Bab 12

211 30 10
                                    

"Kirin... Ini kau?? Kirin ku?" Sahut Zee memandang Kirin lekat. Tangannya membelai wajah Kirin. Lalu membawa Kirin ke dalam pelukannya.

"Kirin, aku merindukanmu." Lian mendekap Kirin erat takut bila Kirin akan pergi lagi.

Kirin  membalas pelukan Lian, sembari mengusap lembut punggung nya. Kirin mencoba menenangkan Lian. "Kak, sudah ya. Ayo aku bawa kakak ke kamar. Kakak harus istirahat. Aku ga akan kemana-mana."

Lian melepaskan pelukan nya, kembali memandang Kirin. Perlahan mendekatkan wajahnya, lalu memberi kecupan kecupan di bibir Kirin.

"Kak, sudah kak..."ujar Kirin sembari berusaha menghindari Lian.

Lian menghentikan kegiatannya sejenak. Matanya terus memandang bibir Kirin yang sudah begitu lama dia rindukan. Mengusap bibir Kirin dengan jarinya, Lian menyatukan bibirnya dengan Kirin.

Kali ini bukan hanya kecupan. Lian mulai melumat bibir Kirin perlahan, menggoda Kirin untuk membuka bibirnya.

"Ah..kak..."Kirin kembali berusaha menghentikan Lian.

Tindakan yang salah karena Lian justru memanfaatkan nya dengan menghisap bibirnya, dan mencari cari lidah Kirin. Mengabsen barisan gigi Kirin dengan lidahnya. Hingga membuat Kirin pun terlena dan mulai membalas ciuman Lian.

Lian yang merasakan balasan dari Kirin semakin memperdalam ciuman mereka. Tangan kanan nya bergerak di sela sela rambut Kirin, sementara tangan kirinya membelai tubuh Kirin hingga berlabuh di pinggangnya dan menarik tubuh Kirin semakin dekat dengan nya.

Ciuman Lian kemudian turun ke leher putih Kirin. Menghirup aroma vanilla yang sudah lama dia rindukan, menelusuri garis selangka Kirin hingga memberi tanda disana.

"Kak...cukup kak...sudahhhhh." Kirin berusaha mengembalikan kesadarannya akan kondisi mereka. Tapi ciuman dan belaian Lian di sekujur tubuhnya membuat Kirin terbuai. Sungguh dia sangat merindukan semuanya. Tapi dia juga takut, takut Lian tidak akan mengingat kegiatan mereka. 

Suara permohonan Kirin tak dihiraukan Lian. Tangannya bergerak cepat membuka kancing kemeja Kirin, membelai dan meremas lembut puting pink nya yang kanan dan yang kiri dijilat dan dihisap oleh Lian.

Kirin merasa semakin pusing dengan semua perlakuan Lian. Sisi dirinya yang ingin menghentikan semua, akhirnya kalah dengan nafsu yang sudah lama terkubur dalam dirinya. Menyerah dengan keadaan, Kirin mulai menyambut dan membalas tiap perlakuan Lian pada tubuhnya.

"Ah...kak...ya...disitu..."desah Kirin sembari membuka kancing kemeja Lian... Sesaat Kirin merasa kesal dengan begitu banyak kancing disana. Dia sudah tak sabar ingin membelai perut kotak kotak Lian...

Desahan Kirin semakin membuat Lian semangat menjilat tiap bagian tubuh Kirin. Lian melepaskan kemeja Kirin,  mencampakkannya sembarang, lalu membalik tubuh Kirin, hingga Kirin bertumpu pada kedua lututny.

Kembali Lian melabuhkan ciuman pada bahu dan sepanjang ruas tulang belakang Kirin. Tangannya bergerak membuka kancing celana Kirin, menurunkan nya sebatas lutut Kirin.

Lian memandang bongkahan pantat montok dihadapannya, meremas kedua bokong Kirin, mengecup tiap bagiannya. Hingga akhirnya dia membuka lubang panas Kirin yang sudah lama dirindukannya.

Perlahan lahan 1 jari nya dimasukkan nya.  Lian merasa lubang Kirin begitu sempit. Persis seperti mereka melakukan pertama kali. Lalu disusul jari ke dua dan ke tiga. Lian mendengar suara rintihan dari Kirin. Tapi dia sudah tidak bisa mundur lagi.

Nafsunya sudah diubun-ubun. "Tahan sedikit ya Rin" kata Lian lalu buru buru membuka celananya dan melesakkan pusaka nya ke lubang Kirin.

"Arghhh....kak... Pelan - pelan....plis ." Kirin meringis. Sudah lama dia tidak pernah berhubungan intim. Bagi Kirin, hanya Lian satu satunya pria yang bisa mengisi bagian terdalamnya itu.

It's always been youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang