Bab 14

385 34 8
                                    

Enam bulan kemudian

Dari jendela dapur, Kirin memperhatikan Tara yang sedang bermain di halaman belakang. Kirin sangat menikmati kegiatannya, sambil menyesap tehnya perlahan sambil mengusap perutnya yang  sudah besar. Ya... Kirin merasa sangat beruntung, diberi anugrah anak kedua.

Kirin merasakan lengan kokoh melingkar di perutnya. Mengecup pipi Kirin lalu menghirup aroma tubuh Kirin dari ceruk lehernya "Sayang, kau disini ternyata. Aku mencari mu."

Flashback On

"BANGUN BODOH. TARA ANAKMU. KAU BELUM MENDENGARNYA MEMANGGILMU DADDY. JANGAN TINGGALKAN KAMI. AKU TAK TAU BAGAIMANA HIDUP TANPAMU....." air mata Kirin mengalir deras...

Tiba tiba suara di layar monitor berubah dan garis mendatar tadi menunjukkan perubahan...

"Dok, pasien kembali." kata perawat.

Dokter segera memeriksa kondisi Lian, dan menarik napas lega. "Anak anda sudah kembali, Bu. Saat ini kondisinya stabil. Kami akan memantau dan memberitahu perkembangannya. Sebaiknya kita keluar, biarkan pasien beristirahat."

****

"Kirin...kita perlu bicara." kata mama Lian begitu mereka berada diluar ruang ICU.

"Ma, sudah. Kak Lian baru saja melewati masa sulit. Jangan seperti ini ma."sahut sang adik.

Tapi mama Lian tak menggubris perkataan putrinya dan kembali bertanya pada Kirin.

"Perkataan mu tadi...apa itu benar? Jadi..Tara adalah anakmu dan Lian? Bagaimana bisa? Kau tidak sedang bercanda kan?"

"Tante, Tara adalah anak kami. Cucu Tante. Mungkin sulit bagi Tante menerima ini. Awal nya saya juga tidak percaya, jika saya bisa hamil. Saya mohon maaf karena kalian harus mengetahui dengan cara seperti ini. Saya tahu Tante tidak menyukai saya. Tapi saya mohon jangan benci Tara. Seperti yang sudah saya janjikan, saya dan Tara akan pergi dari sisi kak Lian bila dia sudah sadar nanti. Lian tidak perlu tau tentang siapa Tara sebenarnya. Permisi Tante." ucap Kirin lalu pergi dari hadapan mama dan adik Lian. Semua terasa menyesakkan di dadanya.

Dua hari kemudian Kirin kembali berlari menyusuri lorong rumah sakit. Rasanya seperti dejavu. Dia mendapat kabar dari Nat, Lian sudah sadar.

Lian sudah dipindahkan ke ruang VVIP. Kirin memandangi wajah Lian yang sedang tertidur. Tidak ada lagi alat-alat bantu yang dipasang di tubuhnya. Air matanya kembali menetes.

Kirin merasa bahagia, Lian sudah sadar dan menurut dokter kondisinya semakin baik. Tapi itu berarti, Kirin harus segera menghilang dari pandangan Lian. Perlahan digenggamnya tangan Lian, dikecup nya tangan dan kening Lian, dan beranjak pergi dari sana.

Kirin menepati janjinya pada mama Lian. Sejak Lian bangun dari koma nya, Kirin tak pernah lagi menampakkan dirinya di rumah sakit.

Kondisi tubuh Lian pulih dengan cepat. Namun tidak demikian dengan hatinya. Rekan kerja nya bergantian datang mengunjunginya, tapi tak sekalipun dia melihat Kirin.

Bila dia bertanya pada Max dan Nat, mereka hanya berkata pekerjaan Kirin bertambah banyak walau hari peluncuran produk mereka diundur mengingat kondisi yang dialami predir mereka.

Lian ingin segera keluar dari rumah sakit dan mencari Kirin rasa rindunya begitu besar. Saat ini ponselnya bahkan disita oleh sang mama, supaya dia bisa beristirahat dengan baik. Demikian jawaban sang mama tiap kali Lian bertanya tentang ponselnya.

"Kak, tadi dokter baru keluar dari sini. Apakah ada kabar gembira? Kulihat kakak selalu tersenyum. Senyummu terlihat berbeda." Sahut Mild, adik Kirin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's always been youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang