Bab 11

186 26 3
                                    

Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Lian kembali menjadi pribadi yang dingin dan semakin gila kerja. Bila pekerjaan sudah selesai lebih cepat, maka Lian akan mendatangi bar langganan nya.

"Sudah cukup Lian. Besok kita ada rapat penting, jangan sampai kau mabuk." Ujar Max.

"Aku harus mabuk, supaya bisa tidur tanpa beban Max."

"Apa susah nya mencari Kirin dan meminta maaf padanya?"

"Aku sudah berusaha Max, tapi sepertinya dia memang ingin menghindariku. Masalah diantara kami belum selesai...lalu mamaku datang dan membuat keributan..."

"Kenapa? Bukan kah selama ini hubungan kalian sudah membaik?"

Flash back on

Brakkk...pintu dibuka kasar dari luar, membuat Lian ingin memarahi orang yang bersikap seenaknya di ruangannya. Tapi niat itu Lian urungkan begitu melihat mamanya yang berdiri di pintu.

"Ma, ada...?"

"Lian, kenapa kau membuat Esther menangis dan mengatakan ingin berhenti bekerja?"

Lian memijit kepalanya yang mulai berdenyut.

"Ma, aku hanya mengatakan padanya untuk bersikap profesional ketika bekerja."

"Tidak kah kau tau dia menyukai mu? Sudah berapa lama dia bekerja bersamamu, mengurusmu dengan baik. Apakah kau tidak bisa membalas perasaannya? Apakah kau masih memikirkan pria itu?"

"Ma...kita sudah pernah membahas ini. Mama juga sudah mengatakan tidak akan menentang hubungan ku dengan Kirin. "

"Ya, itu dulu ketika kau sakit. Tapi setelah mama melihatnya bersama anaknya, mama merasa marah. Kau menderita sendirian, menunggunya, sementara dia sudah berkeluarga bahkan memiliki anak, Lian. Dia sudah melangkah maju, sementara kamu hanya berjalan di tempat."

"Kapan mama bertemu Kirin? Dimana? Bagaimana mama tau Kirin sudah berkeluarga? Jawab ma...Lian segera mencecar mamanya dengan pertanyaan pertanyaan.

Akhirnya Mama Lian bercerita tentang pertemuannya dengan Tara dan Kirin. Selama Mama nya bercerita, Lian membayangkan bagaimana wajah panik Kirin waktu itu.  "Mama tidak tau pasti apakah dia sudah menikah atau tidak tapi yang jelas, dia sudah memiliki anak. Tanya saja adikmu kalau kau tidak percaya." Sahut mama Lian mengakhiri ceritanya.

Hening tercipta diantara mereka, hingga Lian akhirnya bersuara..

"Ma, aku masih sangat mencintainya. Kali ini, Lian mohon, jangan halangi kami."

"Tapi dia sudah punya anak Lian .... "

"Aku bisa menerima kehadiran Tara ma. Tidakkah Tara begitu manis? Tolong ma....tolong Lian..."

"Tidak. Mama tetap keberatan. Tidak masalah kamu tidak mau bersama Esther tapi bersikap baiklah kepadanya. Lian, kamu harus melangkah maju, jangan terus melihat ke belakang. Laki laki itu tidak pantas untukmu." Ucap mama Lian final sebelum keluar dari ruangannya...

Flash back of

Lian kembali meminum wine yang ada di depannya. Kepalanya pusing setiap memikirkan itu. Dan minum di tempat ramai di bar bisa sedikit mengalihkan perhatiannya dari masalahnya.

"Sudah Lian. Ayo, aku antar kau pulang."

"Max.....tinggal beberapa Minggu lagi kontrak kita akan selesai, dan Kirin akan kembali ke Cina. Aku..tak sanggup Max kalau kehilangan nya lagi. Dan Tara...anak itu....punya tempat sendiri dihatiku. Aku sungguh menyayanginya. Aku harus bagaimana Max....."

"Lian kau ini pria. Kenapa jadi lemah seperti ini. Kalau kau sungguh mencintainya, kejar dia. Tak peduli dia akan menolakmu, kau harus terus mengejarnya. Bila kau seperti ini, bagaimana Kirin bisa tertarik padamu. Sudah, ayo aku antar kau pulang."

It's always been youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang