Pendekatan

117 13 0
                                    

Sudah tujuh hari berlalu semenjak perjanjian dibuat. Hegger benar-benar menepati janjinya. Tidak menyentuh Blaire dalam kata artian 'itu'. Bahkan pria bersurai silver itu memperlakukannya dengan baik, lebih manusiawi.

Seperti saat ini...
Hegger mengajak Blaire pergi keluar rumah. Mengajak perempuan itu jalan-jalan. Benar-benar jalan kaki, tidak menaiki kereta kuda seperti biasanya. Dan tentu saja itu permintaan Blaire.

"Wah... ternyata yang namanya pasar, di mana pun tempatnya sama saja ya. Ramai" gumam Blaire mengedarkan pandangannya.

Settt

"Eh?"

"Bisakah kau fokus saat berjalan?" Hardik Hegger karena Blaire hampir saja tertubruk gerobak milik penjual daging.

"Maaf, dan terimakasih" ucap Blaire. Biar bagaimanapun dia memang salah. Dan karena Hegger sudah menolongnya.

Hegger melepas genggaman tangannya, kembali melangkah dengan Blaire yang senantiasa mengikutinya.

"Apa kita hanya jalan-jalan saja? Tidak membeli apa pun? Atau mampir makan misalnya?" Blaire mengutarakan pendapat.

Hegger menoleh. "Kau menginginkan sesuatu?"

Blaire mengangguk antusias. "Tapi aku tidak punya uang"

"Ambilah apa yang kau inginkan"

"Kau yang membayar?"

Hegger hanya berdehem membuat Blaire memasang wajah berbinar.

"Bolehkah aku membeli ini?" Blaire menunjuk aneka jajanan di depannya.

Hegger mengangguk membuat Blaire tak segan mengambil apa yang dia mau. Jajanan semacam sate, tapi berbentuk bola-bola. Satu tusuknya ada lima buah, tapi berukuran kecil.

"Wah... enak!" Kedua mata Blaire terbuka, memancarkan binar cahaya saat mencicipi jajanan bola-bola yang dibuat dari olahan daging dan sayuran, mungkin brokoli? Karena warnanya memang cokelat kehijauan. Entahlah...

"Kau mau?"

Hegger menggeleng.

"Kau akan menyesal jika tak mencicipinya. Ini enak sekali" ucap Blaire dengan rakus memakan jajanannya. Beruntung dia mengambil sepuluh tusuk tadi. Mumpung gratis. Blaire tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Lagian dia juga sedang lapar. Sangat.

Hegger yang melihat Blaire makan dengan lahap, menjurus rakus itu pun jadi penasaran.

'Apa seenak itu?'

"Ini tawaran terakhir. Jadi, mau mencobanya?" Blaire mengulurkan sate bola-bolanya ke arah mulut Hegger.

Hegger memandang beberapa detik sebelum akhirnya menggigit jajanan itu ragu.

"Bagaimana?"

"Biasa saja" balas Hegger dengan wajah datar, namun mulutnya masih mengunyah dan menelan makanan itu dengan penuh perasaan. Jadi... dapat disimpulkan?

"Cih, tinggal bilang enak saja susah" gumam Blaire kemudian kembali mengedarkan pandangan.

"Wah... itu terlihat enak. Bolehkah aku---

"Ambil saja"

Jawaban Hegger membuat Blaire benar-benar tidak merasa sungkan lagi. Perempuan itu mengambil jajanan apa saja yang menurutnya enak. Meski pada akhirnya ada satu atau beberapa makanan yang terasa aneh di lidahnya. Tapi perempuan itu tetap menelannya. Ia tidak mau membuang-buang makanan. Tidak baik, tidak bersyukur. Begitulah menurutnya.

"Kalau tidak enak tidak perlu ditelan. Buang saja!"

"Eh eh... jangan ya! Lagian ini sudah terlanjur dibeli. Sayang kalau dibuang. Itu sama saja membuang uangmu yang sudah susah payah kau dapatkan" ucap Blaire tetap menikmati makanan warna-warni yang rasanya seperti... penghapus?

RUNAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang