Dan tibalah waktunya, Thalassa melanjutkan jenjang pendidikan nya ke sekolah dasar Negri yang tak jauh dari rumahnya, saat itu usianya sudah menginjak 7 Tahun. lebih tepatnya pada tahun [2013].
Thalassa bersekolah disalah satu sekolah dasar Negri di Depok, Di sekolah, Thalassa menghadapi banyak sekali tantangan.
Setiap hari, Thalassa berjalan kaki ke sekolah sendirian, menempuh jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
di hari pertamanya masuk sekolah, pada awalnya Thalassa Terlihat sangat senang Sekali bertemu dan berkenalan dengan teman baru, bahkan Thalassa memiliki teman sebangku bernama dwi Ellen permata. mereka selalu bersama setiap saat.
Hingga suatu ketika kebahagiaan itu hancur karena adanya 1 orang yang tak menyukai Thalassa, saking tak sukanya pada Thalassa.
Gadis itu Tega menyebarkan fitnah dan menyuruh teman-teman untuk menjauhi Thalassa, bahkan hingga teman sebangkunya Dwi, ikut menjauhi Thalassa.
kebahagiaan Thalassa. di rumah tidak sejalan dengan kehidupan sosialnya di sekolah. Setiap liburan sekolah, ketika teman-temannya sibuk bercerita tentang liburan mereka ke tempat-tempat mewah, Sementara Thalassa. lebih memilih menghabiskan waktu di rumah, membantu ibunya memasak atau membaca buku.
Ketidakhadirannya dalam cerita liburan mewah membuat teman-temannya menganggap Thalassa. miskin. Mereka mulai menjauhinya dan perlahan-lahan mulai menyebarkan rumor yang tidak benar.
Seorang gadis bernama Adeline, yang terkenal angkuh dan sering memimpin kelompok teman-teman Thalassa, menjadi orang yang paling keras menyebarkan fitnah itu. "Thalassa tinggal di kontrakan dan keluarganya sangat miskin," begitu kata Adeline kepada teman-temannya.
Thalassa mencoba untuk menjelaskan bahwa keluarganya bukan miskin, tetapi hidup sederhana dengan pekerjaan yang layak. Namun, kata-katanya sering kali tidak didengar, dan fitnah itu terus menyebar. tak jarang beberapa dari mereka membully Thalassa secara kontak fisik.
Setiap hari, Thalassa harus menahan hinaan dan tatapan meremehkan dari teman-temannya. Meskipun demikian, dia lebih memilih untuk tidak membalas mereka. Baginya, harga dirinya tidak ditentukan oleh perkataan orang lain, dan dia tidak ingin terjebak dalam siklus kebencian yang sama.
Suatu hari, Thalassa menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaannya. Ada empat siswi lainnya di sekolah yang juga sering menjadi korban bullying hanya karena latar belakang keluarga mereka.
Ada Riana, yang ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik. Issabella, yang ayahnya bekerja sebagai tukang bengkel. aurora, yang ayahnya bekerja sebagai tukang ojek, dan Aleena, yang ayahnya bekerja sebagai satpam pabrik, dan Lusi, yang ayahnya seorang buruh harian. Mereka sering diolok-olok karena pekerjaan orang tua mereka yang dianggap rendah oleh teman-teman sekelasnya.
Melihat situasi ini, Thalassa merasa muak. Dia ingin sekali membeberkan fakta tentang pekerjaan orang tua Adeline, yang ternyata tidak lebih mewah dari pekerjaan orang tua mereka yang dibully.
Namun, Thalassa menyadari bahwa membalas kebencian dengan kebencian hanya akan memperburuk keadaan. Dia tidak tega menggunakan kemampuannya untuk membalas orang lain, bahkan jika orang itu telah menyakiti hatinya.
Sebaliknya, Thalassa memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih bijak. Dia mulai mendekati Lusi, Issabella, aurora, dan Aleena, mencoba untuk membangun persahabatan dengan mereka. Perlahan-lahan, mereka membentuk lingkaran pertemanan yang kuat, saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi bully dan tekanan dari teman-teman mereka yang lain.
