Ketika hasrat rindu mengebu-gebu menginginkan sesuatu yang telah hilang. Perasaan kehilangan ataupun kesedihan akan sesuatu yang hilang.
Pertemuan yang tidak diinginkan berakhir dengan perpisahan yang begitu menyakitkan.
Starting: 24-09-2023
End:...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ Percakapan kala itu membuatku terasa nyaman berada didekat mu ]
Fawnie mengirimkan pesan pada temannya bahwa ia ingin berfoto dengan Arli dan juga mengobrol bersama. Lalu mereka pun membalas "Ya" pada Fawnie. Setelahnya mereka langsung menghampiri kelas Arli.
"Kenapa?" Tanya Arli pada mereka.
"Fawnie mau foto bareng sama lo pas pulang sekolah, sekalian pengen ngobrol bareng juga. Lo lagi gak sibuk kan?"
"Boleh, gue lagi gak sibuk kok."
"Nah bagus, btw Fawnie gak berani ngomong gini secara langsung ke lo karena malu makanya dia suruh kita yang menyampaikan ke lo."
"Iya, gue paham kok."
"Oke!" Lalu salah satu dari mereka mengirimkan pesan pada Fawnie untuk memberitahukan bahwa Arli menerima ajakannya. Dan Fawnie merasa sangat senang.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid berkemas barang-barang mereka lalu bersiap-siap untuk pulang kerumah.
"Cie ciee ada yang mau ketemuan sama mas crush nich" Audrey seringkali menggoda teman sebangkunya ini.
"Iri ya lo? Lo kapan bisa ketemuan sama dia? Siapa tuh namanya? Ka Matmat?"
"Ka Matthew, bodoh! Dipanggilnya ka Mamat bukan Matmat."
"Ah terserah deh pokoknya itu ajalah, lo kapan ngobrol bareng sama dia secara langsung? Masa ngobrolnya di chat terus sih? Gak enak tauuu" giliran Fawnie yang menggoda Audrey, lebih seperti menyindir sih ketimbang menggoda.
"Pan kapan, serah gue ah. Lebih nyaman ngobrol dichat kalau ketemu secara langsung pasti canggung."
"Iyain, dah ah. Gue duluan, ya! Mau ketemu sama mas doi, byee!"
"Ye, ati-ati."
Fawnie mencari keberadaannya Arli, ia menoleh kekanan dan kekiri namun batang hidung Arli masih belum ditemukan. Sampai tiba-tiba ada seorang yang menepuk bahu Fawnie dari belakang.
"Eh? Ka Arli?" Yang disebut namanya pun tersenyum simpul, senyumannya membuat Fawnie terpesona.
"Tampan sekali"
"Duduk dulu yuk" lalu mereka berdua pun duduk di kursi yang berada disamping lapangan.
Hening dan canggung, itulah yang menggambarkan situasi mereka saat ini. Belum ada yang berani untuk mengatakan sepatah kata duluan. Pandangan mereka terfokuskan pada anak-anak murid yang sedang bermain futsal dilapangan.
"Kak"
"Dek"
Sekalinya mengeluarkan kata malah secara bersamaan.
"Kakak dulu deh"
"Enggak, kamu dulu. Ladies first."
"Eum...aku bingung mau ngomong apa, aku kehabisan kata-kata."