11. Kesakitan dan Ketakutan

92 15 1
                                    


Bentar, tarik nafas dulu..

TW: Bahasa Kasar, Kekerasan, Pelecehan.


Mood pagi bekerja Abi hari ini sedikit buruk mengingat sebuah pertengkaran tadi pagi dengan seorang wanita yang sudah Abi tolong dengan cukup kesusahan kemarin.

Ia juga sampai datang terlambat karna harus meredam dulu emosinya agar tidak dibawa ke tempat kerja dan melampiaskannya disini.

Sedari tadi tangannya tidak berhenti, ia terus melakukan apapun tanpa kata yang keluar dari bibirnya, wajahnya hanya menunjukkan ekspresi datar, tidak seperti biasanya.

Semua teman kerjanya juga tampaknya memaklumi mood buruknya, dan Abi mensyukuri hal itu.

Tentang tadi pagi, Abi memang benar-benar semarah itu, ia akan sangat marah jika Sera-nya dipandang buruk oleh siapapun itu, karna dia adalah hal yang paling berharga di hidupnya.

"Abi"

Aktivitas mencuci gelas-gelas kotor itu terhenti saat seseorang memanggilnya, ia menoleh dan mengangkat kedua alisnya bertanya.

"Yang namanya Bima ada didepan, katanya mau ketemu lo." Ucap seorang wanita dengan rambut pendeknya itu.

Bima? Tumben pagi-pagi.

Abi mengangguk, "Tolong bilang nanti gue kesana."

Wanita itu ikut mengangguk dan pergi dari sana, sementara Abi menyelesaikan dulu mencuci gelasnya sebelum menemui Bima.

Terlihat Bima ada di salah satu meja sedang meminum kopi panasnya dan sudah lengkap dengan setelan formalnya.

Tanpa kata kemudian Abi menghampiri pria itu dan duduk di salah satu kursi kosong depan Bima.

"Tumben pagi-pagi Bim."

Bima menyimpan cangkir kopi panasnya saat melihat Abi didepannya, "Emang gak boleh kesini pagi-pagi?"

"Ya bukan gitu, maksudnya emang lo gak kerja? Ini kan masih jam kerja."

"Gue gak terlalu sibuk hari ini, jadi gak masalah."

"Terus mau apa mau ketemu gue? Gue juga lagi kerja tau."

Bima terlihat baru mengingat sesuatu dan menatap Abi sepenuhnya.

"Ah iya, kenapa lo nelpon gue malem-malem kemarin? Gue lagi ada operasi dan gak bawa hp waktu itu."

Abi menghembuskan nafasnya kasar, raut wajahnya menjadi agak kesal lagi mengingat kejadian itu.

"Bukan apa-apa kok, bukan hal yang penting." Jawab Abi sekenanya.

"Kalo bukan hal penting kenapa nelpon sampe tiga kali? Gue telpon balik malah gak diangkat."

"Kemarin gue cuma.." Abi menjeda kalimatnya dan tampak berpikir sebentar.

".. Cuma mau tau perkembangan Sera aja, gimana? Ada perkembangan yang signifikan gak?"

Ya, itu adalah alasan yang tepat.

Lagi-lagi ekspresi Bima kembali berubah sedikit bahagia sampai mengubah posisi duduknya sedikit maju.

"Iya! Gue juga mau sekalian ngomong ini kesini, kondisi Sera makin hari makin baik banget, cuma gue belum bisa prediksi kapan dia sadar, tapi karna hal itu, pak Rudi selaku dokter yang operasi Sera waktu itu ngasih tau gue kalo Sera udah bisa pindah ruangan minggu depan."

Raut wajah Abi ikut berubah jadi berbinar, "Serius Bim?"

"Serius! Sera udah bisa keluar dari ruang ICU minggu depan!"

QUERENCIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang