Lian mengalihkan pandangannya pada Tara yang sedang bermain, ketika melihat Joss merangkul Kirin. Wlu terasa sakit melihat kebersamaan Joss dan Kirin, ada rasa bahagia dan kerinduan yang besar Lian rasakan tiap kali melihat Tara.
Lian menghela napas beberapa kali, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Kembali ke kantor, kembali berkutat dengan berkas-berkas, hingga dia lelah dan tertidur...
***********
Max memutuskan masuk setelah beberapa kali mengetuk pintu, tapi tidak ada tanggapan, perlahan dibukanya pintu, dan mendapati Lian yang sedang melamun memandang sebuah pigura. Max tau foto siapa yang ada di dalam pigura itu. Max seperti diingatkan kembali ke situasi Lian bertahun-tahun lalu sejak Kirin pergi.
"Lian...Lian..." menepuk pundak Lian.
"Owh Max, sejak kapan kau berdiri disitu?"
"Sudah cukup lama untuk melihat mu memandangi foto itu. Kupikir kau mempunyai hubungan yang lebih dengan Esther, tapi sepertinya dugaan ku salah."
"Esther, hanya asisten pribadi ku. Atau lebih tepatnya orang suruhan mamaku untuk mengawasiku. Huff... "
"Tapi, aku melihat hubungan kalian cukup baik, karena itu kupikir..."
"Tidak ada apa-apa diantara kami, Max. Kau tau dimana hatiku berada."
"Lantas, sampai kapan kau menunggunya?"
"Aku sudah bertemu dengan nya, Max. Dia semakin cantik, semakin bersinar...tapi dia sudah memiliki anak bersama kekasihnya."
"Apa? Anak, kekasih? Apa maksudmu?"
Lian menceritakan tentang pertemuannya dengan Kirin. Tentang anak perempuan yang mendekapnya, dan tentang kekasih Kirin, Joss. Sejak hari itu, beberapa kali Lian melihat Joss menjemput Kirin. Dan sejak hari itu juga, Lian selalu mengikuti Joss dan Kirin.
Lian sadar dia tak ada bedanya seperti seorang penguntit. Dia juga sadar, kalau melihat mereka, akan membuat hatinya terluka. Melihat bagaimana Kirin tertawa bahagia bersama pria lain, Lian merasa tidak rela. Tanpa dia sadari, air matanya kembali menetes.....merasakan bahwa dia sudah dilupakan.
"Kau...yakin itu putri mereka? Apakah kau pernah bertanya?"
"Tidak. Tapi aku yakin, karena Tara begitu dekat dengan Joss."
Max merutuki kebodohan Lian dalam hatinya. Jika mendengar penjelasan Lian tentang Tara, Max yakin, Tara adalah putri Lian dan Kirin. Ingin rasanya dia memaki Lian yang terlalu bodoh jika berurusan dengan cinta. Namun, Max perlu meyakinkan diri sebelum melakukan sesuatu.
"Lian....jika kau masih mencintainya, kenapa kau tidak mencoba mendekatinya? Mereka hanya sepasang kekasih, belum menikah. Tidak ada salahnya mencoba lagi. Paling tidak kau harus menjelaskan pada Kirin kejadian 5 tahun lalu."
"Aku terlalu takut Max. Aku takut kalau dia menolak ku. Aku takut kalau dia menghilang lagi. Aku lebih memilih melihatnya dari jauh, walau dia bersama yang lain. Aku terlalu pengecut."
"Lantas....kau menyiksa dirimu seperti ini? Bekerja tanpa henti? Aku tidak mau tau, sekarang kau harus keluar dari sini dan segera pulang. Kau tau, Nat bisa membunuhku bila kau sampai sakit." Max menarik Lian keluar dari ruangannya.
*******
Seperti kendaraan dengan mode auto pilot.... Lian sudah berada di taman bermain di Siam Paragon. Berharap bisa kembali melihat Tara dan Kirin.Lian menghela nafas, menyadari kebodohannya. Akhirnya Lian memutuskan untuk pergi dari tempat itu, namun sudut matanya menangkap sosok anak perempuan yang mirip dengan Tara, sedang menangis. Perlahan Lian mendekati anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's always been you
RomanceDi bawah hamparan bintang dan deburan ombak, mereka berpegangan tangan, berjanji tidak akan saling melepaskan satu sama lain. Lian - Kirin