4. Takdir

73 18 2
                                    

Flashback

Sore itu, di depan sebuah rumah berpalang 'Panti Asuhan Dermaga' terdapat sebuah mobil mewah warna hitam terparkir disana.

Di ruang tamu, ada sepasang suami istri dengan pakaian rapi dan formalnya sedang berbincang dengan ibu panti.

Dan di belakang rumah, di kursi taman ada tiga remaja sedang duduk disana, dua remaja laki-laki dan remaja perempuan di tengah-tengah mereka.

"Sera.. Udah.." Itu adalah ucapan untuk menenangkan perempuan yang saat ini sedang menangis tersedu.

Tak kunjung mereda, satu orang remaja laki-laki lainnya memilih duduk di tanah di depan perempuan yang saat ini sedang menunduk itu.

"Sera.." Panggilnya pelan.

"Aku bakal balik lagi kok, aku janji, kamu sama Abi disini, jaga diri baik-baik, jangan nyerah dulu sampe aku udah jadi dokter, hm?"

Satu minggu yang lalu keluarga itu datang dan mengatakan akan mengangkat Bima menjadi anak mereka, Bima asalnya tidak mau apalagi Sera dan Abi yang juga melarangnya.

Ibu panti tidak memaksa keputusan itu tapi setelah melihat Sera beberapa kali drop, Bima mengubah keputusan beratnya itu, bahwa ia harus pergi.

Dan hari ini keluarga itu datang lagi untuk menjemputnya, menjemputnya untuk langsung pergi ke Yogyakarta, yang artinya ia akan meninggalkan kota Bogor ini.

Perempuan itu, Sera, akhirnya menatap laki-laki yang saat ini sedang duduk di bawahnya.

"Jangan sedih.." Ucap Bima pelan, setelah mata mereka bertemu.

"Mana mungkin aku sedih waktu kamu mau ngejar cita-cita tinggi kamu itu? Aku cuma sedih waktu sadar kalo kita gak akan ketemu beberapa waktu." Ujar Sera ditengah tangisannya.

Bima tersenyum di tengah rasa sedihnya, "Kalo udah takdirnya nanti, kita bakal ketemu lagi, aku janji bakal jemput takdir itu."

"Bima.." Bima membawa Sera ke dalam pelukannya, mereka terisak dalam pelukan itu.

Laki-laki yang sedari tadi melihat mereka berdua juga hampir ikut meneteskan air matanya, ia menggigit bibirnya dan mengepalkan tangannya.

"Abi"

Abi menoleh kearah Bima dan berusaha tersenyum, "Lo tenang aja, disini ada gue."

Bima tersenyum dan mengangguk, dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia tidak ingin meninggalkan panti asuhan ini.

Tapi ia juga harus menggapai cita-cita tingginya, menjadi seorang dokter yang tujuan utamanya adalah membuat Sera sehat kembali.

Sekali lagi Bima melihat kearah Sera dan tatapannya turun dimana dibalik baju itu terdapat beberapa alat yang menempel karna jantungnya yang sudah rusak.

Dan satu-satunya yang bisa membantunya mencapai impiannya itu adalah calon keluarga angkatnya yang saat ini ada di ruang tamu dalam rumah.

Keluarga Baskoro, salah satu keluarga dokter tersohor di Yogyakarta yang katanya tidak mempunyai anak laki-laki hingga akhirnya mengangkatnya.

"Bima."

Mereka bertiga menoleh kearah ibu panti yang sudah berdiri disana dan mengangguk pelan, Bima yang mengerti pun ikut menganggukan kepalanya.

Sekali lagi ia menatap Sera yang kembali menangis dan Abi yang berusaha sok tegar, Abi pun mengangguk pelan sebagai ucapan tak langsungnya melepaskan Bima.

QUERENCIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang