di rumah ya. Aku sudah menyiapkan makanan kesukaan kakak.🥰 " isi pesan dari Kirin
"Baiklah sayang. Kakak akan segera pulang😘" Lian membalas pesan Kirin dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
"Max, apakah ada hal mendesak yang harus aku kerjakan? Aku harus segera pulang."
"Pasti Kirin yang mengirimimu pesan. Sudah kau pulang saja. Urusan pekerjaan, biar aku yang handle."
"Terimakasih Max. Kau yang terbaik." Lian lalu merapikan beberapa berkas di meja nya sebelum beranjak dari ruangannya.
"Lian...sebaiknya kau merapikan dirimu dulu sebelum pulang. Kau terlihat kacau."
"Ah...ya..aku bahkan tak menyadarinya."
********
Dalam perjalanan pulang, Lian membeli bunga mawar pink dan macarone kesukaan Kirin. Senyum tak lepas dari bibirnya.Aroma masakan memenuhi indra penciuman Lian ketika membuka pintu.
Seperti terhipnotis Lian berjalan ke arah dapur, dan melihat Kirin sedang menata hidangan diatas meja makan.Lian menghampiri Kirin, dan memeluknya dari belakang. Menghirup aroma tubuh Kirin yang sangat dia rindukan...
"Kak, lepas..kita makan dulu.. atau kakak mau mandi dulu?"
"Biarkan seperti ini dulu, kakak sedang isi baterai kakak.. "
"Apakah bunga dan macarone ini untukku?"
"Hmm....."
"Terimakasih kak." Kirin mencium pipi Lian
Tak lama, Lian melepaskan pelukannya, kemudian duduk, dan menunggu Kirin. Lalu mereka makan bersama.
Usai makan, Lian membersihkan dirinya, dan Kirin mencuci piring, lalu menunggu Lian di ruang tamu, sambil memakan macarone yang dibawa Lian.
"Nonton apa?" Tanya Lian sembari mendudukkan dirinya disebelah Kirin. Satu tangannya memeluk pinggang Kirin, menarik Kirin semakin dekat kearahnya, dan Kirin pun menyandarkan kepalanya di bahu Lian.
"Kirin .."
"Kak.."
Lian menatap Kirin dan memintanya bicara duluan.
"Kirin, tidak ingin membicarakan masalah itu malam ini. Kirin hanya ingin bermanja dengan kakak seperti ini." Jawab Kirin dengan suaranya yang manja..
"Baiklah. Permintaan mu adalah perintah bagiku..." ucap Lian sambil mengecup kening Kirin, lalu turun ke hidung dan bibirnya..
Kirin menatap Lian tidak suka...tiba tiba dia ingin menangis..
"Kirin, kenapa..?"
Kirin bingung. Entah kenapa dengan dirinya. Dia ingin Lian mencumbunya, memuja tubuhnya, tetapi terlalu malu untuk meminta...hingga akhirnya Kirin menggigit bibirnya, air matanya perlahan keluar tanpa dia sadari...
KAMU SEDANG MEMBACA
It's always been you
RomanceDi bawah hamparan bintang dan deburan ombak, mereka berpegangan tangan, berjanji tidak akan saling melepaskan satu sama lain. Lian - Kirin