Mereka belajar bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh pekerjaan orang tuanya atau harta benda yang dimilikinya, melainkan oleh kebaikan hati dan ketulusan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Meski harus menghadapi banyak tantangan, Thalassa dan teman-temannya terus maju, menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi kuat tanpa harus merendahkan orang lain.
Setelah memasuki dunia SD ibu selalu bertanya tentang bagaimana perkembangan Thalassa disekolah. Mungkin filling seorang ibu tidak pernah salah.
saat awal masuk sekolah, Thalassa memang merasa sangat senang namun hanya karena 1 orang itu. Thalassa jadi tak suka berkawan dengan banyak orang.
Thalassa merasa sekolah tak lagi menyenangkan, T-tetapi Thalassa tidak ingin membuat ibunya khawatir. Jadi ia terpaksa berbohong:)
dia selalu berkata, jika dia baik-baik saja dan Thalassa selalu berkata jika teman-teman disekolah sangat baik padanya. Padahal itu semua hanya kebohongan belaka.
pada kenyataannya Thalassa diperlakukan seolah-olah dia adalah mahkluk paling menjijikan dan gk pantas untuk diperlakukan baik.
Sejak kejadian itu di sekolah, Thalassa sering menjadi target perundungan oleh teman-temannya, Thalassa menjadi sasaran empuk bagi para pengganggu yang mencari celah dalam kehidupannya yang rapuh. Sekolah tak lagi menyenangkan bagi Thalassa.
Memang Sejak pertama kali Thalassa masuk sekolah dasar negri. ada salah satu teman sekelasnya yang tampaknya tak henti-hentinya iri terhadapnya.
Adeline Alfisyna Aneira, dengan rambut hitam panjang menjuntai dan mata yang memancarkan ketidakpuasan, menjadi pusat perhatian di antara teman-teman mereka
Kehadiran Thalassa yang bersinar seperti matahari seringkali membuat Adeline merasa terpinggirkan.
Setiap hari disekolah, menjadi waktu yang paling sulit bagi nya. seringkali Thalassa mendapati buku-bukunya dijatuhkan ke lantai atau makanannya disabotase.
Teman-temannya yang iri berusaha menghapus senyumnya dan membuatnya merasa tidak diinginkan di antara mereka.
Namun, Bagi orang lain. Thalassa masih terlihat seperti bintang bersinar, tetapi Sebenarnya di hatinya Kecilnya, terdapat luka-luka kecil yang terus tumbuh dan Thalassa tak tau bagaimana cara menyembuhkannya.
Tak jarang Adeline dan gengnya secara rutin mengejarnya dengan cemoohan dan menyampaikan kata-kata yang menyakitkan.
Thalassa, merasa terluka dan bingung oleh mengapa teman sekelasnya begitu membencinya.
Begitu lah seterusnya kehidupan Thalassa disekolah, setiap ada kata yang menyakiti hatinya. Thalassa, hanya bisa berdiam tak melawan.
Hingga Thalassa tumbuh sebagai anak yang peka dan rentan. Kondisi keluarga nya yang Broken Home juga mempengaruhi cara Thalassa melihat dunia, membuatnya mudah terluka oleh kata-kata dan tindakan orang di sekitarnya.
Thalassa berusaha mencari kekuatan di tengah-tengah keterpurukan. Setiap hari, Thalassa menyembunyikan luka batinnya di balik senyuman palsu.
Meskipun diintimidasi, Thalassa tetap fokus pada pendidikan nya, menyadari bahwa itu adalah satu-satunya peluangnya untuk keluar dari lingkungan yang menyakitkan.
Thalassa memiliki tekad untuk terus melangkah maju, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar yang dia cintai disekitarnya.
•••••
•••••
</NEXT™
KAMU SEDANG MEMBACA
Narnia - precognitive dreams
ParanormalKisah ini diambil Berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Berkisah tentang perjalanan hidup seorang remaja bernama Thalassa Neelya Eilaria. Thalassa dikenal sebagai gadis ceria, su...