❣️chapter 5❣️

13 2 0
                                    

</ "Tempat yang tak nyata, Seakan Nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

</ "Tempat yang tak nyata, Seakan Nyata."


Pada awalnya, Thalassa kurang peka akan hal-hal supranatural. Namun, pada suatu malam, ketika Thalassa berusia 4 Tahun tepatnya pada tahun [2008], Thalassa pernah bermimpi berada di Suatu tempat yang luar biasa indah.

•••••

Di sana, terhampar tebing tinggi dengan sela-sela yang mengalirkan air jernih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sana, terhampar tebing tinggi dengan sela-sela yang mengalirkan air jernih.

Sepasang angsa putih berenang di sekitar area danau tersebut, di antara rumput yang begitu hijau. Sepanjang tepian, dan bunga-bunga cantik berwarna kuning tumbuh, baru pertama kalinya Thalassa melihat bunga semacam itu.

Saat pertama kali Melihatnya, Thalassa merasa takjub. Ketika memandang tempat itu, Keindahan tempat itu sungguh menakjubkan.

Tidak lama kemudian, hembusan angin menyejukkan menyampu rambutnya yang panjang nan indah, dan ketika Thalassa menoleh, secercah cahaya terang muncul.

Seiring cahaya itu berjalan mendekat, tampak ada seseorang bertubuh tinggi dan gagah, jika semakin diperhatikan sepertinya itu adalah seorang pria.

•••••


Pria itu memiliki tubuh tinggi dengan kulit putih, mengenakan pakaian dan sorban serba putih sambil memegang tongkat, tanpa mengenakan alas kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu memiliki tubuh tinggi dengan kulit putih, mengenakan pakaian dan sorban serba putih sambil memegang tongkat, tanpa mengenakan alas kaki. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh cahaya terang. perlahan-lahan pria itu mendekati Thalassa.


seraya berkata. "Sholatlah sebelum Sholatkan".


Sontak Thalassa Terkejut, ada begitu banyak pertanyaan dalam fikirannya. dengan raut wajah heran dan penuh tanda tanya, Thalassa pun bertanya padanya:


"Siapa kamu?".

"Tempat apa ini?.

"Mengapa aku tidak dapat melihat wajahmu?".


Ketika Thalassa ingin menanyakan pertanyaan itu, T-tapi tak berselang lama, Pria itu seketika menghilang bak ditelan waktu.

Meskipun wajahnya tertutup cahaya yang sangat menyilaukan mata, Thalassa bisa merasakan bahwa pria yang di depannya begitu tampan.


"Struktur wajahnya sangat tegas". Bisik Thalassa dalam hati.


Ketika memandangnya, ada rasa tenang yang tidak dapat dijelaskan secara logika, sehingga Thalassa tidak merasa takut sedikit pun ketika pria itu perlahan-lahan mendekatinya.

Sesaat setelah terbangun, pikirannya terus melayang pada pria yang muncul dalam mimpinya semalam, dan pertanyaan-pertanyaan itu terus saja mengusik fikirannya.


"Aku berharap dapat bertemu dengannya kembali." Dalam hati, Thalassa berbisik.


Tanpa Thalassa sadari, itu merupakan mimpi pertama dan terakhir Thalassa bertemu dengan Sesosok pria itu. Karena Sejak saat itu, Pria itu tidak pernah muncul kembali dalam mimpi Thalassa maupun mendatangi Thalassa dikehidupan nyata.

Saat Thalassa menceritakan mimpinya pada keluarga, Sahabat, dan Teman-Temannya, raut wajah mereka semua menggambarkan seakan tidak mempercayai ucapan Thalassa. Mereka menganggap semua ucapan Thalassa Tak lebih hanya sebagai imajinasi kanak-kanak atau karangan semata.

Mungkin Beberapa orang Ada yang mempercayai pada ucapannya, akan Tetapi ada juga yang tidak mempercayainya, bahkan beberapa dari mereka menduga-duga bahwa yang muncul dalam mimpinya adalah seorang utusan/khodam.

</"Apalah mereka apalah."


"Sebenarnya siapa kamu?". Bisik Thalassa dalam benaknya.

Dengan rasa gundah dan penasaran akan sosok itu. Maklum Sudah belasan tahun, Thalassa menyimpan pertanyaan itu. Setiap hari, Setiap bulan, Setiap Tahun, Thalassa Selalu berharap jika pertanyaannya, suatu saat nanti akan terjawab.

•••••


</"Rasa Takut sekaligus Penasaran akan dimensi lain."


seiring berjalannya waktu, Thalassa bisa merasakan kehadiran mereka bahkan sesekali melihat mereka yang tak terlihat, meski hanya sekelebatan saja.

Lama kelamaan, seiring bertambahnya usia kemampuannya meningkat; Tidak hanya melihat sekelebat, apa yang Thalassa mimpikan beberapa bulan atau bahkan Tahun pasti akan menjadi kenyataan.

Heran bukan? Bahkan Thalassa sendiri pun heran dengan dirinya sendiri. Mengapa semenjak bermimpi bertemu dengan Sosok pria bersorban + berbaju serba putih itu, dia jadi memiliki kemampuan yang menurutnya Tak masuk akal.

Awalnya, Thalassa mengira itu semua hanya bunga tidur. Namun, setelah mengalami beberapa rentetan peristiwa yang terbilang cukup mustahil, kini Thalassa yakin itu semua bukan hanya sekedar mimpi/bunga tidur.

Tidak seperti kebanyakan orang, Thalassa tidak hanya bermimpi biasa. Mimpi-mimpinya terasa hidup, penuh warna, dan terkadang begitu realistis sehingga Thalassa merasa tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan tidak, mimpi itu seperti pengalaman nyata.

Pada awalnya, kemampuan ini membuatnya merasa terlindungi akan tetapi ada harga yang harus dibayar jika mengubah alurnya.

seiring berjalannya waktu, Thalassa mulai menyadari bahwa keistimewaan itu bukanlah kutukan melainkan anugerah. Thalassa dapat mempersiapkan diri dan orang-orang di sekitarnya untuk menghadapi masa depan dengan lebih bijaksana.

Meskipun terkadang mimpi itu menakutkan atau membingungkan, Thalassa memutuskan untuk menggunakannya demi kebaikan.

Namun, hidup sebagai precognitive dream memiliki harga yang harus dibayar. Thalassa mulai merasa terbebani oleh beban melihat masa depan dalam mimpinya itu, terutama ketika mendapati kejadian yang sulit diubah.

Seperti saat Thalassa bermimpi kehilangan orang yang di sayanginya, dia bahkan tidak bisa berbuat apa-apa saat takdir menjemput sang kekasih. Dan rasa berasalah itu menghantuinya sepanjang hari.

•••••

•••••

</NEXT

Narnia - precognitive dreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang