❣️Chapter 12❣️

7 0 0
                                    

Beberapa tahun tinggal di rumah itu, pada awalnya biasa-biasa saja, Thalassa tidak merasa ada kejadian apa pun. Namun, saat Thalassa menginjak usia 11 tahun, tepatnya pada tahun [2016], kejadian aneh kerap sering kali terjadi.

Mulai dari suara langkah kaki besar, suara perempuan yang menjawab salam, sekelebatan asap putih, sekelebatan kain putih, dan yang paling menyeramkan adalah mereka mulai menampakan wujudnya pada Thalassa.

Sosok pertama kali yang Thalassa lihat adalah pocong. Ketika melihatnya, Thalassa berteriak histeris. Tahukah kalian betapa menakutkan dan menyeramkan wajahnya itu?

Hari itu, Thalassa sedang bermain dengan KIA di halaman rumah. Mereka sering kali terlibat dalam permainan kejar-kejaran, di mana KIA berlari cepat dengan lincah, sementara Thalassa berusaha mengejar dengan tawa yang menggema.

Namun, malam ini berbeda. Ketika KIA berlari ke arah Tingkat Paud yang baru saja dibangun, Thalassa merasakan ada yang aneh. Bangunan itu masih belum difungsikan dengan semestinya, terlihat terabaikan dengan dinding yang belum dicat dan atap yang tampak setengah jadi.

Mungkin pemiliknya kekurangan dana untuk melanjutkan proyek tersebut, atau mungkin ada alasan lain yang lebih dalam dan misterius. Ah, entahlah, Thalassa tak terlalu peduli dengan hal itu.

karena hari sudah larut malam. Tanpa pikir panjang, ia berlari menyusul kucing kesayangannya ke dalam kegelapan bangunan yang tampak angker itu. Suasana semakin mencekam,

Thalassa melihat sekeliling Nampaknya semua orang sudah pergi tidur, Thalassa pun mendongakkan kepalanya ke atas Sembari memanggil-manggil kucing kesayangannya KIA dan merayunya agar Segera turun karena jam sudah menunjukkan pukul 23:00.

Malam itu bulan bersinar sangat terang, Tetapi anehnya.

Entah mengapa Thalassa merasa suhu di sana tiba-tiba terasa begitu dingin hingga bulu kuduknya berdiri, sesaat ketika dia mendongakkan kembali kepalanya ke atas. Thalassa melihat seperti ada kain putih di Samping kucingnya Thalassa berpikir jika kain itu mungkin saja kain pemilik rumah yang terjatuh akibat tertiup angin, maklum saja malam itu udara memang sangat dingin.

tiba-tiba ketika kain itu perlahan-lahan mulai bergeser, dan betapa terkejutnya Thalassa. Saat Thalassa mempertajam pandangannya ternyata itu bukan sebuah kain, yang mungkin saja terjatuh dari jemuran akibat angin yang berhembus sangat kencang melainkan sesosok pocong

Dan bertepat saat mereka saling bertatap-tatapan disitulah thalassa melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa ternyata wajah pocong itu hancur dan gosong. wajahnya dipenuhi oleh darah dan koreng seperti abis terbakar.

Kegelapan malam menyelimuti sekitar, dan cahaya rembulan yang menembus celah-celah pepohonan, memberi nuansa misteri yang semakin menakutkan. Ketika matanya beradu dengan wajah seram itu, Thalassa tak mampu menahan diri. Suara teriakan histerisnya menggema dalam hening malam, seolah memecahkan keheningan yang mencekam.

Posisi pocong itu sedang tengkurap menatap wajah Thalassa dengan raut wajah senang. Melihat ekspresi ketakutan Thalassa ketika melihatnya.


"Kamu bisa lihat aku ya, ha ha ha." dengan Raut Wajah Senang.


ujar pocong itu dengan suara serak yang penuh ejekan, seakan setiap kata yang diucapkannya bergetar di udara malam yang dingin.

Seketika, sekujur tubuh Thalassa terasa membeku. Rasanya seperti ada es yang menyelimuti setiap inci kulitnya. Bibirnya kaku, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, sementara matanya tak dapat terpejam.

terpaksa harus berhadapan langsung dengan sosok menyeramkan di depannya. Detik demi detik berlalu, dan mereka berdua terjebak dalam tatap-tatapan yang tak berujung, seolah waktu terhenti dalam ketegangan.


"Lebih baik aku pingsan, daripada Harus tatap-tatapan Secara Langsung dengan pocong ini."  Ucap Thalassa dalam hati.


pikir Thalassa dengan frustasi. Namun, di sudut hatinya, ia menyadari bahwa seumur hidupnya ia belum pernah merasakan pingsan. Pikiran itu melayang di benaknya, menciptakan ketidakpastian antara rasa takut dan rasa ingin tahunya yang terpendam.

Selang beberapa menit yang terasa seperti seabad, perlahan-lahan sekujur tubuh Thalassa mulai bisa digerakkan kembali. Rasa dingin yang mengikatnya mulai mencair, dan ia bisa merasakan kembali detak jantungnya yang berdengung cepat. Namun, pocong itu masih berdiri di hadapannya, menatapnya dengan raut wajah yang mengejek.

dengan terbirit-birit thalassa berlari ke rumahnya dan segera mengunci pintu dan tidak berani keluar rumah sampai orang tuanya pulang berkerja, untungnya menjelang jam 12 malam orang tua thalassa pulang, sambil menangis sesegukan thalassa, menceritakan semua kejadian horor yang barusan dialaminya, melihat anaknya ketakutan Rosmery menenangkan putrinya.

Dan itu bukan pertama kalinya Thalassa melihat sosok pocong.


</ "maaf yah guys sebenarnya aku aslinya penakut, hanya saja rasa penasaranku jauh lebih tinggi"


Memang Sejak kecil, Thalassa sering Sekali ditinggal sendirian di rumah hingga larut malam, karena orang tuanya Sibuk bekerja dan selalu pulang hingga larut malam, tidak hanya ayah dan ibu yang sibuk Bekerja akan tetapi Kakak lelakinya terkadang tak pulang hanya karena pekerjaannya sebagai Grab Car.

sedangkan kakak perempuannya Jika Sudah marah, Suka pergi meninggalkan rumah.

•••••

•••••


</NEXT

Narnia - precognitive dreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang